Mohon tunggu...
niqi carrera
niqi carrera Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai ibu, ikut prihatin dan resah dengan kondisi sekitar yang kadang memberi kabar tidak baik. Dengan tulisan sekedar memberi sumbangsih opini dan solusi bangsa ini agar lebih baik ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gangguan Mental Gerogoti Jiwa Penyayang Ibu, Sudahkah Serius Ditangani?

12 September 2023   08:59 Diperbarui: 12 September 2023   11:43 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gangguan mental ibu Pexels.com/Josh Willink 

Data dari Indonesia National Adolescent Health Survey (I-NAMS) 2023 telah mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan mental memiliki prevalensi yang tinggi di kalangan ibu yang memiliki anak usia dini, ibu hamil, dan ibu yang sedang menyusui. Bahkan, penelitian skala nasional menunjukkan bahwa sekitar 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Data ini menempatkan Indonesia sebagai peringkat ketiga di Asia dalam hal masalah kesehatan mental ibu (sumber: Republika.co.id, 28 Mei 2023).

Baby Blues: Penyebab dan Dampak

Dilansir dari marchofdimes.org, baby blues memiliki tiga penyebab utama. Pertama, perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan. Pasca persalinan, hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu mengalami penurunan tajam, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi. Selain itu, perubahan hormon tiroid juga dapat berdampak negatif jika tidak terjaga dengan baik. Kurang tidur dan pola makan yang buruk juga dapat memperparah perasaan ini.

Baby blues cenderung memburuk jika ibu tidak mendapatkan dukungan yang memadai, terutama dari pasangan suami. Banyak suami yang sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak bisa memberikan bantuan yang diperlukan kepada istri. Hal ini dapat menyebabkan ibu merasa terlalu lelah dan terbebani oleh tugas merawat bayi.

Baby blues juga dapat dipicu oleh faktor emosional. Seorang ibu mungkin merasa cemas atau khawatir tentang perubahan dalam hidupnya setelah melahirkan. Pikiran-pikiran ini dapat memicu perasaan sedih dan tertekan.

Dalam masyarakat sekuler yang terfokus pada kepentingan materi dan kebahagiaan pribadi, seringkali kurangnya persiapan mental untuk menjadi seorang ibu. Generasi saat ini lebih sering terpaku pada gaya hidup dan kebahagiaan pribadi mereka. Oleh karena itu, perubahan drastis dalam tanggung jawab seorang ibu dapat mengejutkan dan membuatnya merasa tidak siap.

Peran Suami dalam Islam

Dalam konteks ini, Islam mengajarkan peran penting suami sebagai pelindung dan penyokong perempuan (istri). Saat seorang istri merasa lelah setelah menjalankan tugas-tugas sehari-hari yang menguras fisik dan mental, perhatian dan cinta dari suami dapat sangat membantu dalam mengatasi masa-masa sulit ini.

Selain itu, suami dalam Islam juga diamanahkan untuk memberikan nafkah yang cukup kepada istri agar ia dapat mendapatkan asupan gizi yang baik. Jika seorang istri merasa lelah dan memerlukan bantuan tambahan, maka suami harus siap untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan.

Pendidikan Islam dan Persiapan Mental

Pendekatan pendidikan dalam Islam sangat berbeda. Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah sebuah ibadah dan segala yang terkait dengannya adalah bagian dari ibadah tersebut. Dalam pendidikan Islam, perempuan diajarkan untuk memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai ibu dan istri.

Sistem pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada aspek materi, tetapi juga mempersiapkan individu untuk memenuhi peran mereka dalam masyarakat, termasuk sebagai ibu dan manajer rumah tangga. Hal ini memungkinkan generasi muda untuk lebih siap menghadapi tantangan menjadi seorang ibu.

Pendekatan Sistem Ekonomi Islam

Sistem ekonomi dalam Islam memberikan perlindungan kepada perempuan, terutama para ibu. Suami atau keluarga diwajibkan memberikan nafkah yang cukup kepada istri, sehingga istri tidak terbebani dengan keharusan bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika suami tidak ada atau tidak dapat memberikan nafkah, maka negara (melalui baitulmal) akan menyediakan dukungan.

Sistem pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Generasi yang terdidik dalam pandangan ini akan lebih siap untuk menjalankan peran mereka sebagai ibu dan istri.

Dalam Islam, semua aktivitas seorang ibu, termasuk merawat anak, dianggap sebagai ibadah. Pahala yang besar dijanjikan kepada mereka sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan mereka selama hamil hingga menyusui. Ini adalah pandangan positif yang dapat membantu ibu mengatasi baby blues dan tekanan mental lainnya.

Pendekatan Kapitalisme

Sebaliknya, kapitalisme sering kali memperburuk masalah ini. Ketidaksetaraan ekonomi, tekanan pekerjaan, dan kurangnya perhatian pada aspek emosional dan mental dalam sistem pendidikan sekuler dapat menyebabkan peningkatan tingkat depresi dan baby blues di kalangan ibu.

Kapitalisme yang lebih mementingkan keuntungan materi daripada kesejahteraan emosional dan mental individu dapat berdampak negatif pada kesehatan mental ibu. Sistem ini sering kali memicu masalah seperti PHK, riba, dan ketidakpastian ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan pada ibu.

Kesimpulan

Oleh karena itu, pendekatan yang lebih seimbang, dengan memasukkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu mengatasi masalah kesehatan mental ibu. Islam menekankan pentingnya peran suami dalam memberikan dukungan, perawatan, dan nafkah kepada istri. Sistem pendidikan Islam juga mempersiapkan individu untuk peran mereka sebagai ibu dan istri.

Selain itu, Islam memberikan pandangan positif tentang peran ibu dan menganggap semua tugas mereka sebagai ibadah. Hal ini dapat membantu ibu mengatasi tekanan dan baby blues. Sebagai solusi yang lebih baik, negara dapat mengambil inspirasi dari prinsip-prinsip ini***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun