Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bila Jadi Bos, Jangan Abaikan Mental Bawahan

2 Februari 2025   20:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   20:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerjasama di tempat kerja (Foto : Pixabay)

Beberapa waktu lalu, secara tidak sengaja Saya bertemu dengan seorang teman yang tubuhnya semakin kurus, sakit-sakitan dan terlihat banyak beban. 

Saya menanyakan dirinya apakah dia baik-baik saja? Setahun sebelumnya ketika kami bertemu, tubuhnya tidak sekusut ini. Dia menarik Saya ke tempat yang sepi dan mengeluhkan dirinya yang kehilangan semangat kerja.

Ilmu dan kompetensi yang dimilikinya lebih tepat diaplikasikan di departemen lamanya, ketimbang di tempat kerja yang baru. Mutasi yang dilakukan Bos secara sepihak, tanpa memberikan alasan yang kuat, membuat dirinya merasa terbuang. 

Semangat kerja yang dimilikinya terasa menguap entah kemana. Di tempat kerjanya yang baru pun teman Saya merasa sulit beradaptasi, dan kehilangan rasa percaya diri.

 Akibatnya, dia sering tidak masuk kantor, kalaupun masuk, hanya sebentar saja. Ketidaknyamanan di tempat kerja baru juga turut memberi dampak pada relasi dengan pasangan serta keluarganya.

Pentingnya kesehatan mental di tempat kerja

Seorang pemimpin atau bos, memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya untuk mencapai target bisnis tetapi juga memastikan kesejahteraan timnya.

Penting bagi seorang bos untuk memahami bahwa selain menetapkan visi, mengelola kinerja, bos juga harus memberikan motivasi, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Tujuannya agar keseimbangan kerja tercapai dan kehidupan karyawan tetap produktif dan loyal.

Kesehatan mental (Foto : Wokandapix/Pixabay)
Kesehatan mental (Foto : Wokandapix/Pixabay)

Sayangnya tidak semua pemimpin memahami hal ini. Mungkin hanya sibuk mengejar target atau pencapaian lainnya, namun lupa menjaga keseimbangan kerja di dalamnya. 

Salah satu poin penting untuk mendukung keseimbangan kerja adalah memahami dan peduli terhadap kesehatan mental bawahannya.

Menurut para ahli,  kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tekanan ekonomi, trauma masa lalu, keturunan, gangguan fisik atau cedera serta faktor lingkungan, termasuk lingkungan kerja yang tidak sehat.

Kesehatan mental yang baik memberi kontribusi pada efisiensi dan produktivitas bawahan. Ketika bawahan merasa dihargai dan didukung, dapat dipastikan bawahan cenderung bekerja dengan lebih semangat, kreatif dan inovatif. 

Sebaliknya, lingkungan kerja yang penuh tekanan tanpa dukungan emosional dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, serta penyakit serius lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan pencernaan, serta insomnia. 

Semua kondisi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh dan menurunkan kualitas kerja; pada akhirnya akan berdampak pada pengunduran diri atau pemecatan terhadap bawahan. Tentu saja, ini akan memberi citra yang buruk bagi perusahaan atau tempat kerja.

Kenali tanda bawahan mengalami masalah mental 

Menurut  Kemenkes RI, ada beberapa tanda yang bisa ditunjukkan oleh seseorang ketika mengalami  gangguan mental.  Seseorang yang terganggu mentalnya menjadi kurang inisiatit dan kinerjanya menurun. 

Selain itu muncul sikap menarik diri dari lingkungan sosial, tidak peduli pada rekan kerja atau pekerjaan, serta kurang terlibat dalam tim. Perubahan emosi yang tidak biasa, seperti mudah tersinggung atau apatis juga menjadi penanda akan hal tersebut.

Ciri lainnya adalah sulit menyelesaikan tugas, menjadi kurang kreatif dan inisiatif dalam bekerja.  Kehadiran di tempat kerja juga menjadi berkurang atau sering mengeluhkan masalah fisik akibat stres. 

Gangguan pola tidur, seperti insomnia atau kelelahan berlebihan juga sering dialami oleh mereka yang mentalnya terganggu. Lebih parah lagi adalah akan menunjukkan tanda-tanda kecemasan berlebih atau ketakutan yang tidak beralasan.

Peran Pemimpin dalam Menjaga Kesehatan Mental Karyawan 

Pada kasus yang dialami teman Saya, mungkin saja bos di perusahaannya kurang peka akan perannya untuk menjaga kesehatan mental bawahannya.

Seorang bos memiliki peran besar dalam menciptakan budaya kerja yang sehat. Budaya kerja yang sehat akan muncul bila hal berikut ini terpenuhi.

Bawahan akan berada pada situasi kerja yang nyaman dan tidak penuh tekanan ketika berada dalam lingkungan kerja yang suportif. Alih-alih melakukan bullying, favoritisme atau diskriminasi, dorong budaya komunikasi terbuka dan berikan kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan keluhan mereka tanpa takut dihukum, mendapatkan kecaman atau intimidasi.

Bawahan bukanlah robot yang bisa dipaksa bekerja 24 jam. Mengatur fleksibilitas kerja seperti work from home atau jam kerja yang fleksibel adalah upaya untuk tetap menjaga work life balance  di tempat kerja.  Tidak membebani karyawan dengan tuntutan kerja berlebihan, dapat dilakukan dengan pembagian kerja yang adil.

Ada hal sederhana yang sulit dilakukan ketika menjadi seorang bos, padahal sangat penting bagi bawahannya. Memberi apresiasi dan pengakuan. Apresiasi dan pengakuan yang diberikan secara tulus -bukan hanya di mulut- membawa dampak psikis, akan terasa sampai ke hati bawahannya. 

Menjadi pendengar yang baik, memang bukanlah hal yang mudah, namun perlu dicoba oleh pemimpin. Tidak perlu terburu-buru untuk menghakimi atau memutuskan sesuatu hanya karena merasa yang dikeluhkan adalah hal yang tidak berarti bagi seorang pemimpin.

Percayalah, ketika itu dilakukan dengan jujur dan tulus, semangat kerja bawahan akan tetap terjaga dan Anda tidak kehilangan loyalitas mereka!

Ilustrasi tim kerja yang solid (Foto : StockSnap/Pixabay)
Ilustrasi tim kerja yang solid (Foto : StockSnap/Pixabay)

Beri dukungan mental  dengan menyediakan akses layanan  konseling atau psikolog bagi yang membutuhkan, juga pelatihan manajemen stres dan kesehatan mental secara berkala bagi bawahan. 

Pemimpin dan bawahan adalah sebuah tim kerja. Sikap terlalu perfeksionis seorang pemimpin,  atau tekanan terhadap bawahan secara berlebihan,  juga menyulitkan tim untuk mencapai tujuan. Pemimpin yang menunjukkan pola kerja seimbang dan cara mengelola stres dengan baik akan menjadi inspirasi bagi timnya.

Setiap orang punya batasan dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Pengaturan jadwal kerja yang manusiawi dan memberi kesempatan bawahan untuk beristirahat secara optimal adalah hal yang perlu dilakukan untuk mencegah burnout.

Lakukan aktivitas  seperti olahraga bersama secara rutin, untuk mengurangi stres.  Tidak perlu menuntut lembur berlebihan, atau menatap bawahan dengan pandangan aneh ketika pulang on time, seolah itu adalah dosa. 

Dorong bawahan untuk mengambil cuti yang menjadi hak mereka, sehingga tidak ada perasaan bersalah ketika melakukannya. 

Mari ciptakan lingkungan kerja yang sehat untuk hasil yang luar biasa! 

Referensi : 1, 2

Salam sehat!

Kupang, 02-02-2025

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun