Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

KLB Polio, Bagaimana Harus Menyikapinya?

28 November 2022   03:26 Diperbarui: 29 November 2022   18:53 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balita mendapat vaksin imunisasi polio di rumahnya di Desa Rukoh, Banda Aceh, Rabu (7/10/2020. Foto: Antara Foto/Irwansyah Putra

Kasus polio kembali merebak di Indonesia. Setelah eradikasi polio yang menyatakan Indonesia telah bebas polio pada tahun 2014 lalu, akhirnya  Kementerian Kesehatan menetapkan telah terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) polio di Indonesia.

Penetapan KLB oleh Kemenkes dilakukan, setelah muncul kasus polio di Provinsi Aceh, tepatnya Kabupaten Pidie  tanggal 25 November yang lalu. 

Dalam epidemiologi penyakit menular, kasus yang baru pernah muncul, atau muncul kembali setelah sebelumnya tidak ditemukan lagi dalam kurun waktu tertentu, dapat dikategorikan sebagai KLB. 

Ilustrasi bayi yang telah diimunisasi (Maria Lindsey/Pexels)
Ilustrasi bayi yang telah diimunisasi (Maria Lindsey/Pexels)

Bagaimana polio ditularkan?

Polio atau poliomyelitis disebabkan oleh virus polio. Virus ini dapat menyerang semua kelompok umur, namun umumnya anak-anak usia kurang dari lima tahun.  

Daya tahan  atau kekebalan tubuh dari kelompok usia ini yang rendah, menyebabkan mereka mudah terinfeksi oleh virus ini.

Manusia adalah satu-satunya sumber penular virus polio. Interaksi virus polio di dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan dua cara. Kelumpuhan atau lumpuh layu asimetris atau terjadi pada satu sisi saja, dapat terjadi bila infeksi virus ini  menyerang sistem saraf pusat.  

Bila virus ini tidak menyerang susunan saraf pusat, maka penderita hanya akan mengalami gejala yang ringan saja.

Ilustrasi sanitasi yang buruk (Tom Fix/Pexels)
Ilustrasi sanitasi yang buruk (Tom Fix/Pexels)

Kehadiran virus  polio  di lingkungan, akibat kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS), terutama BABS di sungai atau area seputar sungai. Kondisi sanitasi yang buruk, menyebabkan penularan virus ini menjadi lebih cepat. 

Virus polio yang dikeluarkan ke lingkungan melalui tinja atau feses akan masuk pada saluran pencernaan melalui air, makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja yang mengandung virus polio. 

Minimnya akses terhadap air bersih yang layak, juga berpengaruh dalam penularan penyakit. Pemanfaatan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk aktifitas sehari-hari, terutama untuk memasak, mencuci bahan makanan akan memuluskan perjalanan bibit penyakit, termasuk virus polio ke dalam tubuh manusia. 

Anak-anak yang rentan ini dapat  tertular virus polio, saat mereka bermain di air yang telah mengandung virus ini. Tingkat penularan tinggi terjadi, saat air tertelan tanpa sengaja. 

Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Mengingat bibit penyakit ini masuk melalui mulut dan dikeluarkan bersamaan dengan tinja, maka pola hidup bersih dan sehat sangat diperlukan. 

Konsumsi makanan yang telah dicuci dengan air yang bersih atau telah dimasak hingga matang, membantu mengurangi penularan virus polio melalui makanan. Pastikan juga peralatan makan minum telah dicuci dengan air yang bersih.

Biasakan diri untuk membuang tinja di jamban. Penggunaan pampers atau popok bayi, perlu mendapat perhatian khusus. Sebelum membuang popok, tinja yang tertampung pada popok harus dibuang ke dalam jamban untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Ilustrasi toilet (Pexels.com)
Ilustrasi toilet (Pexels.com)

Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau buang air kecil, sebelum menyentuh makanan, atau setelah menangani popok bayi juga adalah langkah cerdas untuk mengurangi penularan penyakit.

Berikan perlindungan pada anak Anda

Sesungguhnya, manusia telah dibekali dengan kekebalan tubuh yang telah dibawa sejak lahir.  Namun, adanya perubahan gaya hidup maupun perubahan lingkungan berpotensi menyebabkan menurunnya fungsi kekebalan tubuh seseorang.

Kekebalan tubuh yang baik,  dapat menahan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Asupan gizi yang sehat dan seimbang dapat memperbaiki sistim kekebalan tubuh. 

Mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein,  seperti daging dan ikan segar sangat dianjurkan, selain menambah porsi  konsumsi sayur-sayuran  dan buah dalam menu sehari-hari.

Ilustrasi pemberian vaksin poluo secara oral (polioeradication.org)
Ilustrasi pemberian vaksin poluo secara oral (polioeradication.org)
Imunisasi perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem pertahanan yang sifatnya spesifik, ditujukan untuk bibit penyakit tertentu yang menyerang tubuh. 

WHO merekomendasikan pemberian vaksin polio secara oral pada anak-anak sejumlah empat kali. Saat bayi baru lahir, berumur 6 minggu, 10 minggu dan 14 minggu, terutama pada wilayah yang endemis, seperti Indonesia. 

Dosis tambahan dapat diberikan pada anak usia kurang dari lima tahun dan dosis tambahan kedua dapat diberikan pada daerah yang terancam wabah.

Mari lakukan bagian kita untuk melindungi diri sendiri dan juga orang lain.

Salam sehat.

Kupang, 28  November 2022

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun