Menurut para ahli, Â kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tekanan ekonomi, trauma masa lalu, keturunan, gangguan fisik atau cedera serta faktor lingkungan, termasuk lingkungan kerja yang tidak sehat.
Kesehatan mental yang baik memberi kontribusi pada efisiensi dan produktivitas bawahan. Ketika bawahan merasa dihargai dan didukung, dapat dipastikan bawahan cenderung bekerja dengan lebih semangat, kreatif dan inovatif.Â
Sebaliknya, lingkungan kerja yang penuh tekanan tanpa dukungan emosional dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, serta penyakit serius lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan pencernaan, serta insomnia.Â
Semua kondisi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh dan menurunkan kualitas kerja; pada akhirnya akan berdampak pada pengunduran diri atau pemecatan terhadap bawahan. Tentu saja, ini akan memberi citra yang buruk bagi perusahaan atau tempat kerja.
Kenali tanda bawahan mengalami masalah mentalÂ
Menurut  Kemenkes RI, ada beberapa tanda yang bisa ditunjukkan oleh seseorang ketika mengalami  gangguan mental.  Seseorang yang terganggu mentalnya menjadi kurang inisiatit dan kinerjanya menurun.Â
Selain itu muncul sikap menarik diri dari lingkungan sosial, tidak peduli pada rekan kerja atau pekerjaan, serta kurang terlibat dalam tim. Perubahan emosi yang tidak biasa, seperti mudah tersinggung atau apatis juga menjadi penanda akan hal tersebut.
Ciri lainnya adalah sulit menyelesaikan tugas, menjadi kurang kreatif dan inisiatif dalam bekerja. Â Kehadiran di tempat kerja juga menjadi berkurang atau sering mengeluhkan masalah fisik akibat stres.Â
Gangguan pola tidur, seperti insomnia atau kelelahan berlebihan juga sering dialami oleh mereka yang mentalnya terganggu. Lebih parah lagi adalah akan menunjukkan tanda-tanda kecemasan berlebih atau ketakutan yang tidak beralasan.
Peran Pemimpin dalam Menjaga Kesehatan Mental KaryawanÂ
Pada kasus yang dialami teman Saya, mungkin saja bos di perusahaannya kurang peka akan perannya untuk menjaga kesehatan mental bawahannya.
Seorang bos memiliki peran besar dalam menciptakan budaya kerja yang sehat. Budaya kerja yang sehat akan muncul bila hal berikut ini terpenuhi.
Bawahan akan berada pada situasi kerja yang nyaman dan tidak penuh tekanan ketika berada dalam lingkungan kerja yang suportif. Alih-alih melakukan bullying, favoritisme atau diskriminasi, dorong budaya komunikasi terbuka dan berikan kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan keluhan mereka tanpa takut dihukum, mendapatkan kecaman atau intimidasi.
Bawahan bukanlah robot yang bisa dipaksa bekerja 24 jam. Mengatur fleksibilitas kerja seperti work from home atau jam kerja yang fleksibel adalah upaya untuk tetap menjaga work life balance di tempat kerja.  Tidak membebani karyawan dengan tuntutan kerja berlebihan, dapat dilakukan dengan pembagian kerja yang adil.
Ada hal sederhana yang sulit dilakukan ketika menjadi seorang bos, padahal sangat penting bagi bawahannya. Memberi apresiasi dan pengakuan. Apresiasi dan pengakuan yang diberikan secara tulus -bukan hanya di mulut- membawa dampak psikis, akan terasa sampai ke hati bawahannya.Â
Menjadi pendengar yang baik, memang bukanlah hal yang mudah, namun perlu dicoba oleh pemimpin. Tidak perlu terburu-buru untuk menghakimi atau memutuskan sesuatu hanya karena merasa yang dikeluhkan adalah hal yang tidak berarti bagi seorang pemimpin.