Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Umat Tuhan Harus Melewati Jalan yang Sulit? (Keluaran 13:17-22)

9 September 2022   17:03 Diperbarui: 23 November 2023   13:54 5277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saudara yang terkasih, tema kita kali ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan ketika saudara menghadapi tantangan yang luar biasa di saat saudara sedang giat berjemaat, sedang bersungguh-sungguh ikut Tuhan. Mungkin saudara pernah mendengar seorang pengkhotbah yang berkata bahwa di dalam Tuhan semuanya akan baik-baik saja, cukup beriman saja, kalau ada masalah ditengking saja dan klaim janji-janji Tuhan, maka saudara akan jauh dari masalah. Tetapi faktanya, tidak semudah itu bukan?

Saudara dapat belajar dari Israel yang baru keluar dari Mesir dan saudara akan melihat betapa menakjubkannya ketika Tuhan membawa mereka melewati padang gurun yang penuh tantangan dan bahaya, dan justru di sana Israel terbentuk menjadi bangsa yang kudus dan menyatakan diri sebagai umat pilihan Allah. 

Di padang gurun Israel belum menerima pemenuhan janji, nanti setelah masuk ke tanah Kanaan, tetapi mereka mendapatkan pendidikan yang luar biasa dari Allah di jalan yang sulit itu. Dan akhirnya, saudara akan mengerti mengapa harus lewat jalan yang penuh penderitaan seperti bangsa Israel. Mari kita belajar bersama.

Pertama, supaya Israel belajar dalam tuntunan Allah (ay. 17a). Kata 'menuntun' dari teks Ibrani artinya memimpin. Ini berarti Israel harus dipimpin dengan petunjuk dari Allah. Setelah keluar dari Mesir pemimpin mereka bukan lagi Firaun, tetapi Allah. 

Sebagaimana Israel pernah tunduk dan taat mutlak kepada Firaun, demikianlah mereka harus tunduk dan taat mutlak kepada Allah dengan segala aturan, perintah dan ketetapan-Nya. Kesetiaan Israel kepada pimpinan Allah akan memurnikan sikap hati dan perilaku mereka dan itu terjadi di padang gurun.

Kedua, supaya Israel tidak terbiasa mengambil jalan pintas (ay. 17b). Sesungguhnya ada jalan yang baik menuju ke negeri orang Filistin dengan melewati pantai, tetapi jalur ini akan membuat mereka melewati banyak benteng Mesir di tengah jalan yang mana mereka belum siap jasmani maupun kejiwaan untuk berperang apabila dihadang.

Jadi, jalan tercepat dan teraman dari Tuhan ialah berputar melalui padang gurun menuju laut Teberau (ay. 18a). Padang gurun adalah gambaran kesusahan hidup dan laut Teberau merupakan jalan buntu. Tapi ingat, Tuhan membawa Israel berputar bukan berputar-putar! Justru di padang gurun dan di laut Teberau Israel melihat mujizat Tuhan yang dahsyat!

Ketiga, supaya Israel memiliki mental baja (ay. 17c). Di padang gurun, dengan ketidaksiapan Israel untuk berperang, maka Tuhan harus mengubah lebih dahulu mentalitasnya. 

Ratusan tahun orang Israel diperbudak oleh bangsa Mesir tentu di alam bawah sadarnya mereka merasa Mesir dan bangsa lainnya terlalu superior untuk mereka hadapi. Itu sebabnya Tuhan 'menginstal' ulang mindset orang Israel bahwa mereka adalah umat perjanjian yang telah dipilih berdasarkan perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Dalam Perjanjian Baru, umat Kristen adalah hamba kebenaran dan hamba Allah (Rm. 6:18,22).

Mental pecundang diubahkan menjadi mental pemenang; mental budak Mesir diubahkan menjadi mental hamba Tuhan. Bagian yang tersulit itu bukanlah Israel keluar dari Mesir, tetapi mengeluarkan Mesir dari hati dan pikiran orang Israel. Ini terbukti di kemudian hari ketika orang Israel sering mengingat Mesir sebagai tempat yang lebih baik bagi mereka.

Keempat, supaya Israel siap menghadapi peperangan (ay. 18b). Dengan berjalan memutar Israel memiliki waktu banyak untuk berlatih perang di bawah kepemimpinan Musa. 

Menurut sejarawan, Musa adalah seorang jenderal yang telah memenangkan banyak pertempuran di masa mudanya sehingga konon dengan kesuksesan dari pengalaman tempurnya itu ia menjadi kandidat Firaun. Pada intinya Tuhanlah yang memberi kekuatan dan kemampuan berperang itu, tetapi tentu ada orang yang harus melatih Israel teknik berperang yang lazim pada waktu itu.

Kelima, supaya Israel mengarahkan pandangannya ke depan (ay. 19). Jika Israel berfokus pada tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan yaitu tanah yang berkelimpahan dengan susu dan madunya, tanah yang penuh damai sejahtera, maka tentu kenangan akan Mesir perlahan-lahan akan terlupakan dari hati dan pikiran orang Israel. 

Kehidupan terus berjalan ke masa depan, masa lalu yang terpahit sekalipun hanyalah kenangan yang sekilas saja untuk menjadi perenungan, kemudian sadarilah bahwa hidup di masa kini untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa perubahan itu untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Israel di padang gurun harus berbeda dengan Israel saat masih di Mesir.

Keenam, supaya Israel tidak mengharapkan zona nyaman (ay. 20). Melewati jalan yang biasa mungkin ada jaminan makanan dan minuman di sepanjang jalan itu, tetapi rombongan dengan jumlah yang besar bisa dianggap ancaman bagi bangsa-bangsa yang kapan saja bisa menyerang mereka. Itu sebabnya Tuhan melatih mereka di padang gurun agar selalu berwaspada dengan keadaan di sekitar mereka. Dan itu terbukti ketika mereka dalam ketidaktaatan sehingga harus berputar lebih jauh dan lama lagi, mereka kemudian harus bertempur dengan bangsa-bangsa yang wilayahnya dilewati Israel.

Ketujuh, supaya Israel terbiasa bergantung kepada Allah (ay. 20-21). Segala kebutuhan hidup dan perlindungan di perjalanan semuanya tersedia secara ajaib. Israel dipastikan Tuhan bahwa mereka baik-baik saja di jalan yang sulit oleh karena Allah yang pasti mengindahkan atau mengurus Israel (dari teks Ibrani; ay. 19). 

Kemudian Allah menjamin penyertaan-Nya berupa tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (ay. 20-21). Di waktu siang yang sangat panas di padang gurun, Israel tidak akan kepanasan dan di kala malam padang gurun bisa menjadi sangat dingin, namun Allah memberikan mereka kehangatan.

Dengan demikian, Allah yang menuntun Israel di padang gurun adalah Allah yang mengasihi, memelihara, melindungi serta mengembangkan iman umat-Nya itu siang dan malam.

Begitu juga dengan saudara yang sedang dalam pergumulan, percayalah bahwa jalan tersulit yang sedang saudara jalani merupakan proses pembentukan Allah yang terbaik dan jalan-Nya itu meski perlu waktu untuk menjalaninya, tetapi imanilah Dia yang menuntun saudara tidak mungkin akan membiarkan saudara. 

Mungkin saudara saat ini masih bertanya: "mengapa umat Tuhan harus melewati jalan yang sulit?", tetapi ketika saudara setia menjalaninya dengan penuh iman dan pengharapan, maka pada akhirnya saudara tidak lagi akan bertanya melainkan memuji Tuhan karena telah membawa saudara menjadi pemenang di dalam jalan dan kehendak-Nya yang sempurna. Sampai jumpa di tulisan berikutnya, tetap percaya, tetap semangat ya! Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati saudara dan keluarga saudara. Haleluyah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun