Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Alasan Kenapa Kami Tidak Mempekerjakan ART

26 November 2021   08:08 Diperbarui: 28 November 2021   09:00 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menelpon (Gambar gratis Pixabay)

Ilustrasi menelpon (Gambar gratis Pixabay)
Ilustrasi menelpon (Gambar gratis Pixabay)
  • Menelpon pacar atau temannya hingga berjam-jam
     
    Kegiatan ini dianggap mengganggu karena menelpon pada saat yang tidak tepat. Sambil menyetrika, atau sambil masak. Bisa dibayangkan waktu yang seharusnya hanya butuh sejam untuk menyetrika, melebar hingga dua tiga jam. Tagihan listrik membengkak setiap bulannya.
    Belum lagi ngobrol sambil memotong  bahan makanan yang akan dimasak. Terciprat percikan ludah, sudah pasti.

  • Bergosip dengan tetangga
     
    Buat tetangga yang sangat ingin tahu urusan dalam negeri tetangga sebelah, ART adalah jalan tol untuk mendapatkan informasi itu. Ibarat menemukan tempat terbaik untuk curhat, dengan polosnya sang ART bercerita tentang segala hal.
    Seakan sebuah  layar film, semua akan terpampang nyata. Sang suami yang dimarahi nyonya rumah, sampai urusan tumis kangkung dan teri tomat, satu gang bakalan tahu semua.

  • Membawa pacar ke rumah saat tidak ada orang

    Ini adalah hal paling buruk yang pernah  dilakukan oleh ART kami saat semua penghuni rumah keluar untuk bekerja atau bersekolah saat itu.  Janji temu dibuat sedemikian rupa sehingga suasana aman saat pacarnya datang.
     
    Beberapa kali memang pernah diingatkan oleh tetangga bahwa ada orang lain, laki-laki,  datang ke rumah dan durasinya cukup lama. Namun tidak kami gubris, sampai suatu ketika suami menyaksikannya sendiri.
     

  • Sering pulang ke rumah keluarga dengan alasan beraneka ragam

    Selama bekerja, ART diberikan kebebasan untuk pulang ke rumah keluarganya.  Sekali sebulan biasanya, atau sesuai kesepakatan di awal kerja. Dalam pelaksanaanya, ada saja alasan yang dibuat untuk bisa keluar rumah. Dari yang masuk akal sampai alasan diluar nalar.

    Alasan keluarga meninggal pun sering menjadi alasan utama, sehingga ART bisa pulang. Hari ini om di kampung meninggal, seminggu kemudian tantenya. Bulan depannya lagi om yang ada di kota. Oalahhh! Herannya, tidak pernah ada yang memberikan alasan orangtua kandungnya yang meninggal. Tepok jidat. 

Karena sering ditinggal pergi oleh ART dengan alasan yang tidak mengenakkan hati, akhirnya kami memutuskan untuk tidak mempekerjakan ART lagi. Anak-anak juga sudah dewasa dan mereka mampu mengelola diri mereka sendiri.
Tidak perlu ART, tidak perlu menahan emosi hingga tensi. 

Lepaskan semua hal yang membebani hidup agar hidupmu lebih berkembang   (theodolfi)

Kupang, 26 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun