Karena tidak ada satupun alasan dariku untuk membenci tanah kelahiranku yang tercinta. Sampai ku jelajahi ujung dunia sekalipun, aku takkan melupakan keindahan alamnya, kekayaan alam dan keunikan ragam budaya Indonesia (NN)
Destinasi Wisata Unik dan Menarik
Keindahan destinasi di NTT tidak hanya terbatas pada wisata alam, tapi juga wisata budaya maupun wisata religi. Karenanya Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu program utamanya.
Setiap daerah di wilayah ini memiliki pariwisata yang menjadi unggulan masing-masing. Sebut saja wisata alam negri di atas awan, Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, hewan reptil Komodo di Manggarai Barat, Danau Tiga Warna Kelimutu di Ende, danau air asin Weekuri di Sumba Barat Daya, Pantai Watu Bela di Sumba Barat, Pantai Walakiri dengan latar bakau yang indah, serta pantai-pantai indah di Pulau Rote.
Wisata budayanya juga tidak kalah menarik. Tarian Likurai, Tarian Caci, Pado’a, Pasola (permainan lempar lembing sambil memacu kuda), dan masih banyak lainnya yang menarik untuk disaksikan sendiri.
Pesona tenunan yang menjadi warisan leluhur juga menjadi potensi wisata yang sangat luar biasa. Aneka tenunan dengan corak dan motif berbeda sangat memikat dan layak untuk dibawa pulang oleh wisatawan sebagai oleh-oleh untuk keluarga.
Belum dikemas dengan baik
Dengan dibukanya kembali portal pariwisata setelah terpuruk akibat pandemi Covid19, artinya kembali membuka peluang bagi industri pariwisata di NTT. Tentunya hal ini menggembirakan bagi NTT terutama untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dari sektor pariwisata.
Untuk ini, NTT perlu berbenah, memperbaiki diri agar dapat menarik minat wisatawan sebanyak mungkin. Selama ini harus diakui, kekayaan potensi wisata di NTT belum dikemas dengan baik.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT, Ibu Julie Sutrisno Laiskodat atau akrab disapa Bunda Julie juga menegaskan hal tersebut.
“Potensi pariwisata NTT sangat berlimpah. NTT itu memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari wilayah lainnya di Indonesia. NTT memiliki modal yang sangat besar dari segi pariwisata, namun belum dikemas secara baik.”
Hal ini disampaikan Bunda Julie saat berkunjung ke tempat yang menyimpan sejarah penjajahan Jepang, Gua Jepang di Kampung Bonen, Baumata beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Nusa Tenggara Timur atau yang lebih dikenal dengan NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan potensi wisata yang luar biasa.
Terletak pada bagian tenggara Indonesia dan sebagian pulaunya berada pada jalur ‘ring of fire’ menjadikan NTT sebagai salah satu destinasi wisata yang unik dan lengkap.
Memiliki beberapa suku asli, yaitu Suku Atoni, Lio (sebagai suku tertua dan terbesar di Flores), Manggarai, Sumba, Rote, Solor, Sabu, Alor dan Ngada, menempatkan Provinsi NTT pada posisi wilayah yang kaya akan adat dan budaya. Adat dan budaya yang ada memberi pengaruh yang berbeda pada bentuk rumah adat serta tenunan yang dimiliki setiap daerah.
Menjual wisata di NTT dengan kemasan unik
Sangat disayangkan, bila pesona wisata NTT yang memang beragam dan tidak dimiliki oleh destinasi wisata lainnya tidak dikelola dengan baik.
Menggandeng Asosiasi Pariwisata yang tergabung dalam Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), diharapkan promosi terhadap wisata di NTT semakin gencar dan semakin berkembang.
Selain promosi yang dilakukan melalui media massa atau melalui media daring lainnya, destinasi itu sendiri haruslah memiliki kesiapan untuk menyambut wisatawan yang datang ke lokasi tersebut dan juga untuk menarik pihak investor untuk menanamkan modalnya.
“Kemasan wisatanya diperbaiki atau disentuh terlebih dahulu, sehingga rasa lelah, biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk sampai ke suatu lokasi wisata terbayarkan saat menyaksikan keindahan alamnya” demikian Bunda Julie.
Kemasan wisata yang dimaksud diantaranya adalah bagaimana kesiapan penduduk lokal untuk menerima wisatawan yang datang. Bunda Julie, sebagai istri orang nomor satu di NTT, menekankan pentingnya pengembangan potensi suatu destinasi.
Seperti pada destinasi Gua Jepang dan Bukit Fatusuba di Kampung Bonen, Baumata, Kabupaten Kupang. Beberapa potensi yang perlu dikemas dengan baik di dalamnya adalah wisata sejarah maupun wisata budaya yang ada.
Bunda Julie memberi penegasan terhadap beberapa hal penting untuk mendorong masyarakat setempat mengembangkan diri mereka. Menata lokasi yang menyimpan sejarah dengan baik, tanpa mengubah nilai cerita sebuah sejarah yang ada. Dari segi budaya juga harus dipertahankan, karena budaya adalah identitas sebuah tempat.
Pengembangan SDM
Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam industri pariwisata. Untuk sebuah wisata sejarah, generasi muda perlu dipersiapkan dengan baik agar dapat menuturkan sejarah serta menyampaikan informasi lainnya dengan benar dan akurat.
Pada kesempatan yang sama, Bunda Julie berharap agar tokoh adat maupun budaya dapat mengajarkan pada generasi muda tentang budaya Natoni (tuturan adat), sehingga generasi muda dapat memelihara dan mencintai warisan budaya leluhur yang sangat indah dan tidak ternilai harganya.
Saat ini, pengembangan SDM di Kampung Bonen sudah mulai dilakukan bekerjasama dengan gereja setempat yang memiliki misi untuk mengembangkan pariwisata di Fatusuba.
Pendeta Gereja GMIT Mizpa Bonen, Pdt. Deazsy Liu-Tatengkeng, siap mendukung pengembangan pariwisata dengan mengembangkan kurikulum yang didalamnya memuat pelajaran tentang Bahasa Inggris dan Jepang, IT dan leadership, seni dan musik; dan menenun, tataboga dan handicraft.
Jika semuanya dikemas dengan baik maka akan menarik kunjungan wisatawan dan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan ekonomi kreatif yang sangat baik untuk kesejahteraan masyarakat lokal.
Kupang, 16 Juni 2022
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H