Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyusuri Harta Tersembunyi di Museum 1000 Moko Alor

14 Oktober 2024   15:45 Diperbarui: 14 Oktober 2024   22:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nekara dan moko di Museum 1000 Moko Alor (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Ada Museum 1000 Moko, museum yang terletak di jantung kota Kalabahi, Kabupaten Alor. Museum ini berdiri tegak, tidak sekedar menyimpan harta tak ternilai dari peradaban dan kebudayaan yang sudah ada berabad-abad lamanya, tapi juga pintu gerbang menuju kisah-kisah di masa lampau.

Saya merasa sebagai orang yang paling beruntung hari ini, ketika dalam aktivitas olahraga pagi Saya, akhirnya Saya menemukan lokasi ini. Namun, Saya belum bisa masuk karena museum belum dibuka.

Rupanya museum baru dibuka pada jam delapan pagi ini. Saya pun kembali ke hotel dan balik ke museum ini setelah seluruh aktivitas penting hari ini diselesaikan. 

Sebelah kiri : Foto Raja-raja di Alor. Kanan : Orang Alor Tempoe Doloe (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Sebelah kiri : Foto Raja-raja di Alor. Kanan : Orang Alor Tempoe Doloe (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Ada dua bagian utama dalam kawasan museum ini. Bangunan paling depan sebelah kiri, digunakan untuk menyimpan benda-benda bersejarah yang didominasi oleh moko, kemudian nekara, peralatan perang, alat musik, fosil, piring-piring keramik dari Cina dan sebagainya. 

Bangunan di sisi lainnya, menyimpan pesona tenunan Alor yang sangat indah dan membuat Saya terkagum-kagum. Motif yang tidak Saya dapatkan di pasaran, semuanya ada di sini (tentang ini akan ditulis tersendiri).

Simbol kehormatan dari masa silam

Memasuki museum pertama, pemandangan deretan moko dan nekara sebagai pusatnya menyambut kedatangan. Semua benda bersejarah ini diletakkan dengan sangat rapi dalam lemari kaca besar pada bagian tengah ruangan.

Nekara, dengan ukiran gajah (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Nekara, dengan ukiran gajah (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Moko, gendang perunggu dengan ukiran yang sangat indah pada setiap sisi badannya, menjadi simbol kebanggan masyarakat Alor. Bagi masyarakat Alor, moko digunakan sebagai mas kawin dan alat musik pada upacara adat. 

Moko memiliki bentuk yang ramping dan panjang, serta desain yang minimalis atau sedikit ornamen. Meskipun demikian, moko memiliki nilai yang sangat tinggi dalam adat istiadat masyarakat Alor, sehingga sering dijadikan simbol status sosial. 

Moko dengan ornamen yang minimalis (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Moko dengan ornamen yang minimalis (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Nekara, memliliki ukuran permukaan yang lebih lebar dan rata, serta kaki yang melebar pada bagian bawah. Nekara yang ada di museum ini ditemukan di Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut oleh Simon J. Oil Balol tanggal 20 Agustus 1972 berdasarkan petunjuk mimpi.

Nekara ini dikategorikan sebagai tipe Heger I, berdasarkan klasifikasi khusus nekara perunggu oleh arkeolog Franz Heger, tahun 1902. 

Nekara tipe Heger I adalah jenis nekara yang paling besar dan megah, dengan dekorasi yang sangat rumit. Banyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama di wilayah Vietnam, Indonesia (seperti di Bali, Jawa, dan Nusa Tenggara), serta Thailand.

Meskipun nekara juga sebagai alat musik, namun lebih banyak digunakan dalam upacara ritual yang bersifat keagamaan atau kesuburan. Nekara sering kali dibunyikan dalam upacara adat untuk mendatangkan hujan atau merayakan musim panen. 

Dari Samurai hingga Peralatan Masak

Di sudut lain museum, terdapat beberapa pedang samurai tergantung di dinding berwarna coklat, menghadirkan jejak hubungan antara Alor dengan dunia luar. Di sebelahnya terpampang juga parang Alor dan senjata dari Belanda.

Empat Samurai, parang Alor dan senjata Belanda (paling kanan) (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Empat Samurai, parang Alor dan senjata Belanda (paling kanan) (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Selain samurai, juga terdapat ikat pinggang yang terbuat dari rotan. Ikat pinggang ini unik, berukuran cukup besar, dengan lebar kurang lebih 10 -15 cm. Juga helm perang dari peninggalan Belanda, ada dalam kotak kaca yang terawat rapi.

Ikat pinggang dari rotan, untuk menyarungkan pedang/parang (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ikat pinggang dari rotan, untuk menyarungkan pedang/parang (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Terpajang juga berbagai peralatan masak dan penggiling jagung, benda-benda yang dahulu digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Alor. 

Kiri : meriam Belanda. Kanan : meriam Portugis (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kiri : meriam Belanda. Kanan : meriam Portugis (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Setiap peralatan tersebut seakan bercerita tentang kehidupan sederhana yang dipenuhi kebersamaan—tentang bagaimana keluarga berkumpul di dapur, menyiapkan hidangan dengan alat-alat ini, dan berbagi cerita di sekeliling api. Di atasnya juga tersedia alat pembuat api dari bambu. 

Penggiling jagung, tungku dan alat pembuat api, dulang kuningan dan perabot dapur lainnya (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Penggiling jagung, tungku dan alat pembuat api, dulang kuningan dan perabot dapur lainnya (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Piring dan Mangkuk dari Cina

Jejak peninggalan lainnya yang mengindikasikan adanya jaringan perdagangan Asia di Alor, nampak pada sisi bagian tengah museum.

Koleksi piring, mangkuk kuno dan guci dari Cina menjadi penanda adanya interaksi tersebut. Benda-benda ini diduga pernah menghiasi meja-meja bangsawan lokal, menjadi simbol status dan pengaruh yang bertahan hingga saat ini.

Koleksi piring keramik di Museum 1000 Moko Alor (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Koleksi piring keramik di Museum 1000 Moko Alor (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Corak yang tertuang di atas piring atau mangkuk serta benda lainnya menonjolkan corak bunga dan hewan yang didominasi warna biru cerah di atas latar putih. Ukurannya pun berbeda-beda. Bahannya terbuat dari keramik dan ada juga yang terbuat dari porselin yang sangat indah.

Koleksi guci keramik (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Koleksi guci keramik (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Menyingkap Alam Purba Alor

Museum 1000 Moko tidak saja menyimpan benda-benda peninggalan buatan manusia, tapi juga menyimpan jejak kehidupan masa lampau yang sudah berusia ratusan bahkan ribuan tahun di sana.

Foto fosil dan pecahan struktur bangunan (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Foto fosil dan pecahan struktur bangunan (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Pecahan fosil yang ditemukan bersamaan saat penggalian nekara di berbagai sudut pulau pastinya memiliki cerita tersendiri dari zaman prasejarah dan menjadi bagian penting dari warisan alam yang dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan generasi berikutnya.

Mari lestarikan bukti sejarah masa lampau!

Kupang, 14 Oktober 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun