Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

NTT Bertenun, Parade Menuju Dunia

20 Desember 2024   05:10 Diperbarui: 20 Desember 2024   18:03 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperingati hari ulangtahun Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke 66, yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2024, Pemerintah Provinsi mengadakan Parade Tenunan NTT. 

Parade yang diberi tajuk "Parade Exotic Tenun NTT, NTT Bertenun" merupakan rangkaian kegiatan peringatan HUT NTT, Hari Ibu, dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN).

Bukan sekadar perayaan, tetapi parade yang dilakukan sebagai ajang untuk memperkenalkan keindahan tenunan NTT pada dunia luar. 

Melibatkan dua puluhan ribu peserta yang diikuti oleh organisasi perangkat daerah, instansi vertikal tingkat provinsi dan kabupaten/kota, hingga masyarakat umum, kegiatan ini diharapkan menjadi ajang untuk melestarikan dan bagian dari promosi kain tenun.

Tenunan cantik dari kabupaten di NTT (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Tenunan cantik dari kabupaten di NTT (Foto: Dokumentasi Pribadi)

737 motif, ragam teknik dan sejuta cerita

Kisah tentang alam NTT yang indah, budayanya yang sarat makna, telah sampai ke benua lain. Seni menenun, sebagai salah satu warisan budaya yang menjadi identitas masyarakat NTT pun, tak luput dari perhatian. 

Bagi masyarakat NTT, kain tenun lebih dari sekadar produk kerajinan tangan. Di atas selembar tenunan, ada kisah dan filosofi tertentu yang tertuang di sana. 

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT menyebutkan terdapat 737 motif yang khas dan tersebar di seluruh wilayah NTT. Setiap motif memiliki cerita dan filosofi yang unik, dan mencerminkan keragaman adat dan budaya dari tiap suku di NTT serta relasi manusia dengan lingkungannya. 

Kain-kain ini dibuat dengan berbagai teknik tradisional seperti teknik ikat, di mana benang diwarnai sebelum diikat; Buna, yang menonjolkan teknik bordir unik; dan lotis, sotis atau songket, yaitu perpaduan seni tenun dan rajut.

Kain tenun dan tantangan yang dihadapi

Kain tenun NTT menjadi motor penggerak lokal bagi penenun, khususnya perempuan di desa. Lebih kurang dua pertiga dari jumlah 3353 desa di NTT masih memiliki budaya menenun. 

Sayangnya, kondisi ini tidak diimbangi dengan proses regenerasi penenun. Hal ini menjadi penghambat, akibat minimnya minat generasi muda untuk menenun. 

Di era digital, pemasaran kain tenun NTT juga menghadapi tantangan baru. Produk tradisional sering kali sulit bersaing dengan produk modern yang diproduksi massal. Selain itu, banyak penenun yang masih kesulitan mengakses teknologi atau memahami platform digital untuk mempromosikan karya mereka.

Tenun NTT dalam segala acara (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Tenun NTT dalam segala acara (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Wajah tenun NTT di panggung internasional

Kombinasi kain tradisional ini dengan gaya modern, yang disulap oleh desainer, membuat tenunan digemari oleh pasar global. Pameran-pameran budaya di luar negeri juga menjadi cara efektif untuk memperkenalkan keindahan kain tenun kepada masyarakat dunia.

Partisipasi dalam pameran internasional seperti pagelaran tunggal Couture New York Fashion Week pada tahun 2017 dan pagelaran mode bergengsi di dunia, yakni Paris Fashion Week 2018 menjadi bukti, bahwa tenunan NTT tidak bisa dipandang sebelah mata.

Pagelaran seperti ini akan membuka peluang ekspor yang lebih luas. Kolaborasi dengan desainer Indonesia maupun desainer internasional akan membawa lembaran tenunan ini jauh lebih terkenal, tanpa kehilangan keaslian motifnya.

Untuk mendukung hal tersebut, pemanfaatan media sosial dan e-commerce tertentu sangat penting untuk memperkenalkan kain tenun kepada pembeli internasional.

Kain tenun Suku Kaleitawas-Alor, yang dipakai oleh Kepala Suku dan keluarganya (Foto : Theodolfi)
Kain tenun Suku Kaleitawas-Alor, yang dipakai oleh Kepala Suku dan keluarganya (Foto : Theodolfi)

Dukung tenun NTT dengan cara masing-masing

Dukungan pemerintah seperti serftifikasi motif untuk menghindari plagiarisme dan penguatan hak kekayaan intelektual, sangat penting agar tenun NTT terus maju berkembang. Saat ini sudah lebih dari 100 motif yang telah tersertifikasi. 

Selain itu, Saya dan juga Anda dapat berpartisipasi agar tenunan ini terus bersinar. Cukup dengan membeli tenunan NTT yang asli, dengan demikian Anda turut menjaga warisan budaya dan juga menolong ekonomi penenun. 

Semoga!

Selamat ulangtahun, NTT

Bae sonde bae, NTT lebe bae


Referensi : indonesia.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun