Nusa Tenggara Timur dianugerahi alam yang luar biasa indahnya oleh Tuhan. Mungkin saat itu diciptakan, Sang Pencipta sedang memikirkan semua hal yang terindah.Â
Memang, terkadang gersang, namun langitnya selalu biru. Hamparan warna dan bentangan alam yang ada memberi nuansa yang berbeda.Â
Tidak dapat dipungkiri, alam NTT selalu meninggalkan cerita yang menarik dan berkesan bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.Â
Deretan lokasi wisata yang indah, terbentang dari ujung Pulau Rote, Sabu, Alor, Lembata, Sumba hingga ujung barat Pulau Flores, menjadi saksi bisu keagungan Sang Maestro.
NTT kaya keberagaman
Terdiri dari 22 Kabupaten/Kota, wilayah kabupaten atau kotanya tersebar pada tiga pulau besar yaitu Pulau Flores, Sumba, Timor dan pulau-pulau  ebih kecil lainnya seperti Lembata, Rote, Sabu maupun Alor.
Memiliki potensi wisata yang luar biasa indahnya, baik itu wisata alam, budaya maupun religi, menyebabkan NTT mulai dikenal tidak hanya di dalam negeri, namun juga di mancanegera.Â
Beberapa di antaranya telah mendunia, seperti reptil langka Komodo, Danau Tiga Warna Kelimutu, pesona bawah laut di Alor, Riung dan lain sebagainya.
Setiap wilayah yang ada memiliki destinasi wisata yang memukau. Pulau Sumba telah banyak dikenal hingga mancanegara, demikian juga dengan sebagian Flores dan Alor.Â
Pulau-pulau lainnya pun menyimpan sejuta keindahan yang perlu dijelajahi lebih lanjut, bak geliat seorang gadis belia yang sibuk mempercantik diri.Â
NTT adalah salah satu destinasi yang sangat menjunjung tinggi toleransi, menghormati perbedaan yang ada
Selain destinasi wisata yang unik, keberagaman istimewa lainnya di NTT adalah bahasa dan dialek. Setiap wilayah yang ada memiliki bahasa dan dialek yang berbeda.Â
Meskipun berada dalam satu pulau yang sama, jangan pernah berpikir bahwa bahasa dan dialeknya juga sama. Bahkan dalam satu suku yang sama pun bahasanya bisa berbeda satu dengan lainnya.
Demikian pula halnya dengan adat dan budaya yang ada. Beberapa ada kemiripan, namun tidak sepenuhnya sama.Â
Beberapa di antaranya adalah penggunaan hewan atau ternak dalam upacara adat, demikian juga dengan penggunaan mas kawin atau dalam bahasa setempat disebut belis.Â
Meskipun begitu banyak perbedaan adat istiadat dan budaya, bahasa atau dialek yang ada, namun tidak menyurutkan semangat persatuan di tengah perbedaan.Â
Justru sebaliknya, dengan adat istiadat dan budaya itu sendiri yang menjadi tali pengikat antara dua kelompok budaya yang berbeda.Â
Tidaklah heran, keberagaman ini menjadikan NTT menjadi salah satu destinasi yang sangat menghormati berbagai perbedaan yang ada, destinasi yang sangat menjunjung tinggi toleransi.
Tenunan nan cantik memikat mata
Perjalanan ke NTT belumlah lengkap bila belum menengok tenunan warisan budaya leluhur. Setiap wisatawan yang pernah ke NTT, pastilah membawa pulang cinderamata dari lokasi wisata di NTT. Salah satunya adalah tenunan khas NTT.
Setiap daerah memiliki tenunan masing-masing. Motifnya, tentu berbeda antar satu kabupaten dengan kabupaten lainnya, bahkan berbeda pada setiap suku yang ada di dalamnya.Â
Setiap corak yang dibuat menggambarkan kedekatan relasi antara manusia dengan alam atau relasi manusia dengan Sang Pencipta.
Setiap corak tentu memiliki makna tersendiri yang hanya dapat dipahami oleh penenun.Â
Umumnya kain tenun memiliki fungsi tertentu. Selain dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, Â juga dipakai sebagai bentuk penghargaan kepada tamu yang datang. Tamu-tamu penting akan disambut dengan pengalungan kain atau selendang.Â
Selain itu, tenunan biasanya dipakai dalam upacara adat, baik itu sebagai mas kawin (belis), sebagai denda adat terutama bila melakukan pelanggaran adat atau juga digunakan pada upacara kematian.Â
Harga tenunan NTT mahal?
Tenunan NTT terdiri dari tiga jenis, yaitu tenun ikat, tenun Buna dan tenun Lotis/Sotis/Songket.
Motif tenun ikat dibuat dengan teknik mengikat benang lungsinya. Hampir seluruh wilayah di NTT membuat tenun ikat kecuali Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Nagekeo yang menggunakan tenun sotis/songket.
Tenun Buna, menenun dengan cara menggunakan benang yang telah dicelupkan terlebih dahulu ke pewarna, baik yang bersifat alami maupun pewarna buatan.Â
Tenun Buna paling banyak dijumpai pada wilayah daratan Timor, yaitu Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan Belu.Â
Tenunan NTT adalah tenunan yang dibuat dengan cita rasa seni yang tinggi. Setiap penenun perlu diapresiasi setinggi-tingginya atas hasil karya yang luar biasa indahnya.Â
Menghitung setiap detail benangnya hingga menghasilkan keindahan corak dalam setiap lembarannya.Â
Sayangnya, tidak semua pihak memberikan apresiasi yang sama untuk hal ini. Daya tarik mendapatkan keuntungan yang lebih besar dalam waktu singkat demi meraup hasil sebanyak-banyaknya lebih menjanjikan bagi pihak tertentu.
Lembaran yang dicetak menggunakan mesin, menggeser, menekan bahkan mematikan langkah penenun-penenun yang mengerjakan semuanya secara manual.Â
Satu tenunan yang dikerjakan oleh seorang penenun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Bila benang yang diinginkan untuk dipakai adalah benang yang terbuat dari kapas, bukan bahan konvensional yang telah tersedia di pasar, tentu butuh waktu yang tidak sedikit. Bisa berbulan-bulan lamanya.
Apalagi bila menghendaki penggunaan pewarna alami dalam setiap tenunannya. Proses perendaman untuk mendapatkan hasil yang sesuai butuh waktu berhari-hari, bahkan beberapa minggu.Â
Untuk menghasilkan satu tenunan berbahan alami seperti kapas dan menggunakan pewarna alami, bisa membutuhkan waktu beberapa bulan hingga tahun.Â
Sangatlah sedih rasanya bila ada yang beranggapan bahwa tenunan NTT mahal harganya. Terasa mahal karena di luar sana, beberapa pihak tertentu menjual lembaran 'printing' dengan harga yang sangat jauh perbedaannya.
Sudah saatnya kita belajar membedakan nilai sebuah seni. Mahal atau tidaknya sebuah tenunan sangat tergantung dari seberapa besar apresiasi kita terhadap sebuah nilai seni yang tinggi.Â
Bila kita memahaminya, maka harganya akan sangat sepadan dengan nilai seni yang dibuat oleh penenun dan waktu serta bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sebuah tenunan.Â
"Adalah melalui seni, dan hanya melalui seni, kita dapat menyadari kesempurnaan kita." - Oscar Wilde
Kupang, 5 Maret 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI