Kayunya diukir dengan ukiran Sumba. Salah satunya memiliki bentuk rumah adat Sumba. Alat musik ini diberi nama Yungga, dan dimainkan dengan cara dipetik.
Jumlah senar yang ada pada alat musik Yungga berjumlah empat buah yang dilengkapi dengan kayu untuk menyetel nada yang tepat pada bagian ujungnya.Â
Pemilik etalase berbaik hati untuk membunyikan nada pada alat musik itu. Bunyinya sama seperti alat musik petik lainnya. Saya menikmati alunan musik  indah yang mengalir dari Yungga, meskipun cuma sesaat.
Pernak-pernik imut yang wadidaw
Pulau Sumba memang selalu memiliki kekhasan tertentu pada benda yang bernilai seni. Rasa tertarik Saya pada deretan benda yang terbuat dari bambu dengan tutupan kayu membangkitkan rasa penasaran Saya. Â
Penutup bambu dari kayu tersebut dibuat menyerupai bentuk kepala manusia. Sekeliling bambu dibuat motif yang cantik dan berbeda antara satu dengan lainnya. Bila diperhatikan, seperti seseorang yang sedang  mengenakan sarung tenun.Â
Bambu dengan panjang 30 cm dengan tutup kepala dari kayu berbentuk manusia itu disebut Tandikap. Oleh masyarakat setempat, tandikap digunakan sebagai tempat untuk menyimpan kapur untuk sirih.
Saat ini, keberadaan tandikap sudah semakin berkurang. Tandikap umumnya digunakan oleh generasi yang lebih tua, sedangkan generasi yang lebih muda, cenderung menggantikannya dengan alat-alat yang terbuat dari plastik serta material lainnya.Â
Tidak semua tempat di Sumba memiliki tandikap. Pak Sipri sendiri mengakui bahwa tandikap yang ada, diperoleh dari kampung adat Ratenggaro.Â