Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kaka Ngkiong, Mbaru Niang dan Hangatnya Kopi Flores di Wae Rebo

16 September 2024   20:15 Diperbarui: 16 September 2024   20:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di pelataran Niang Gendang (dokpri)

Siapa yang tidak kenal Wae Rebo? Kampung tradisional yang kerap disebut 'Negeri di atas awan' ini telah mencuri begitu banyak perhatian publik dan menjadi destinasi yang dipertimbangkan.

Terletak di ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut, kampung unik ini berada di Desa Satar Lenda Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai NTT.

Keunikannya terpancar dari arsitektur Mbaru Niang yang menjadi salah satu alasan mengapa desa terpencil ini diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Mbaru Niang dan kabut di Wae Rebo (dokpri)
Mbaru Niang dan kabut di Wae Rebo (dokpri)

Sambal cabe rawit dan sayur labu

Mengunjungi Wae Rebo adalah bagian dari perjalanan panjang Saya melintasi Flores yang cantik. Informasi tentang Wae Rebo, justru didapat dari seorang teman New Zealand Saya, padahal Saya lahir di Manggarai! Cerita tentang Wae Rebo hanya dapat dinikmati melalui internet, sampai akhirnya Saya punya kesempatan untuk melihat sendiri tempat ini.

Saya menginap di sebuah penginapan sederhana milik om Blasius di Dintor, persis di pinggir laut. Aroma laut dan deburan keras pantai laut selatan bagai alunan musik penenang jiwa menemani sesi minum kopi di sore hari.

Menu makan malam di Dintor (dokpri)
Menu makan malam di Dintor (dokpri)

Menu makan malam yang disajikan oleh Om Blasius malam itu adalah ayam kampung yang dibakar dan sayur labu rebus, serta sambal cabe rawit dengan irisan bawang merah yang ditaburi perasan jeruk nipis. Sajian penutup malam yang luar biasa nikmatnya.

Dua jam pendakian yang luar biasa

Jam enam keesokan harinya kami sudah meluncur di atas jalanan yang tidak mulus menuju Desa  Denge, desa terdekat menuju jalur pendakian ke Wae Rebo.

Kami melewati beberapa homestay yang disewakan dengan harga terjangkau. Dari jauh terlihat banyak mobil diparkir di area homestay, menandakan sedang ramai pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun