Mohon tunggu...
Diptyarsa Janardana
Diptyarsa Janardana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang. Anggota Familia Carmelitana dan Pemuda Katolik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SOEGIJA, Uskup Lokal yang Menusantara

23 Juli 2012   15:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:42 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bak ungkapan pepatah lama berbunyi “Binatang mati meninggalkan belang; manusia mati meninggalkan nama”, maka berita meninggalnya Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ di Negeri Belanda –di tengah kesibukannya mengikuti Konsili Vatikan II– segera mendatangkan simpati nasional. Tak kurang, Ibu Negara RI Ny. Fatmawati –ibunda kandung mantan Presiden Megawati Soekarnoputri– menyempatkan diri hadir melayat mengiringi jenazah Uskup Indonesia pribumi pertama ini.

Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ meninggal dunia di Steyl, Venlo, Nederland, tanggal 22 Juli 1963 pada usia 66 tahun. Mengapa di tengah kesibukannya mengikuti sidang-sidang Konsili Vatikan II di Roma, almarhum Romo Kanjeng malah menyempatkan diri beranjangsana ke Nederland?

Tiada lain tiada bukan karena Romo Kanjeng ingin mengunjungi keluarga-keluarga katolik di Nederland darimana para pastur misionaris Belanda itu lahir dan berasal. Selain berobat, Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ punya niat luhur dengan kepergiannya ke Negeri Belanda. Yakni, ingin mengucapkan terima kasihnya sebagai pimpinan Gereja Lokal di Vikariat Apostolik Semarang kepada keluarga-keluarga katolik di Nederland itu atas sumbang sih mereka mengizinkan putra-putranya menjadi imam dan dikirim ke tanah misi Nederlandsch Indie.

Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ sudah lama wafat. Namun karya dan semangatnya masih relevan untuk terus dikenang oleh anak-anak bangsa yang merindukan semangat nasionalis tanpa sekat-sekat jatidiri agama, kebudayaan, kultur, warna kulit, etnis, dan bahasa.

Jenazah Romo Kanjeng dibawa pulang ke Indonesia dan selanjutnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal di jantung kota Semarang, Jawa Tengah. Hanya selang tiga hari setelah beliau meninggal, Presiden pertama RI Ir. Soekarno langsung menetapkan almarhum sebagai Pahlawan Nasional sebagaimana termaktub dalam SK Presiden RI No 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963.

Seperti kata Santo Ireneus: Gloria Dei Vivens Homo (Kemuliaan Tuhan tercermin pada manusia yang hidup sepenuhnya), pun pula keinginan Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata yakni Indonesia yang merdeka dan berdaulat karena di situlah karya agung Tuhan menjadi tampak mengemuka dengan lebih jelas. (http://www.sesawi.net/2012/05/21/foto-romo-kanjeng-mgr-albertus-soegijapranata-menutup-kisahnya-10/)

SUMBER FOTO: sesawi.net

Romo Kanjeng semasa masih muda belia sebagai Fr. Soegija SJ;

Romo Kanjeng bersama seorang pastur Belanda dari Ordo Salib Suci (OSC) saat pemberkatan Universitas Katolik Parahyangan Bandung

Romo Kanjeng Mgr. Soegijapranata saat berpidato dalam sebuah kesempatan tampil di depan khalayak ramai

Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata di sebuah acara nasional bersama para pemuda dan anggota Pandu –kini Pramuka.

Romo Kanjeng hadir dalam sebuah pertemuan kenegaraan bersama Presiden pertama RI Ir. Soekarno dan beberapa tokoh penting lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun