Mohon tunggu...
Theodorus
Theodorus Mohon Tunggu... Bankir - Good people

Good People

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Majapahit Benar-Benar Menaklukan Seluruh Nusantara?

8 Oktober 2022   06:38 Diperbarui: 8 Oktober 2022   06:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin cukup sering mendengar cerita bahwa kerajaan Majapahit itu menaklukan dan menguasai seluruh nusantara. Tapi apakah benar begitu?

Mari kita mengkajinya bersama-sama dengan logis.

Sebagai bangsa yang sudah merdeka, kita tentunya harus punya pikiran yang merdeka juga. Tidak mudah dicekoki oleh pandangan-pandangan sepihak yang memaksakan kehendak. Kita harus terbuka dengan berbagai macam sudut pandang. Begitu juga dalam membahas soal sejarah.

Sebelum masuk pada  pembahasan. Kita perlu tahu dulu soal sumber sejarah. Sumber sejarah ini bermacam-macam dan masing-masing memiliki peringkat atau levelnya sendiri. 

Peringkat sumber sejarah yang biasa dijadikan acuan oleh Kemendikbud, Balai Arkeologi sejarah Indonesia, atau para peneliti sejarah, yaitu :

1. Prasasti sezaman
2. Tinggalan arkeologis sezaman
3. Karya sastra sezaman
4. Berita asing sezaman
5. Karya sastra dari zaman kemudian
6. Mitos dan legenda
7. Kajian dan interpretasi ahli
8. Pendapat opini orang awam

Semakin ke atas maka sumbernya dianggap semakin kuat. Sedangkan semakin ke bawah dianggap lebih lemah.

Begitu juga semakin banyak komponen sumber sejarah yang dimiliki maka akan semakin kuat atau semakin meyakinkan. Sebaliknya semakin sedikit komponen sejarah yang dimiliki maka semakin lemah dan tidak meyakinkan.

Contoh : 

Misalnya kerajaan A punya bukti sejarah berupa nomor 1,2,3,4,5,6,7. Sedangkan kerajaan B punya bukti sejarah berupa nomor 6 saja. Mana yang lebih kuat dan meyakinkan sumbernya?
Jawabanya adalah kerajaan A.

Contoh lain : 

Misalnya kerajaan C punya sumber sejarah hanya nomor 1. Sedangkan kerajaan D hanya memiliki sumber sejarah nomor 6. Mana yang lebih kuat sumbernya? Tentunya kerajaan C

Mengapa prasasti sezaman diletakan pada peringkat yang paling tinggi? Karena prasasti adalah sumber yang muncul di zaman tersebut. Prasasti benar-benar menyaksikan peristiwa di zaman tersebut hanya saja ia tidak bisa bicara. Tapi, prasasti memberikan informasi berita melalui tulisan yang ada di dalamnya.

Selain itu, prasasti adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan di zaman tersebut. Tidak sembarang orang bisa menulis prasasti. Pada masyarakat zaman dulu juga memiliki keyakinan bahwa mengeluarkan prasasti itu disaksikan oleh para dewa. Jika berbohong memberi pernyataan pada prasasti maka akan mendapat kutukan, atau malapetaka yang mengerikan. Jadi, informasi yang ada prasasti bisa dibilang kuat.

Lalu, mengapa kajian dan interpretasi ahli posisinya sebagai sumber sejarah memiliki peringkat yang di bawah?  Karena sebetulnya ahli itu adalah orang yang baru muncul di zaman-zaman kemudian. Bahkan bisa ratusan, ribuan tahun sesudah zaman yang menjadi kajian sejarah. Untuk ahli saja dilihat sebagai sumber yang masih lemah, apalagi jika sumbernya hanya dari pendapat orang awam.

Lalu, mengaoa mitos atau legenda posisinya dibawah sumber lainya seperti : prasasti sezaman, tinggalan arkeologis sezaman, karya sastra sezaman? Karena mitos atau legenda ini diragukan kebenaranya. Tidak bisa dilacak sumber awalnya dari mana. Bukti informasi pertama-nya dari mana kita tidak tau. Tahunya mitos dan legenda itu sudah menyebar begitu saja.

Kemungkinan informasi mitos atau legenda disampaikan secara lisan dan turun temurun oleh masyarakat yang ada di sekitar wilayah yang jadi kajian sejarah. Namanya berita beranting dari mulut ke mulut kan sangat mungkin mengalami perubahan isi. Karena tidak ada catatan aslinya. 

Berbeda dengan prasasti yang tidak bisa dibuat oleh sembarang orang, dan dibuat dengan keyakinan disaksikan oleh para dewa serta akan ada kutukan jika berbohong, maka mitos atau legenda tidaklah begitu. Mitos atau legenda bebas disebarkan oleh siapa saja.

Tapi, mengapa mitos dan legenda diletakan sebagai sumber sejarah yang lebih tinggi peringkatnya dari kajian ahli? Karena, mitos atau legenda biasanya tersebar di masyarakat yang ada di sekitar tempat atau peristiwa yang menjadi kajian sejarah. 

Masyarakat itu memiliki hubungan historis dan sosiologis yang kuat dengan  tempat atau peristiwa yang menjadi kajian sejarah. Berbeda dengan peneliti yang seringkali adalah orang luar. Misalnya peneliti dari Belanda meneliti sejarah masyarakat di lereng gunung A di pulau Jawa. Peneliti ini tidak memiliki hubungan sosiologis dan historis dengan lereng gunung A itu. Tapi dia melakukan pekerjaan penelitian di situ.

Selain itu, walaupun mitos disampaikan secara lisan yang tidak ada bukti tertulisnya, tapi diyakini disampaikan turun temurun dan sangat mungkin berujung pada orang yang benar-benar menjadi saksi sejarah pada masa lalu. Hanya saja namanya berita lisan beranting dan tidak ada bukti tertulis aslinya jadi tidak bisa dicek dengan informasi aslinya. Tapi mitos atau legende tetap bisa dipertimbangkan sebagai sumber sejarah.

---------------------------

Nah lalu berbekal pengetahuan tentang peringkat sumber-sumber sejarah di atas. Kita semua bisa menelusuri apakah Majapahit benar-benar menaklukan seluruh nusantara?

Mari kita diskusikan bersama.

Majapahit itu lahir jaraknya sekitar 600 tahun sesudah kelahiran Sriwijaya. Dengan jarak yang begitu panjang 600 tahun, pastilah kehidupan di era Majapahit itu lebih canggih dan lebih mutakhir dibandingkan zaman Sriwijaya.

Logikanya begini. Kita yang hidup di zaman sekarang tahun 2022, yang jaraknya hanya terpaut 77 tahun saja dari zaman proklamasi kemerdekaan RI, keadaanya sudah sedemikian canggih dibandingkan zaman proklamasi. Apalagi jika jaraknya 600 tahun. Logikanya juga sudah jauh lebih canggih.

Walaupun Sriwijaya lahir di zaman yang lebih tua dari Majapahit (yang asumsinya belum begitu canggih dari Majapahit), tapi Sriwijaya meninggalkan bukti peninggalan yang cukup lengkap. 

Mari kita bahas dulu sejenak Sriwijaya untuk menjadi contoh, dengan menggunakan peringkat sumber-sumber sejarah yang sudah dijelaskan sebelumnya.


PERTAMA, Prasasti sezaman sebagai sumber sejarah peringkat pertama. Apakah Sriwijaya punya? Oh ada. Dan malah prasasti yang memberitakan adanya Sriwijaya ini tersebar di berbagai Provinsi di Sumatera bahkan hingga ke luar negeri. Diantara prasasti-prasasti itu adalah :

A. Prasasti Kedukan Bukit (Provinsi Sumatera Selatan)
B. Prasasti Talang Tuo (Provinsi Sumatera Selatan)
C. Prasasti Kota Kapur (Provinsi Bangka Belitung)
D. Prasasti Karang Berahi (Provinsi Jambi)
E. Prasasti Palas Pasemah (Provinsi Lampung)
F. Prasasti Ligor (Negara Thailand
G. Prasasti Nalanda (Negara India)
H. Prasasti Leiden (Negara Belanda)
I. Prasasri Kanton (China)

KEDUA, peninggalan arkeologis sezaman sebagai sumber sejarah peringkat kedua apakah Sriwijaya punya? Oh punya. Dan peninggalan arkeologisnya juga tersebar di beberapa Provinsi diantaranya :

A. Candi Muaro Jambi (Provinsi Jambi)
B. Candi Muara Takus (Provinsi Riau)
C. Kompleks Candi Bahal (Sumatera Utara)
D. Candi Bumi Ayu (Sumatera Selatan)
E. Peninggalan-peninggalan arca Budha jaman Sriwijaya (Aceh)

KETIGA, Karya sastra sezaman sebagai sumber sejarah peringkat ketiga. Apakah zaman Sriwijaya ada karya sastra? Ada. Yaitu kitab Pramanavartika karya Dharma Kitri. Memang kitab sastra zaman Sriwijaya ini banyak yang belum terungkap. Karena usianya yang sudah jauh lebih tua.

KEEMPAT, Berita asing sezaman. Apakah ada berita dari asing yang memberitakan tentang adanya kerajaan Sriwijaya? Oh ada, yaitu :

A. Tulisan dari I-Tsing seorang pendeta China yang belajar agama Budha di Sriwijaya

B. Berita dari Arab. Kemunculan Sriwijaya pada tahun 600 an Masehi bersamaan dengan lahir dan berkembangnya agama Islam di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW lahir tahun 571 Masehi. Saat berkembangnya agama Islam di Arab, mulai banyak penjelajah Arab yang mengarungi samudra untuk perdagangan dan misi menyebarkan Islam. Selain menuju China lewat jalur darat (jalur sutra) juga melalui laut sampai ke India dan Asia tenggara. Pedagang Arab memberitakan Sriwijaya dengan sebutan negeri Sribusa, Zabag atau Zabay.

--------
Nah, dengan 4 peringkat sumber sezaman saja sudah cukup lengkap dan kuat untuk memberitakan soal keberadaan Sriwijaya. Rasanya tidak perlu kita terlalu panjang membahas Sriwijaya dari sumber peringkat nomor 5 (karya sastra zaman sesudahnya), 6 (mitos dan legenda) dan 7 (kajian ahli). Karena sumber utamanya saja sudah cukup kuat. Kalau kajian ahli soal sriwijaya sudah banyak juga kajianya.  Mitos dan legenda juga ada. Tidak perlu dibahas di sini agar tidak terlalu panjang.

Kemudian sekarang kita bersama-sama menuju kerajaan Majapahit yang muncul di zaman 600 tahun setelah kelahiran Sriwijaya.  Keadaan zaman tentunya lebih canggih.

Dengan teknik yang sama kita akan mencoba untuk menelusuri apakah benar Majapahit menaklukan seluruh wilayah nusantara seperti yang selama ini kita dengar?

Kita cek sumber sejarah peringkat/level PERTAMA yaitu Prasasti sezaman. Prasasti-Prasasti sezaman Majapahit diantaranya :
1. Prasasti Kudadu (Sidoarjo, Jawa Timur)
2. Prasasti Sukamerta (Gunung
    Penanggungan, Jawa Timur)
3. Prasasti Balawi (Lamongan, Jawa Timur)
4. Prasasti Waringin Pitu (Trenggalek, Jawa Timur)
5. Prasasti Canggu (Lamongan, Jawa Timur)
6. Prasasti Biluluk I (Lamongan, Jawa Timur)
7. Prasasti Bilukuk II (Lamongan, Jawa Timur)
8. Prasasti Biluluk III (Lamongan, Jawa Timur)
9. Prasasti Karang Bogem (Gresik, Jawa Timur)
10. Prasasti Marahi Manuk (Trenggalek, Jawa Timur)
11. Prasasti Parung (Mojokerto, Jawa Timur)
12. Prasasti Katiden I (Malang, Jawa Timur)
13. Prasasti Alasantan (Mojokerto, Jawa Timur)
14. Prasasti Kamban (Mojokerto, Jawa Timur)
15. Prasasti Wurare (Mojokerto, Jawa Timur)

Bisa kita lihat, dari semua prasasti sezaman Majapahit di atas, semuanya terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur saja. Hingga sekarang belum ditemukan prasasti Majapahit di wilayah provinsi lain di Indonesia (khususnya di luar Jawa Timur,  Jawa Tengah dan Bali) yang memberitakan atau mengkonfirmasi sebagai wilayah yang pernah ditaklukan dikuasai atau dijajah oleh Majapahit. 

Dari semua prasasti yang disebut di atas tadi juga tidak satupun yang memberitakan tentang penaklukan seluruh daerah di nusantara tanpa kecuali.

Yang menarik lagi, di negara tetangga terdekat Majapahit saja yaitu Kerajaan Sunda (yang sekarang menjadi Provinsi Jawa Barat) jhingga kini juga tidak ada prasasti yang berisi bahwa itu masuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit pada masa lalu.

Padahal telah kita bahas di atas bahwa prasasti adalah sumber sejarah dengan PERINGKAT PALING TINGGI yang muncul di zamannya. Karena tidak sembarang orang dalam mengeluarkan prasasti, dan adanya keyakinan itu disaksikan para Dewa, jika berbohong maka akan mendapat kutukan atau malapetaka. Tidak adanya prasasti di provinsi lain di Indonesia selain Jawa Timur yang mengkonfirmasi penaklukan Majapahit di wilayah tersebut, melemahkan anggapan bahwa Majapahit itu menguasai atau menaklukan seluruh wilayah nusantara.

Kemudian kita lanjut dengan sumber sejarah level KEDUA, peninggalan arkeologis sezaman. Majapahit juga meninggalkan peninggalan Candi, diantaranya :

1. Candi Bajang Ratu (Mojokerto, Jawa Timur)
2. Gapura Wringin Lawang (Mojokerto, Jawa Timur)
3. Candi Panataran (Blitar, Jawa Timur)
4. Candi Tikus (Mojokerto, Jawa Timur)
5. Candi Pari (Sidoarjo, Jawa Timur)
6. Candi Jabung (Probolinggo, Jawa Timur)
7. Candi Sukuh (Karanganyar, Jawa Tengah)
8. Candi Cetho (Karanganyar, Jawa Tengah)
9. Kolam Segaran (Mojokerto, Jawa Timur)

Bisa kita lihat bahwa peninggalan bangunan Majapahit kebanyakan berada di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tidak ditemukan bangunan arkeologis milik Majapahit di provinsi lain di Indonesia (terutama di luar Jateng dan Jatim) yang mengkonfirmasi atau menguatkan bahwa wilayah tersebut adalah wilayah jajahan atau dikuasai oleh Majapahit. Padahal "expansionistic building" atau bangunan yang dibangun dalam rangka penguasaan wilayah adalah bangunan yang lazim ditemui di semua peradaban di dunia ini saat menaklukan atau menguasai sebuah wilayah lain.

Di wilayah tetangga terdekatnya saja yaitu Kerajaan Sunda (yang sekarang menjadi Provinsi Jawa Barat) tidak ditemukan bangunan yang menegaskan tentang penguasaan Majapahit di wilayah itu.

Peninggalan sezaman Majapahit baik itu prasasti atau bangunan-bangunan yang sebagian besar terpusat di Provinsi Jawa Timur saja, tentu menjadi tanda tanya. Apalagi Majapahit muncul ratusan tahun setelah lahirnya Sriwijaya, yang zamanya sudah lebih maju dan canggih.

Sriwijaya saja yang lahir di zaman belum semaju zaman Majapahit memiliki berita prasasti dan peninggalan arkeologis menyebar di berbagai provinsi Sumatera dan negara lain.

Kemudian, sumber sejarah level KETIGA karya sastra sezaman. Majapahit meninggalkan banyak peninggalan karya sastra yaitu :
1. Kitab NegaraKertagama,
2. Kitab Sutasoma
3. Kitab Arjunawijaya
4. Kitab Tantu Pagelaran
5. Kitab Panjiwijayakrama
6. Kitab Usana Jawa
7. Kitab Pararaton
8. Kitab Ranggalawe
9. Kitab Sorandakan

Dari kitab-kitab di atas, kitab yang bercerita tentang penaklukan Majapahit atas wilayah lain hanya pada Kitab Usana Jawa yang berisi penaklukan Majapahit atas Bali. Hanya Bali tidak ada wilayah lain yang ditaklukan dalam cerita kitab itu.

Dan pada Kitab Negara Kertagama (NK) yang disebut-sebut sebagai kitab utama Majapahit selain Sutasoma barulah berisi tentang catatan negara-negara yang diklaim sebagai negara bawahan dari Majapahit, yaitu mulai pada bagian Pupuh 13 s/d Pupuh 16.

Namun pada catatan di Negara Kertagama tersebut masih kurang jelas apakah negara-negara tersebut memang benar-benar ditaklukan, dijajah atau dikuasai atau hanya sebatas hubungan kerja sama saja (aliansi).

Beberapa negara-negara asing juga disebut dalam kitab Negara Kertagama bagian Pupuh 15 seperti : Siam dengan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari. Campa, Kamboja, dan Yawana. Tapi secara jelas dicatat sebagai NEGARA SAHABAT. Tidak ada berita soal penaklukan, penguasaan apalagi penjajahan atas negara-negara tersebut

Menariknya dari sekian banyak negara-negara bawahan yang disebut dalam kitab Negara Kertagama, namun tidak satupun kata yang ditemukan tentang Negara Sunda. Padahal itu adalah wilayah tetangga paling dekat dengan Majapahit.

Anda bisa membaca terjemahan lengkap Kitab Negara Kertagama, dapat diunduh di link yang ada di kolom komentar.

Informasi catatan negara-negara yang ada di dalam Kitab Negara Kertagama inilah yang sering menjadi acuan bagi sebagian orang untuk mengklaim bahwa Majapahit itu menguasai, menaklukan bahkan pada pendapat yang lebih ekstrim lagi, Majapahit itu telah menjajah setiap jengkal wilayah di Nusantara.

Mari kita ingat kembali peringkat Sumber sejarah yang telah dijelaskan di atas tadi. Bahwa naskah atau karya sastra sezaman peringkatnya masih berada di bawah prasasti sezaman dan peninggalan arkeologis sezaman.

Selain itu, yang tertulis pada naskah kitab adalah tulisan SEPIHAK dari pihak kerajaan. Tulisan sepihak itu masih dirasa bias. Ibaratnya menulis sejarahnya sendiri dengan keinginan sendiri. Perlu ada data pembandingnya di daerah lain supaya keabsahanya semakin terpercaya.

Kemudian,  kalimat-kalimat dalam Negara Kertagama tentang negara bawahan juga dirasa belum jelas. Apakah Majapahit itu benar-benar mengalahkan dan menguasai mereka atau hanya sebatas sekutu (aliansi) saja.

Pada beberapa kalimat dalam NK juga menceritakan bahwa jika ada negara yang tidak patuh akan diserang. Tapi apakah dengan begitu lantas kita menyimpulkan bahwa negara-negara itu adalah taklukan atau jajahan Majapahit?

Kita tahu secara umum bahwa hubungan aliansi juga ada konsekuensinya, jika ada yang melanggar, tidak patuh atau ingkar maka tentunya akan diserang. Jadi istilah akan diserang ini tidak selalu untuk negara taklukan, bisa juga untuk negara aliansi yang ingkar.

Dan untuk negara-negara Asing seperti yang telah disebut pada paragraf sebelumnya telah jelas disebut sebagai Negara Sahabat. Bukan Negara Taklukan.

Selanjutnya setelah sumber sejarah peringkat PERTAMA, KEDUA dan KETIGA tentang Majapahit, sumber peringkat KEEMPAT adalah Berita asing. Beberapa berita Asing yang memberitakan terkait kerajaan Majapahit, yaitu :

1. Catatan Dinasti Ming (Catatan ini mengungkap adanya hubungan diplomasi antara Kekaisaran China dan Kerajaan Majapahit. Tapi tidak ada berita bahwa Majapahit menaklukan atau menjajah semua wilayah di Nusantara)

2. Catatan Perjalanan Tomme Pires. Tomme Pires seorang penjelajah asal Portugal pernah menulis buku perjalananya dalam bahasa Portugal berjudul "Summa Oriental : Que Trata do Mar Roxo At Aos. Yang jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah : Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina). Buku ini kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Inggris pertama kali oleh Armando Z. Corteso.

Buku Tommer Pires berisi gambaran negeri-negeri yang dilalui oleh dirinya meliputi wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara sampai Asia Timur. Di dalamnya juga bercerita tentang pulau-pulau di Nusantara seperti Jawa, Sumatera, Bali, Borneo Maluku dll.

Untuk terjemahan Bahasa Inggris dari Tomme Pires ini dapat diunduh pada link yang ada di kolom komentar

Dalam terjemahan Bahasa Inggris dari Buku Tomme Pires. Penjelasan tentang pulau Java terdapat pada halaman 166 - 201. Menariknya, dalam tulisanya Tomme Pires membagi dua wilayah Pulau itu antara wilayah Sunda dan Wilayah Jawa (Lihat gambar screen shoot buku Tomme Pirres di bawah).

Kemudian di beberapa bagian Tomme Pires juga bercerita tentang pelabuhan alapa (Sunda Kelapa) sebagai pelabuhan yang besar menghubungkan perdagangan dengan Palembang, Borneo dan wilayah lain.

Dokpri/Summa Oriental: Que Trata do Mar Roxo At Aos
Dokpri/Summa Oriental: Que Trata do Mar Roxo At Aos


Tomme pires juga menyebutkan tentang kerajaan Majapahit. Tapi tidak dijelaskan apakah kerajaan ini menguasai, menaklukan atau dalam bahasa ekstrim yang pernah kita temukan menjajah setiap jengkal nusantara.

Jika kita search kata Majapahit pada buku Tomme Pires hanya akan muncul sekitar 5 kata Majapahit saja. 4 kata diantaranya muncul pada halaman 185. Tapi tidak ditemukan sama sekali berita soal majapahit menaklukan setiap jengkal nusantara. Hanya bercerita hubungan Raja Majapahit dengan Aria damar dan Raden Patah saja (Lihat gambar screen shoot dengan blok warna kuning)

Dokpri/Summa Oriental: Que Trata do Mar Roxo At Aos
Dokpri/Summa Oriental: Que Trata do Mar Roxo At Aos

Kesimpulanya, dari 4 sumber sejarah dengan peringkat tertinggi tentang Majapahit yaitu :


1. Prasasti sezaman,
2. Peninggalan arkeologi sezaman,
3. Karya sastra sezaman dan
4. Berita asing

Rasanya masih belum kuat untuk menyimpulkan bahwa Majapahit itu menaklukan, menguasai atau bahkan menjajah setiap jengkal nusantara.

Lalu kenapa kita sering mendengar bahwa Majapahit itu menguasai atau menaklukan nusantara? Kemungkinan itu muncul pada sumber lainya dengan peringkat yang lebih rendah yaitu : Mitos atau legenda (sumber peringkat Nomor 6) dan interpretasi ahli serta orang-orang awam sesudahnya (sumber peringkat nomor 7 dan 8).

Kita tahu bahwa saat berdirinya republik Indonesia salah satu orang yang dipandang sebagai tokoh ahli sejarah adalah M. Yamin. Dialah yang diyakini merekayasa wajah Patih Gajah Mada mirip dengan wajah dirinya. Dia juga yang mengangkat dan mulai menggemborkan kembali nama Majapahit. Kemudian, setelah Indonesia merdeka pula mulailah digemborkan kembali di buku-buku sejarah bahwa Majapahit ini adalah kerajaan besar yang menguasai seluruh Nusantara. Masuk zaman Orde Baru semakin degemborkan lagi di berbagai buku sejarah.

Mungkin maksud awal dari M. Yamin ini baik. Ia ingin menghidupkan kembali semangat para pejuang yang sudah terlalu lama menjadi bangsa Inferior atas penjajahan. Ia ingin menumbuhkan kepercayaan diri orang Indonesia bahwa dulu leluhur kita di Nusantara pernah memiliki kerajaan besar yang berpengaruh. Maksudnya baik untuk meningkatkan moral perjuangan.

Tapi jika kemudian narasi-narasi tentang Majapahit itu sengaja dibelokan bahwa Majapahit menguasai dan menjajah setiap jengkal nusantara, yang tujuanya untuk menjadikan etnis tertentu superior diantara yang lainya, itu perlu dikritisi rasanya. Karena kita sudah sama-sama tinggal di NKRI yang dibangun bersana oleh darah dan pengorbanan setiap etnis di nusantara. Semuanya sama sebagai warga negara. Tidak ada yang boleh merasa superior atau diinferiorkan.  Dan pada zaman majapahit pun belum ada dikenal istilah etnis atau suku-suku Nusantara.

Kita semua punya tanggung jawab untuk meluruskan hal ini.  Jika ada orang yang menggemborkan bahwa Majapahit menaklukan atau menguasai setiap jengkal nusantara. Apalagi mengkaitkan Majapahit dengan etnis tertentu untuk membangkitkan rasa superioritas. Itu harus dilawan. Karena itu bisa mengusik rasa persatuan dan kesatuan. Begitu juga anak-anak kita harus diberi pemahaman, agar ia tak mudah dicekoki informasi dari guru sejarah di sekolahnya yang bisa saja keliru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun