Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hamba yang Berharga di Mata Tuhan (Mazmur 116:15)

22 September 2022   12:19 Diperbarui: 22 September 2022   12:27 5978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, pada tulisan kali ini saya akan membahas Mazmur 116 secara utuh, namun ayat pokoknya diambil dari ayat 15. Mari kita mulai. Kata "dikasihi" merupakan kasih karunia dari pihak Allah. Sedangkan kata "berharga" adalah penilaian Tuhan dari pihak manusia. Artinya, semua orang yang dikasihi oleh Tuhan adalah pribadi-pribadi yang berharga di mata Tuhan. Dengan demikian, merupakan subjektivitasnya Allah untuk mengasihi manusia dan merupakan objektivitasnya Allah juga untuk menilai manusia yang dikasihi-Nya itu.

Pertanyaannya, apakah Tuhan menghendaki kematian semua orang yang dikasihi-Nya"? Mari kita lihat Yehezkiel 18:21-23,30-32. Ditegaskan bahwa Tuhan tidak menginginkan kematian orang fasik dan Israel yang durhaka, melainkan Dia menghendaki mereka hidup melalui pertobatannya. Jadi, Dia hanya menghendaki semua orang hidup di dalam kasih-Nya karena kematian seorang hamba-Nya itu sangat menyakitkan Allah (Maz. 116:15, terjemahan Easy English Bible). Lalu, bagaimana dengan "kematian" di dalam ayat ini?

Kata "kematian" dari kata Ibrani maveth, dan The New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis Vol.2, p.525 menyarankan kata maveth harus menjadi akar bahasa Aram yang berarti "kepercayaan". Dengan demikian, ayat 15 bunyinya menjadi: "Berharga di mata Tuhan kepercayaan/iman semua orang yang dikasihi-Nya". Semua orang yang dikasihi-Nya terjemahan King James Version adalah His saints (orang-orang kudus-Nya).

Kalau begitu, apakah kata "kematian" salah penerjemahan? Tidak juga! Justru ada hubungan antara kematian dengan iman orang yang dikasihi Tuhan. Bacalah Ibrani 11:4. Dikatakan bahwa karena iman Habel telah melakukan perbuatan yang berharga di mata Tuhan yaitu soal persembahannya dan hal tersebut menjadi kesaksian yang tetap hidup selamanya meskipun ia telah mati. Perhatikan di anak kalimat penutup ayat 4, "karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati".

Dari sini dapat dipahami bahwa semua orang yang beriman kepada Tuhan dan setia kepada-Nya seumur hidup tidak akan pernah mengalami kematian secara hakikat karena di mata Tuhan mereka adalah orang-orang yang hidup kekal secara hakikat meskipun terikat pada tubuh dosa yang dapat mati. Tubuh jasmani orang-orang kudus memang menderita di dunia, tetapi tidak dapat mencegah campur tangan Tuhan di dalam penderitaan itu karena iman!

Kata "berharga" dari terjemahan KJV: precious yang artinya berharga (of time), dari kata Ibrani yaqar (precious; highly valued). Ini berarti, semua orang yang dikasihi Tuhan akan dinilai berharga ketika pada waktu hidupnya di dunia mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang berkenan di hadapan Allah meskipun mereka ada di dalam penderitaan. Jadi, dengan iman orang-orang kudus akan tetap setia kepada Allah apapun yang terjadi di dalam hidupnya.

Pada ayat 16, pemazmur menyatakan bahwa dia adalah hamba Tuhan yang telah dibebaskan dari ikatan-ikatan yaitu ancaman kematian / maut (ayat 3,8). Kata "hamba" dari kata Ibrani ebed (servant; worshipper, of God). Ebed artinya juga slave atau budak. Dengan demikian, di ayat 16 pemazmur menyatakan bahwa sebagai budaknya Tuhan dia takluk sepenuhnya kepada Sang Tuan yang telah menyelamatkannya.

Penaklukkan diri sang hamba disertai dengan sebuah ikrar yang kuat yaitu: "Aku mengasihi Tuhan" (ayat 1; bnd. Kel. 21:1-6). Alasan pertama ikrar ini keluar dari mulut sang hamba adalah karena dia telah menikmati lebih dulu kasih Sang Tuan yang dia layani (ayat 15; bnd. Kel. 20:1-2). Kasih yang diterima dari Allah menyadarkan sang hamba bahwa kasih karunia itu tidaklah bersifat unilateral (satu arah; sepihak), tetapi bersifat bilateral (dua arah; dua pihak). Kesadaran dari sang hamba bahwa dia tidak hanya menjadi pihak yang menerima, tetapi juga menjadi pihak yang memberi.

