Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Pedoman ini mengatur tentang standar kualitas apa saja yang harus dipenuhi agar sebuah rumah dikategorikan sebagai rumah yang sehat.
Rumah yang sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan fisik, kimia, biologi. Dari segi fisik, sebuah rumah harus memenuhi persyaratan suhu, kelembaban, ventilasi, partikulat, pengaturan dan pertukaran udara (laju ventilasi).
Secara kimia, harus memenuhi syarat sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), timbal (Plumbum/Pb), asap rokok, asbes, formaldehid; kualitas biologi terdiri dari parameter bakteri dan jamur.
Atur suhu, kelembaban dan ventilasi rumah Anda
Suhu dalam rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan kesehatan hingga hypotermia, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi.Â
Agar suhu dalam rumah tetap terjaga kenyamanannya (18-30 derajat Celcius) dapat dilakukan dengan cara pengaturan sirkulasi udara dengan penambahan ventilasi mekanik atau buatan. Bila suhu terlalu rendah, dapat dibantu dengan pengaturan penghangat ruangan yang aman bagi lingkungan.
Pengaturan pencahayaan dalam rumah penting untuk menghindari cahaya yang rendah atau terlalu menyilaukan. Cahaya yang dibutuhkan minimal 60 lux, setidaknya dapat membaca tulisan pada koran; sumber pencahayaan berupa pencahayaan alami (sinar matahari) maupun buatan (lampu dan lain-lain). Â Cahaya rendah dapat menyebabkan kerusakan retina mata, sedangkan cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan suhu dalam ruangan.
Kelembaban dalam rumah sebaiknya berkisar antara 40-60 RH. Kelembaban yang terlalu tinggi atau rendah menyebakan suburnya pertumbuhan mikroorganisme, apalagi bila didukung dengan kondisi atap rumah yang bocor, dinding dan lantai yang tidak kedap air, serta minimnya pencahaayaan baik buatan maupun alami.Â
Pemasangan alat pengatur kelembaban seperti humidifier atau genteng kaca dapat menurunkan kelembaban yang terlalu tinggi. Membuka jendela, menambah luas dan jumlah jendela pun dapat membantu meningkatkan kelembaban dalam rumah.
Pengaturan ventilasi minimal 10% dari luas lantai dapat membantu memperbaiki sirkulasi udara. Pemeliharaan AC secara berkala, penggunaan exhaust fan penting untuk menjaga agar mikroorganisme penyebab penyakit dalam rumah berkurang jumlahnya.
Kehadiran partikulat dalam rumah dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. Sumber partikulat dalam rumah dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi partikulat dalam rumah adalah dengan pembersihan rutin rumah menggunakan kain pel basah atau penyedot debu, memasang penangkap debu (electro precipitator) pada ventilasi rumah dan dibersihkan secara berkala.Â