Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ. adalah seorang uskup agung pertama di Indonesia yang merupakan seorang pribumi. Seorang pahlawan nasional yang gemar menyuarakan aspirasinya sebagai bangsa Indonesia demi kemajuan tanah air kita tercinta. Meskipun beliau hanyalah uskup lokal, dalam hal ini Diosesan Agung Semarang, namun Romo Kanjeng, sapaan beliau, sepak terjangnya dalam “menusantarakan” keuskupannya bahkan Indonesia sendiri patut diacungi jempol. Berikut ini aku sajikan dari berbagai macam artikel tentang riwayat hidup beliau dan sumbangsihnya yang besar bagi Indonesia.
http://www.sesawi.net/2012/05/18/soegija-sepenggal-kisah-romo-kanjeng-mgr-albertus-soegijapranata-sj-1/ http://www.sesawi.net/2012/05/18/romo-kanjeng-mgr-albertus-soegipranata-sj-jejak-langkah-karya-romo-van-lith-sj-2/ http://www.sesawi.net/2012/05/19/antara-soegija-dan-soegijapranata-sj-3/ http://www.sesawi.net/2012/05/19/soegija-lahir-dari-rahim-bernama-kolaborasi-lintas-tokoh-4/ http://www.sesawi.net/2012/05/20/soegija-bukan-film-perang-apalagi-film-agamis-5/ http://www.sesawi.net/2012/05/22/romo-kanjeng-dalam-kilasan-sejarah-indonesia-7-2/
Masih banyak lagi artikel dari sesawi.net yang tidak bisa aku cantumkan di sini karena terlalu banyak. Yah, hal ini membuktikan bahwa jasa-jasa beliau yang sangat besar bagi perkembangan bansga ini.
Mungkin masih ingat dengan salah satu kalimat Mgr. Soegija yang terkenal, “100% KATOLIK, 100% INDONESIA!” Apa artinya? Jelas, kita dituntut untuk mengabdikan diri, bukan saja pada kehidupan beragama, melainkan juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara, melalui sesama yang kita jumpai di sekitar kita, apapun suku dan agamanya.
Hal inilah yang membuat Studi Audio-Visual Puskat Yogyakarta tertarik untuk mengangkat kisah beliau ke dalam layar lebar, yang diberi judul “SOEGIJA”. Film ini akan tayang serentak di seluruh Indonesia pada 7 Juni 2012. Disutradarai oleh Garin Nugroho dan dibintangi ratusan pemain, baik dari Indonesia, Jepang, dan Belanda, film ini menjadi salah satu film termahal yang pernah dibuat di Indonesia.
“Kemanusiaan itu satu. Kendati berbeda bangsa, asal usul dan ragamnya, berlainan bahasa dan adat istiadatnya, kemajuan dan cara hidupnya, semua merupakan satu keluarga besar; Apa artinya terlahir sebagai bangsa yang merdeka, jika gagal untuk mendidik diri sendiri.’
- Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ. -
(ditulis oleh R.M.T.B.D.J)
Bak ungkapan pepatah lama berbunyi “Binatang mati meninggalkan belang; manusia mati meninggalkan nama”, maka berita meninggalnya Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ di Negeri Belanda –di tengah kesibukannya mengikuti Konsili Vatikan II– segera mendatangkan simpati nasional. Tak kurang, Ibu Negara RI Ny. Fatmawati –ibunda kandung mantan Presiden Megawati Soekarnoputri– menyempatkan diri hadir melayat mengiringi jenazah Uskup Indonesia pribumi pertama ini.
Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ meninggal dunia di Steyl, Venlo, Nederland, tanggal 22 Juli 1963 pada usia 66 tahun. Mengapa di tengah kesibukannya mengikuti sidang-sidang Konsili Vatikan II di Roma, almarhum Romo Kanjeng malah menyempatkan diri beranjangsana ke Nederland?
Tiada lain tiada bukan karena Romo Kanjeng ingin mengunjungi keluarga-keluarga katolik di Nederland darimana para pastur misionaris Belanda itu lahir dan berasal. Selain berobat, Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ punya niat luhur dengan kepergiannya ke Negeri Belanda. Yakni, ingin mengucapkan terima kasihnya sebagai pimpinan Gereja Lokal di Vikariat Apostolik Semarang kepada keluarga-keluarga katolik di Nederland itu atas sumbang sih mereka mengizinkan putra-putranya menjadi imam dan dikirim ke tanah misi Nederlandsch Indie.
Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ sudah lama wafat. Namun karya dan semangatnya masih relevan untuk terus dikenang oleh anak-anak bangsa yang merindukan semangat nasionalis tanpa sekat-sekat jatidiri agama, kebudayaan, kultur, warna kulit, etnis, dan bahasa.
Jenazah Romo Kanjeng dibawa pulang ke Indonesia dan selanjutnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal di jantung kota Semarang, Jawa Tengah. Hanya selang tiga hari setelah beliau meninggal, Presiden pertama RI Ir. Soekarno langsung menetapkan almarhum sebagai Pahlawan Nasional sebagaimana termaktub dalam SK Presiden RI No 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963.
Seperti kata Santo Ireneus: Gloria Dei Vivens Homo (Kemuliaan Tuhan tercermin pada manusia yang hidup sepenuhnya), pun pula keinginan Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata yakni Indonesia yang merdeka dan berdaulat karena di situlah karya agung Tuhan menjadi tampak mengemuka dengan lebih jelas. (http://www.sesawi.net/2012/05/21/foto-romo-kanjeng-mgr-albertus-soegijapranata-menutup-kisahnya-10/)
SUMBER FOTO: sesawi.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H