Karena waktu senggang Saya hanya pada sore hari, jadi Saya memutuskan untuk menelusuri kota kecil itu sambil berjalan kaki.Â
Bermodalkan sebotol air mineral dari hotel, Saya mengelilingi area pelabuhan dan sekitarnya hingga wilayah sepanjang pantai Pede.
Ketika Saya menyambangi kota kecil ini empat atau lima tahun yang lalu, galian tanah ada di mana-mana. Debu yang melayang di udara serasa menerpa wajah, berlomba diantara teriknya matahari di musim kemarau.
Saat ini, jalanan utama di wilayah pelabuhan utama, sudah diaspal rapi bahkan dipermanis dengan tanaman perdu dan pohon sepanjang jalan.Â
Hanya sayang, kurang dirawat. Entah karena event besar sudah berlalu atau karena biaya operasional untuk pemeliharaan kurang, Saya melihat kesemrawutan pada beberapa titik utama.Â
Tempat cuci tangan di lokasi penjualan ikan bakar, sudah tidak berfungsi. Saya coba memutar kran air, juga tidak berfungi lagi. Bahkan, sarananya pun ada yang sudah rusak dan dipenuhi tisu.Â
Water Front yang digadang-gadangkan menjadi salah satu ikon Labuan Bajo, kurang mendapat perhatian serius dari pihak otoritas pelabuhan. Padahal lokasi ini beberapa kali menjadi pusat aneka kegiatan besar di sana.Â
Sangat disayangkan, bila aset yang luar biasa dan multi fungsi ini tidak ditata dengan benar.Â