"Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"
Kompasianer yang terkasih, mazmur ini menjadi penutup dari seluruh Kitab Mazmur. Menariknya, Mazmur 150 jumlah ayatnya sama dengan Mazmur 1 yaitu enam ayat saja, keduanya singkat dan sangat mudah diingat. Tetapi, tujuan kedua mazmur ini berbeda.Â
Mazmur 1 menunjukkan pengajaran terperinci bagaimana kita harus hidup demi kebahagiaan yang Tuhan rancang bagi kita. Sedangkan Mazmur 150 merupakan klimaks dari semua yang Tuhan perbuat di dalam tatanan kehidupan di alam semesta khususnya umat-Nya yang hidup dalam pergumulan terus menerus yang pada akhirnya dapat bersorak sorai dengan penuh sukacita kemenangan yang dinyatakan dalam puji-pujian kepada Tuhan.
Mazmur ini bersama dengan empat mazmur terakhir (Mazmur 146-150) dibuka dan ditutup dengan haleluya! Mazmur 150 dipenuhi dengan memuji dan mengagungkan Tuhan, hanya Dia yang benar-benar menjadi pusat penyembahan umat yang mengasihi-Nya. Ini dibuktikan dengan penyebutan nama-Nya. Tidak ada lagi pembahasan tentang orang yang dalam kesulitan hidup, segalanya hanya tentang memuliakan Allah tanpa syarat.
Pujian dengan penyebutan nama Yahweh sebanyak tiga kali: haleluya (ayat 1a,6b); memuji TUHAN (ayat 6a). Pujian dengan penyebutan nama El sebanyak satu kali: pujilah Allah (ayat 1b). Pujian dengan penyebutan kata ganti 'Dia' sebanyak sembilan kali: pujilah Dia (ayat 1c,2,3,4,5).Â
Sedangkan penyebutan kata ganti 'Nya' untuk menunjukkan Tuhan sebagai pemilik ditulis sebanyak empat kali: tempat kudus-Nya (ayat 1b), cakrawala-Nya (ayat 1c), keperkasaan-Nya dan kebesaran-Nya (ayat 2).
Mazmur ini mengajak kita untuk menghayati ulang akan siapa Allah secara pribadi bagi kita, akan apa yang telah Dia perbuat di masa lalu, apa yang sedang diperbuat-Nya sekarang dan apa yang akan Dia lakukan di masa depan.Â
Pengagungan kepada Tuhan bisa dengan ketika kita melihat ciptaan-Nya yang luar biasa yaitu cakrawala yang begitu luas dan kuat karena menjadi tempat bertautnya matahari, bulan dan bintang yang menandai hari-hari kita dalam berbagai situasi yang dijalani dengan kondisi yang berubah-ubah, tetapi herannya ciptaan-Nya itu tetap konsisten melakukan tugasnya untuk menerangi siang dan malam. Puji Tuhan, haleluya!
Kompasianer yang terkasih, memuji dan menyembah Tuhan merupakan perintah yang harus dilakukan, jadi beribadah merupakan kewajiban dan bukan hak bagi kita. Mengapa? Karena kalau ibadah itu hak, maka kita boleh melakukan atau tidak melakukannya. Akan tetapi, ibadah itu suatu kewajiban yang tidak berdasarkan kita mau atau tidak mau, ibadah harus dilakukan tanpa syarat karena kesadaran yang mendalam akan pentingnya Tuhan di dalam hidup kita.Â
Tanpa Tuhan kita tidak berarti apa-apa (Yoh. 15:1-8), hidup kita bergantung kepada Tuhan Yesus yang adalah hidup itu sendiri (Yoh. 14:6).