Alasan kedua pemazmur berikrar ialah karena Tuhan mendengarkan doanya (ayat 1-2). Bila digabungkan ayat 1 dan ayat 2 dari kata kerja dan tensa waktu bahasa Ibrani, maka kalimatnya menjadi sangat indah: "Aku mengasihi Tuhan yang telah menyendengkan telinga-Nya, yang akan mendengarkan suaraku, permohonanku dan seruanku seumur hidupku". Jadi, Tuhan Allah, sekali Ia menyendengkan telinga-Nya, seumur hidup kita Ia mau menerima semua yang kita utarakan kepada-Nya!

Alasan ketiga pemazmur berikrar ialah karena Tuhan Allah itulah satu-satunya yang dapat dipercaya (ayat 10). Sebelumnya dia berkata: "Aku ini sangat tertindas". Keadaan tersebut membuatnya kebingungan lalu berkata dalam nada keputusasaan: "Semua manusia pembohong" (ayat 11). Kata "kebingungan" dari kata kerja Ibrani menunjukkan ketakutan mental atau panik. Tetapi, kemudian dia sadar ada Tuhan yang dapat dipercayainya, inilah proses kehidupan ketika manusia menghadapi masalah.

Dengan demikian, ikrar: "Aku mengasihi Tuhan" tidak sekonyong-konyong dapat diucapkan begitu saja, bukan tanpa alasan yang jelas, bukan sekedar kata-kata karena sebuah hafalan dari ayat Alkitab, tetapi terjadi oleh dua hal: pertama, iman, dan kedua, pengalaman hidup. Dengan ancaman maut yang dihadapinya (entah karena penyakit atau pengkhianatan), pemazmur kemudian menyerukan nama Tuhan (ayat 4).

TUHAN (bahasa Ibraninya YHWH, dibaca: Yahweh) adalah nama Allahnya Israel dan di ayat 5-6, nama TUHAN menunjukkan sifat-Nya (pengasih dan adil, penyayang) serta perbuatan-Nya (memelihara dan menyelamatkan). Pemazmur diluputkan Tuhan dari maut dan dia boleh berjalan di hadapan Tuhan adalah pengalaman kehidupan orang beriman (ayat 8-9). Semuanya sekarang berbalik: Tuhan kebalikan dari manusia pembohong, dan tenang kebalikan dari kebingungan (ayat 7,11).

Setelah berikrar, pemazmur kemudian berkomitmen untuk membalas kebaikan Tuhan. Bagaimana caranya pemazmur membalas kebaikan Tuhan? (ayat 12)

1. Ia akan bersyukur dan bersaksi tentang nama Tuhan (ay. 13,17).

2. Ia akan membayar nazar kepada Tuhan (ay. 14,18).

Keduanya adalah persembahan dari pemazmur yang akan dibawa ke rumah Tuhan di Yerusalem, tempat ia beribadah bersama-sama dengan umat Tuhan lainnya (ay. 14,19).

Pemazmur menegaskan bahwa ia adalah hamba Tuhan, bukan hamba dunia; pengabdiannya hanya kepada Allah. Dengan demikian, "Membalas Kebaikan Tuhan" dalam konteks mazmur ini adalah pemazmur beribadah dan melayani Tuhan di Bait Allah Yerusalem. Jemaat Kristen mula-mula atau umat Perjanjian Baru di Yerusalem menjadikan rumah-rumah tinggal sebagai pusat persekutuan doa dan penanaman doktrin sebelum mereka bersaksi keluar (Kis. 2:42-47).

Dan sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, jemaat menjadi hamba Allah yang wajib menyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan (Roma 6; 1 Kor. 6:20) karena tubuhnya sekarang menjadi Bait Allah Perjanjian Baru atau Bait Roh Kudus, pusat persekutuan dengan Roh Allah atau Roh Kudus (1 Kor. 3:16; 6:19).

Demikianlah, setelah berlalunya pandemi Covid 19 marilah Kompasianer menjadikan rumah bukan sekedar tempat perlindungan dari penyakit, tetapi lebih dari itu rumah saudara menjadi pusat doa dan pembelajaran Alkitab dengan diri saudara sendiri sebagai pelayannya. Ibadah dengan penuh rasa syukur Kompasianer dan keluarga di rumah itulah cara yang paling sederhana untuk membalas kebaikan Tuhan. Kiranya pelajaran Alkitab kali ini menjadi perenungan kita bersama. Sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya. Tuhan Yesus memberkati Kompasianer semuanya, amin. Haleluyah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun