Malam ini,
Aku ingin melukis laut
Dengan ikan-ikan lucu di dalamnya
Yang bisa dilihat tanpa harus menyelam
Tentu airnya bening
Tentu lautnya megah
Aku ingin lukiskan Tuhan ada di situ
Ada di tengah-tengah badai
Ada di ganasnya ombak
Ia nampak arogan
Namun menyediakan segalanya untuk hidup
Aku harus melukiskan seseorang di atas perahu
Menggunakan caping di kepalanya
Dengan dayung di tangan
Melawan ombak, membunuh badai
Dan, ia harus menerjang Tuhan
Untuk beberapa ekor ikan
Yang selanjutnya terkapar di meja makan
Malam ini aku ingin melukis laut
Ya, hanya malam ini
Karena di dalam gelap
Mata kehilangan fungsinya
Sehingga imajinasi bisa bertindak liar
Mungkin,
Itu sebabnya Copernicus bisa terlampau yakin
Itu alasannya Galileo menolak patuh
Besok aku segera hilang minat
Dan, khayalan tentang laut jadi deskripsi utopis
Ikan tak ada di tempatnya
Laut telah menjadi keranjang batu
Serta tempat berak industri belanja
Tuhan telah pergi
Ia menghindari timbunan batu
Dan memilih belanja di Town Square
Tuhan tak lagi sangar
Ia terlampau modis
"Belanja, belanja!" demikian Ia berfirman
Tuhan menyertai para konsumen yang taat!
Kemudian,
Daya khayal rubuh dihantam fakta
Bahwa di terang-terang
Imajinasi bisa kehilangan matanya
Dan menjadi tak berguna
Aku ingin melukis laut
Malam ini saja
Supaya besok aku tak lupa
Wajah laut yang semestinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H