Seperti diketahui, Nusa Tenggara Timur atau yang lebih dikenal dengan NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan potensi wisata yang luar biasa.
Terletak pada bagian tenggara Indonesia dan sebagian pulaunya berada pada jalur ‘ring of fire’ menjadikan NTT sebagai salah satu destinasi wisata yang unik dan lengkap.
Memiliki beberapa suku asli, yaitu Suku Atoni, Lio (sebagai suku tertua dan terbesar di Flores), Manggarai, Sumba, Rote, Solor, Sabu, Alor dan Ngada, menempatkan Provinsi NTT pada posisi wilayah yang kaya akan adat dan budaya. Adat dan budaya yang ada memberi pengaruh yang berbeda pada bentuk rumah adat serta tenunan yang dimiliki setiap daerah.
Menjual wisata di NTT dengan kemasan unik
Sangat disayangkan, bila pesona wisata NTT yang memang beragam dan tidak dimiliki oleh destinasi wisata lainnya tidak dikelola dengan baik.
Menggandeng Asosiasi Pariwisata yang tergabung dalam Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), diharapkan promosi terhadap wisata di NTT semakin gencar dan semakin berkembang.
Selain promosi yang dilakukan melalui media massa atau melalui media daring lainnya, destinasi itu sendiri haruslah memiliki kesiapan untuk menyambut wisatawan yang datang ke lokasi tersebut dan juga untuk menarik pihak investor untuk menanamkan modalnya.
“Kemasan wisatanya diperbaiki atau disentuh terlebih dahulu, sehingga rasa lelah, biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk sampai ke suatu lokasi wisata terbayarkan saat menyaksikan keindahan alamnya” demikian Bunda Julie.
Kemasan wisata yang dimaksud diantaranya adalah bagaimana kesiapan penduduk lokal untuk menerima wisatawan yang datang. Bunda Julie, sebagai istri orang nomor satu di NTT, menekankan pentingnya pengembangan potensi suatu destinasi.
Seperti pada destinasi Gua Jepang dan Bukit Fatusuba di Kampung Bonen, Baumata, Kabupaten Kupang. Beberapa potensi yang perlu dikemas dengan baik di dalamnya adalah wisata sejarah maupun wisata budaya yang ada.