Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mari Memaafkan, Lalu Melupakan

29 Desember 2024   20:23 Diperbarui: 30 Desember 2024   07:18 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warna-warni penuh harapan (Foto: Monicore/Pixabay)

Natal 2024,  terasa begitu istimewa. Bukan saja karena damai sukacitanya yang sangat terasa meski dalam kesederhanaan yang kami miliki, namun karena juga tanggal 24 Desember 2024 sebagai penanda dimulainya tahun Yubileum 2025, yang akan berakhir tanggal 6 Januari 2026 nanti. 

Tahun Yubileum 2025 mengusung tema Peziarah-peziarah Harapan (Pilgrims of Hope). Sebagai sebuah perayaan besar dalam kalender liturgi Gereja Katolik, Tahun Yubileum mengingatkan akan banyak hal terkait kehidupan, salah satunya adalah belas kasih. 

Sama seperti Pintu Suci yang dibuka untuk semua orang tanpa terkecuali, kita juga diajak untuk membuka hati, mengampuni mereka yang telah melukai kita, dan melangkah menuju hidup yang lebih damai.

Kita semua pernah terluka

Sebagai manusia, kita bukanlah makhluk yang sempurna, yang tidak memiliki rasa kecewa atau kemarahan dalam diri pribadi. Kita semua pernah merasa terluka. Ada masanya, dalam hidup kita bersama, tentu pernah terjebak dalam situasi rasa sakit dan kemarahan yang luar biasa. Kita terluka, karena kita hidup. 

Siapapun bisa menjadi penyebab luka dalam diri, dari orang-orang yang kita kasihi atau bahkan dari diri kita sendiri. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, maka luka itu muncul sebagai respon ketidaksempurnaan kita. 

Saya sendiri pernah berada di titik terendah, ketika rasa kecewa begitu mendalam karena seseorang  menyakiti hati Saya. Luka itu terasa begitu tajam, dan membuat hidup Saya seperti penuh beban. 

Bayangan rasa sakit itu sering kali muncul tanpa diundang, mengingatkan Saya pada kenangan yang ingin Saya tinggalkan. Dua tahun Saya hidup dalam rasa yang tidak damai.

Sukacita hanya mampir sejenak namun sebentar kemudian pergi entah kemana,  karena dipenuhi oleh amarah dalam diri dan ini selalu menghambat langkah Saya, bahkan  menyebabkan Saya terus terpuruk. 

Memaafkan mudah, melupakan sulit

Bagi sebagian orang, urusan memaafkan bukanlah perkara mudah. Perasaan marah, kecewa, atau bahkan gengsi, kerap menjadi penghalang. Ego yang ada kerap meresponnya sebagai kekalahan, bila memberi maaf pada mereka yang melukai hati. 

Tetapi, apakah kita benar-benar ingin terus hidup dalam bayang-bayang luka tersebut? Nyatanya setiap bayang luka tersebut, juga menciptakan belenggu emosi negatif, yang benar-benar menguras energi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun