Setiap jalan di kota ini mengandung jejak-jejak kenangan, menceritakan kisah-kisah masa lalu yang tak akan pernah pudar. Kota ini adalah buku hidup yang tiap sudutnya adalah halaman berharga yang merekam sejarah dan cinta yang mengalir dalam waktu .... (NN)Â
Hari ini, untuk kesekian kalinya, aku menjejakkan kaki di atas kotamu. Kota yang pernah menyambutmu dan menghidupkan kenangan di dalamnya.Â
Belum pernah aku merasa sesedih ini ketika aku akhirnya diajak kembali ke sebuah cerita yang melibatkan kamu di dalamnya.Â
Burung besi dengan baling-baling itu akhirnya mengantarku pagi ini. Â Menerjang kencangnya angin yang bertiup di landasan pacu Bandara El Tari Kupang. Penumpang tidak terlalu padat, jadi aku tidak kesulitan menempatkan barang bawaanku di kabin pesawat.Â
Untuk perempuan seperti aku, mau sesingkat apapun perjalanannya, isi koper tetaplah sama, lengkap dengan obat-obatan untuk menjaga daya tahan tubuh dan untuk pertolongan pertama saat masuk angin.Â
Setengah berdebar aku memanjatkan doa, agar perjalanan hari ini aman dan cuacanya bagus.
Bandara cantik dengan arsitektur menarik
Satu jam kemudian, pramugari mengumumkan bahwa pesawat yang membawaku akan tiba di Bandara Mali, Kabupatan Alor. Â Ah, menyebut nama kotamu saja, membersitkan rasa rindu yang dalam.
Bandara cantik dengan arsitektur menawan didominasi oleh warna coklat yang kontras dengan birunya langit. Â Bangunan lama di depan bangunan baru, masih berdiri tegak.Â