Dengan demikian, ikrar: "Aku mengasihi Tuhan" tidak sekonyong-konyong dapat diucapkan begitu saja, bukan tanpa alasan yang jelas, bukan sekedar kata-kata karena sebuah hafalan dari ayat Alkitab, tetapi terjadi oleh dua hal: pertama, iman, dan kedua, pengalaman hidup. Dengan ancaman maut yang dihadapinya (entah karena penyakit atau pengkhianatan), pemazmur kemudian menyerukan nama Tuhan (ayat 4).
TUHAN (bahasa Ibraninya YHWH, dibaca: Yahweh) adalah nama Allahnya Israel dan di ayat 5-6, nama TUHAN menunjukkan sifat-Nya (pengasih dan adil, penyayang) serta perbuatan-Nya (memelihara dan menyelamatkan). Pemazmur diluputkan Tuhan dari maut dan dia boleh berjalan di hadapan Tuhan adalah pengalaman kehidupan orang beriman (ayat 8-9). Semuanya sekarang berbalik: Tuhan kebalikan dari manusia pembohong, dan tenang kebalikan dari kebingungan (ayat 7,11).
Setelah berikrar, pemazmur kemudian berkomitmen untuk membalas kebaikan Tuhan. Bagaimana caranya pemazmur membalas kebaikan Tuhan? (ayat 12)
1. Ia akan bersyukur dan bersaksi tentang nama Tuhan (ay. 13,17).
2. Ia akan membayar nazar kepada Tuhan (ay. 14,18).
Keduanya adalah persembahan dari pemazmur yang akan dibawa ke rumah Tuhan di Yerusalem, tempat ia beribadah bersama-sama dengan umat Tuhan lainnya (ay. 14,19).
Pemazmur menegaskan bahwa ia adalah hamba Tuhan, bukan hamba dunia; pengabdiannya hanya kepada Allah. Dengan demikian, "Membalas Kebaikan Tuhan" dalam konteks mazmur ini adalah pemazmur beribadah dan melayani Tuhan di Bait Allah Yerusalem. Jemaat Kristen mula-mula atau umat Perjanjian Baru di Yerusalem menjadikan rumah-rumah tinggal sebagai pusat persekutuan doa dan penanaman doktrin sebelum mereka bersaksi keluar (Kis. 2:42-47).
Dan sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, jemaat menjadi hamba Allah yang wajib menyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan (Roma 6; 1 Kor. 6:20) karena tubuhnya sekarang menjadi Bait Allah Perjanjian Baru atau Bait Roh Kudus, pusat persekutuan dengan Roh Allah atau Roh Kudus (1 Kor. 3:16; 6:19).
Demikianlah, setelah berlalunya pandemi Covid 19 marilah Kompasianer menjadikan rumah bukan sekedar tempat perlindungan dari penyakit, tetapi lebih dari itu rumah saudara menjadi pusat doa dan pembelajaran Alkitab dengan diri saudara sendiri sebagai pelayannya. Ibadah dengan penuh rasa syukur Kompasianer dan keluarga di rumah itulah cara yang paling sederhana untuk membalas kebaikan Tuhan. Kiranya pelajaran Alkitab kali ini menjadi perenungan kita bersama. Sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya. Tuhan Yesus memberkati Kompasianer semuanya, amin. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H