Karena batasan ini, pada akhirnya berdampak pada tidak dipilihnya perempuan sebagai 'leader' dalam sebuah penelitian. Perempuan sering dianggap kurang tegas atau emosional dalam pengambilan keputusan, terlebih karena perempuan adalah makhluk yang mengedepankan rasa daripada logika.
Beban ganda perempuan
Berbeda dengan laki-laki, perempuan sering dihadapkan pada beban ganda yang dimiliki. Sebagai ibu yang harus mengurus urusan rumah tangga sekaligus sebagai peneliti. Kondisi ini akan menguras energi dan mengurangi produktivitas dalam penelitian.
Pada beberapa kasus, kurangnya dukungan pasangan dan keluarga juga menjadi catatan tersendiri. Tidak sedikit perempuan yang harus membatasi diri karena tidak mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang terdekat mereka.Â
Stigma, norma dan budaya yang menghambat
Munculnya stigma dalam masyarakat tertentu terhadap perempuan yang memiliki ambisi untuk selangkah lebih maju dalam dunia penelitian, dianggap melawan kodratnya sebagai ibu dan perempuan. Bukan tidak mungkin hal ini dapat menimbulkan tekanan sosial kepada perempuan itu sendiri.
Adanya aggapan dalam kelompok masyarakat tertentu yang diklaim sebagai norma dan budaya setempat, tentang kepantasan seorang perempuan untuk bepergian atau melakukan pekerjaan di daerah tertentu juga menjadi faktor penghambat yang membatasi gerak perempuan untuk melakukan penelitian secara langsung hingga ke daerah sulit terjangkau.Â
Jurnal predator dan tuntutan publikasi
Maraknya kehadiran jurnal predator serta tingginya tuntutan untuk mempublikasikan artikel ilmiah yang berkualitas, juga menjadi tantangan tersendiri bagi para peneliti perempuan.
Bila tidak teliti, maka publikasi di jurnal predator akan menimbulkan banyak kerugian. Selain kerugian akademik karena dinilai tidak valid, juga menimbulkan kerugian finansial akibat membayar sejumlah uang untuk kemudahan publikasi.
Parahnya lagi akan berdampak pada hilangnya rasa percaya diri yang berakibat pada menurunnya motivasi atau gairah untuk melakukan penelitian kembali.Â
Mari beri ruang pada perempuan untuk menjadi diri mereka sendiri. Jangan jadikan fisiknya sebagai pembatas gerak mereka, tapi lihatlah potensi yang ada dalam diri mereka. Biarkan mereka bersinar dan memberi kekuatan baru bagi dunia!
Kupang, 9 Desember 2024