Fakta bahwa malaria masih menjadi penyakit yang perlu ditekan jumlahnya atau dieliminasi, memang  tidak dapat dipungkiri. Malaria, sebagai salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp, belum seluruhnya tuntas di Indonesia maupun di dunia.Â
Belum seluruh kabupaten di Indonesia dinyatakan bebas dari malaria. Melansir  Kompas.com, pada tahun 2021 ,dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, baru 347 kabupaten/kota yang dinyatakan bebas malaria.
Pemerintah telah berjuang dari berbagai lini, mengedepankan tindakan promotif, preventif maupun tindakan pengobatan atau kuratif.Â
Namun, kondisi topografi dan geografi  Indonesia yang terdiri dari kepulauan, menyebabkan beberapa wilayah tertentu menjadi sulit terjangkau, seperti pada beberapa wilayah endemis malaria di NTT.
 Sumba Barat, Kabupaten 1000 Kampung
Sumba Barat adalah salah satu wilayah endemis malaria di NTT. Â Jumlah kampung di kabupaten ini sangat banyak, hingga dijuluki sebagai Kabupaten 1000 kampung.Â
Jarak yang jauh serta akses yang sulit antar kampung yang ada, menyebabkan tidak semua wilayah dapat terjangkau untuk pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan malaria ini.
Mengatasi persoalan tersebut, Dinas Kesehatan setempat melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat. Maka, dibentuklah kader malaria --mereka kemudian menyingkatnya menjadi Karia-- dengan kriteria bisa baca tulis, usia tidak lebih dari 60 tahun dan tidak kurang dari 17 tahun.
Jumlah kader malaria di Sumba Barat hampir 200 orang. Â Kader diseleksi dari masyarakat yang tersisih, pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Â Perempuan mendapat porsi lebih besar disini; 70% kader adalah perempuan dan sisanya laki-laki.
Karia, kader malaria yang telah dilatih memiliki tugas khusus yang disebut Cemara, cegah basmi malaria. Karia bertugas untuk menemukan kasus malaria, melakukan promosi kesehatan malaria, memantau penggunaan kelambu, memantau penderita minum obat dan juga melakukan larvasidasi.
Karia penyandang disabilitas yang luar biasa
Kehadiran Karia di Sumba Barat membawa hasil yang signifikan. Pengelola malaria, Eleasar Tandisallata menyebutkan bahwa pada tahun 2022 Sumba Barat mencapai angka pemeriksaan malaria tertinggi di Indonesia.Â
Capaian target penemuan kasus malaria yang dibantu oleh kader mencapai 78,9%. Hasil ini juga tidak terlepas dari  peran tenaga kesehatan (nakes) sebagai pendamping kader. Satu nakes bertanggungjawab terhadap enam kader.Â
Sistem jemput bola yang dilakukan oleh kader ke setiap keluarga yang dituju selalu berkoordinasi dengan pendamping, terutama bila ditemukan kasus malaria dengan gejala berat atau membutuhkan penanganan khusus.
Jarak tempuh yang jauh, minimnya pembiayaan terhadap kader, lantas tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus meningkatkan target pencarian kasus malaria pada bumil, bayi atau balita sakit di kampung yang menjadi sasaran.Â
Hal ini berlaku juga bagi salah satu kader penyandang disabilitas, Debora  Heduloku dari Desa Hobawawi. Dengan ketebatasan yang dimiliki, seorang Debora tetap memiliki semangat yang tinggi untuk menjangkau kampung demi kampung dan melampuai target yang diberikan.Â
Refreshing kader tiap bulan
Untuk menjaga kualitas pemeriksaan sediaan darah menggunakan RDT dan mempertahankan kinerja kader, setiap bulan dilakukan refreshing kader.Â
Evaluasi juga dilakukan setiap bulan berdasarkan kriteria jumlah penemuan, tantangan yang dihadapi serta harapan kader untuk tahap berikutnya.Â
Karena kader umumnya bergerak sendiri ke lapangan, mereka dibekali dengan kerampilan pengambilan darah di lapangan, pengukuran serta penimbangan dan selalu dievaluasi serta dilaporkan kepada pendamping.
Cemara, cegah basmi malariaÂ
Menjadi bagian penting dalam upaya percepatan eliminasi malaria di Indonesia tahun 2030 mendatang, Kabupaten Sumba Barat juga memiliki berbagai program penting untuk mendukung hal itu.
Salah satu program yang dilakukan untuk mengatasi masalah malaria adalah Cemara, cegah basmi malaria. Cemara sendiri terdiri dari beberapa kegiatan yang merupakan kolaborasi dari upaya promotif, preventif dan pengobatan.
Apa saja kegiatannya, ini dia :
- Penguatan kegiatan malaria
- Pemeriksaan malaria sebanyak-banyaknya bagi masyarakat di daerah endemis. Peran kader malaria sangat penting di sini untuk melakukan pemeriksaan sampel darat menggunakan RDT (rapid diagnostic test).Â
- Pengobatan malaria sesuai standar dan minum obat sampai tuntas
- Memantau pengobatan hingga selesai
- Meningkatkan gerakan memakai kelambu
- Penanaman tanaman repellen atau penolak nyamuk
- Larvasiding, pemberian larvasida tertentu untuk membunuh jentik Anopheles
- Memanfaatkan ikan pemakan jentik
- Pelatihan kader juru malaria desa/JMD untuk 74 desa/kelurahan
- Memperkuat SDM Nakes dan non nakes
- Logistik obat-obatan
- Laporan tentang pemakaian obat, ketepatan laporan sampai di pusat
Upaya yang dilakukan tidak main-main. Saat ini rancangan Perdes Malaria sedang disusun. Harapannya, deklarasi kampung bebas malaria, minimal satu kampung, bisa tewujud.
Semoga.Â
Kupang, 1 Desember 2023
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Referensi : Â di sini, Permenkes 41/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H