Sexting, mengirimkan gambar tak senonoh, cium pipi, kening atau bibir atau bahkan menyentuh bagian tubuh korban adalah bagian dari kejahatan sexual yang terjadi di lingkungan kampus.Â
Lantas, mengapa kejahatan ini terus berulang terjadi?
Relasi kuasa
Relasi kuasa yang terjadi di kampus berpotensi untuk menjadikan bentuk kejahatan ini meluas seolah tanpa batas. Sang predator yang bersembunyi dibalik statusnya sebagai seorang yang terpelajar yang memiliki posisi dominan, dengan mudah melakukan aksinya.
Pada umumnya, yang menjadi korban adalah mahasiswa dengan kemampuan akademik yang terbatas.Hal ini biasanya tidak terjadi begitu saja. Sang predator, telah mempelajari situasi yang ada.
Rekam jejak si mahasiswa sudah ada di tangannya. Beberapa kali pertemuan saja, biasanya sudah bisa menyimpulkan batas kemampuan akademik korbannya.Â
Jangan pernah membuka pintu bagi kejahatan yang kecil, karena kejahatan yang lebih besar dan yang lainnya akan silih berganti menyelinap setelah itu - Baltasar Gracian
Posisi korban lemah
Perempuan adalah makhluk yang paling sering menjadi korbannya. Komnas Perempuan menyebutkan terdapat 67 kasus kekerasan pada perempuan di lingkungan pendidikan sejak tahun 2015-2021. Kekerasan seksual menempati urutan tertinggi, sebanyak 87,91%.Â
Posisi korban yang lemah, membuat mereka tak berdaya. Ketakutan tidak diluluskan oleh sang dosen, atau mendapatkan nilai yang rendah, membuat mereka nyaris tidak mampu melawan. Rasa malu karena dilecehkan dan juga tidak tahu harus mengadu kemana, tak urung membuat korban frustrasi.
Predator yang berada pada posisi dominan akan dengan mudah memberikan intimidasi terhadap korban yang berada pada posisi sub dominan. Intimidasi bisa disertai dengan iming-iming tertentu. Ya itu tadi, membantu membuatkan karya ilmiah, meluluskan mahasiswa dengan nilai tinggi dan lain sebagainya.Â
Tidak diatur dalam kebijakan, norma atau tolok ukur
Setiap pelanggaran yang berkaitan dengan kejahatan sexual di kampus, belum termuat secara jelas dalam kebijakan, norma atau tolok ukur yang ada.