Perjalanan ke suatu lokasi wisata tidak terlepas dari pemandangan alam, budaya dan juga kuliner yang disajikan. Untuk hal yang terakhir ini, pasti setiap Kompasianers memiliki kisah masing-masing.
Perjalanan Saya ke Sumba Barat kemarin selama seminggu menyisakan banyak cerita. Termasuk sajian kuliner yang rasanya masih melekat di hati hingga saat ini.Â
Konsep tradisional pada interior bangunan
Tidak banyak tempat nongkrong  yang cozy di Sumba Barat. Bisa dihitung dengan jari.  Salah satu tempat yang hangat dan terasa 'hommy' adalah di Marapu Umma.  Marapu Umma dapat diartikan sebagai Rumah Marapu.Â
Hey...jangan overthinking dulu. Suasana hangat dengan kesan tradisional yang melekat kuat sudah terasa ketika Anda melangkahkan kaki ke dalamnya.Â
Lokasi yang dulunya menjadi tempat wisata kuliner di Sumba Barat, sempat terbengkelai, telah disulap menjadi lokasi yang artistik dan berkesan. Anda akan disambut dengan alunan musik tradisional yang memanfaatkan bunyi gong dengan komposisi yang cantik.Â
Secara umum, Marapu Umma menawarkan suasana rumah di Sumba Barat. Dekorasi umum yang digunakan bernuansa alam dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba Barat.
Pada bagian depan, tungku perapian, tulura, Â dengan nyala api yang hangat menunggu kedatangan Anda. Di atas tungku, tersedia periuk tanah liat yang dapat digunakan untuk merebus singkong atau jenis ubi-ubian lain di dalamnya.Â
Bangunan yang didominasi dinding bambu dengan deretan lopo pada bagian samping itu, semakin estetik dengan foto-foto  masa lampau dalam bingkai berukuran 40 x 60 cm yang tertata rapi di dinding bambu.Â
Pada bagian atas dinding utama, dipasang jejeran gong. Alat musik tradisional masyarakat Sumba pada umumnya. Beberapa tiang penyangga dipasangi miniatur  tempat penyimpanan makanan yang telah siap saji. Meja makan pengunjung pun dilapisi anyaman tikar pandan berwarna krem.Â
Alat makan dari bahan alami
Selain dekorasi interior yang bernuansa tradisoanal, peralatan makan yang digunakan di tempat ini pun menggunakan bahan dari alam. Piring saji yang digunakan, berasal dari kayu khusus yang berwarna hitam.Â
Mangkuk dan sendok penyajian pun menggunakan wadah tanah liat atau terbuat dari tempurung kelapa. Memberikan sensasi tersendiri saat mencicipi makanan.Â
Proses pengeringan piring dari kayu ini pun tidak biasa. Piring kayu ini akan diletakkan pada leki, semacam para-para yang diletakkan di atas tulura.Â
Luwa paokul, daun ubi tumbuk dan kuah ayam kampung
Menawarkan konsep yang berbeda, Marapu Umma, berani menyajikan sajian khas tradisional dalam menu yang dibuat. Bila tidak ingin dengan hidangan berat, luwa paokul, bisa menjadi pilihan. Sekilas mirip tiwul dan diberi parutan kelapa muda. Rasanya gurih di lidah.Â
Gado-gado Sumba juga ditawarkan di sini. Gado-gado yang mirip seperti gado-gado pada umumnya, namun disajikan dengan sambal terong yang segar dan bumbu kacang yang gurih.Â
Daun ubi tumbuk diolah dengan cara kampung, benar-benar terasa nikmat di lidah. Disajikan dalam belanga tanah liat, aromanya yang segar sungguh mengundang selera. Daun ubi tumbuk biasanya disajikan dengan sambal mentah yang diberi perasan jeruk nipis. Sajian ini dimakan tanpa nasi pun sudah terasa sangat enak.Â
Nah, menu yang satu  ini adalah menu yang sangat istimewa. Kuah ayam kampung.  Mirip sop berisi potongan ayam kampung dengan aroma bakar yang menyelip diantaranya.Â
Kuah ayam kampung ini terasa sangat segar dan menghangatkan. Â Kuah yang kaya akan bumbu segar dan rempah ini, sangat cocok untuk mengusir dinginnya udara di Sumba Barat. Kalau menyantap kuah ini, seporsi rasanya nggak bakalan cukup. Rasanya, rasa nambah.Â
Bagi tamu yang tertarik untuk ikut dalam proses persiapan menu, menumbuk sendiri daun ubi misalnya, boleh kok terjun langsung ke dapur.  Owner dan juga karyawan Marapu Umma sangat ramah dan terbuka dalam melayani tamu yang datang ke tempat ini.Â
Jadi, tunggu apalagi. Selain hemat di kantong, proses turun langsung ke dapur juga buat hati bahagia, bukan?
Sumba Barat, 12 Maret 2023
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H