Saudara yang terkasih, tema kita kali ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan ketika saudara menghadapi tantangan yang luar biasa di saat saudara sedang giat berjemaat, sedang bersungguh-sungguh ikut Tuhan. Mungkin saudara pernah mendengar seorang pengkhotbah yang berkata bahwa di dalam Tuhan semuanya akan baik-baik saja, cukup beriman saja, kalau ada masalah ditengking saja dan klaim janji-janji Tuhan, maka saudara akan jauh dari masalah. Tetapi faktanya, tidak semudah itu bukan?
Saudara dapat belajar dari Israel yang baru keluar dari Mesir dan saudara akan melihat betapa menakjubkannya ketika Tuhan membawa mereka melewati padang gurun yang penuh tantangan dan bahaya, dan justru di sana Israel terbentuk menjadi bangsa yang kudus dan menyatakan diri sebagai umat pilihan Allah.Â
Di padang gurun Israel belum menerima pemenuhan janji, nanti setelah masuk ke tanah Kanaan, tetapi mereka mendapatkan pendidikan yang luar biasa dari Allah di jalan yang sulit itu. Dan akhirnya, saudara akan mengerti mengapa harus lewat jalan yang penuh penderitaan seperti bangsa Israel. Mari kita belajar bersama.
Pertama, supaya Israel belajar dalam tuntunan Allah (ay. 17a). Kata 'menuntun' dari teks Ibrani artinya memimpin. Ini berarti Israel harus dipimpin dengan petunjuk dari Allah. Setelah keluar dari Mesir pemimpin mereka bukan lagi Firaun, tetapi Allah.Â
Sebagaimana Israel pernah tunduk dan taat mutlak kepada Firaun, demikianlah mereka harus tunduk dan taat mutlak kepada Allah dengan segala aturan, perintah dan ketetapan-Nya. Kesetiaan Israel kepada pimpinan Allah akan memurnikan sikap hati dan perilaku mereka dan itu terjadi di padang gurun.
Kedua, supaya Israel tidak terbiasa mengambil jalan pintas (ay. 17b). Sesungguhnya ada jalan yang baik menuju ke negeri orang Filistin dengan melewati pantai, tetapi jalur ini akan membuat mereka melewati banyak benteng Mesir di tengah jalan yang mana mereka belum siap jasmani maupun kejiwaan untuk berperang apabila dihadang.
Jadi, jalan tercepat dan teraman dari Tuhan ialah berputar melalui padang gurun menuju laut Teberau (ay. 18a). Padang gurun adalah gambaran kesusahan hidup dan laut Teberau merupakan jalan buntu. Tapi ingat, Tuhan membawa Israel berputar bukan berputar-putar! Justru di padang gurun dan di laut Teberau Israel melihat mujizat Tuhan yang dahsyat!
Ketiga, supaya Israel memiliki mental baja (ay. 17c). Di padang gurun, dengan ketidaksiapan Israel untuk berperang, maka Tuhan harus mengubah lebih dahulu mentalitasnya.Â
Ratusan tahun orang Israel diperbudak oleh bangsa Mesir tentu di alam bawah sadarnya mereka merasa Mesir dan bangsa lainnya terlalu superior untuk mereka hadapi. Itu sebabnya Tuhan 'menginstal' ulang mindset orang Israel bahwa mereka adalah umat perjanjian yang telah dipilih berdasarkan perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Dalam Perjanjian Baru, umat Kristen adalah hamba kebenaran dan hamba Allah (Rm. 6:18,22).
Mental pecundang diubahkan menjadi mental pemenang; mental budak Mesir diubahkan menjadi mental hamba Tuhan. Bagian yang tersulit itu bukanlah Israel keluar dari Mesir, tetapi mengeluarkan Mesir dari hati dan pikiran orang Israel. Ini terbukti di kemudian hari ketika orang Israel sering mengingat Mesir sebagai tempat yang lebih baik bagi mereka.
Keempat, supaya Israel siap menghadapi peperangan (ay. 18b). Dengan berjalan memutar Israel memiliki waktu banyak untuk berlatih perang di bawah kepemimpinan Musa.Â