Warna yang khas, merah pada beberapa bagian dengan dominasi warna putih menjadikan gereja ini oleh sebagian orang disebut sebagai Red Chapel.Â
Goresan warna merah pada tangga lebar di depan pintu utama, pintu samping, kusen jendela, atap bangunan serta atap menara lonceng, memberi kesan tegas pada sisi bangunan.
Dulu, warna lantai ubinnya pun dominan berwarna merah dan kuning pada beberapa motif. Saat ini warnah merah hanya pada lorong tengah gereja dan pada bagian altar, itu pun telah diganti dengan bahan keramik.Â
Arsitektur Bergaya Eropa Klasik
Berdiri di atas lahan seluas 1300an meter persegi, luas bangunannya sendiri kurang lebih 1200 meter persegi.Â
Gereja yang berdiri sejak jaman kolonial Belanda, memiliki arsitektur kental bergaya Eropa dengan deretan kaca jendela berwarna-warni sepanjang dinding gereja.
Tinggi bangunannya sendiri termasuk menara lonceng kurang lebih 24 meter. Menara lonceng berada pada bagian depan gereja, tepat di bagian kiri dan kanan pintu masuk utama.Â
Berbeda dengan saat ini, dulu lonceng gereja tidak hanya dibunyikan saat hari Minggu atau saat ada perayaan misa saja, namun juga sebagai penanda waktu. Suara lonceng gereja akan terdengar hingga seluruh penjuru kota.Â
Pada hari Minggu atau hari perayaan keagamaan lainnya, lonceng gereja akan dibunyikan dua kali.Â
Dentang lonceng yang pertama ibarat 'panggilan khusus' untuk beribadah. Dentang kedua sebagai penanda bahwa misa akan dimulai.Â