Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tidak Ada yang Salah dengan Status Single Mom

9 April 2022   14:20 Diperbarui: 9 April 2022   19:55 5068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang digosipkan (Keira Burto/Pexels)

Banyak yang lupa, bahwa ketika status seorang perempuan berubah, kondisi psikisnya juga turut berubah.
Bukan saja soal perubahan tanggung jawab. Pergeseran kondisi ekonomi, beban kerja yang bertambah, namun menyandang status sebagai single mom itu sendiri pun bagi sebagian kelompok menjadi momok yang menakutkan.  Lho kok bisa?

Perempuan yang menyandang status single mom kerap menjadi pusat perhatian, tidak cuma dari kaum adam, tapi juga dari kaum hawa itu sendiri.  'Label' yang melekat padanya membuat dirinya kadang dipandang sebelah mata, dianggap rendah bahkan menjadi sasaran empuk dari segelintir orang  yang tidak bertanggungjawab.

Ilustrasi seseorang yang digosipkan (Keira Burto/Pexels)
Ilustrasi seseorang yang digosipkan (Keira Burto/Pexels)

Ketika terjadi kisruh dalam rumah tangga, acapkali tudingan tidak masuk akal mengarah pada single mom hanya karena secara tidak sengaja ketika sang suami berbelanja ke warung, berpapasan dengan single mom. 

Status yang disandangnya menjadikan single mom dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab untuk kisruh yang terjadi. Alamaaaak!

Belajar melihat dari posisi orang lain

"Hati-hati lho, Jeng. Kemarin aku lihat Mas Aris kamu melirik janda di ujung gang itu"
"Ssstt...semalam dia pulang jam sebelas, lho. Ada yang nganterin pula"
"Tampilannya sekarang kok  beda ya, padahal dulu waktu suaminya ada, bulukan....., nggak glowing kayak gini"
"Bapak mau ketemuan? Saya punya nomor kontaknya, tinggal Bapak hubungi. Bisalah itu diatur"
 

Komentar miring di atas seolah menjadi bagian perjalanan hidup seorang single mom.  Seolah tidak ada ruang lagi bagi mereka untuk berkembang, digempur dari berbagai arah. 

Sejatinya perempuan harus dilindungi. Faktanya, posisi perempuan yang lemah, kadang menjadikannya korban pelecehan sexual, secara verbal atau fisik. 

Adanya anggapan bahwa seorang single mom adalah sosok yang membutuhkan cinta  atau haus kasih sayang, menjadikan dirinya korban 'bulan-bulanan' dari sekelompok orang.  

Ini sangat menyakitkan dan merendahkan harkat dan martabat perempuan. Belum lagi stereotype yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Sangat tidak adil dan mendiskreditkan single mom. 

Semua persoalan ini bila ditanggapi satu per satu tidak pernah ada habisnya. Menyebabkan sakit hati, bahkan dapat berefek pada kesehatan mental seorang single mom. Padahal mereka harus bekerja, berjuang menggantikan posisi seorang laki-laki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun