Mohon tunggu...
niqi carrera
niqi carrera Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai ibu, ikut prihatin dan resah dengan kondisi sekitar yang kadang memberi kabar tidak baik. Dengan tulisan sekedar memberi sumbangsih opini dan solusi bangsa ini agar lebih baik ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Baby Blues Indonesia Ranking Ketiga di Asia, Apa Penyebabnya?

7 Juni 2023   05:12 Diperbarui: 7 Juni 2023   05:34 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
baby blues/ pexels.com

Data laporan Indonesia National Adlescent Health Survey (I-NAMS) 2023 mengungkapkan gangguan kesehatan mental tinggi pada populasi ibu dengan anak usia dini, ibu hamil dan menyusui. Ditambah penelitian skala nasional yang menyebutkan sejumlah 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Data tersebut menempati ranking ketiga di wilayah Asia (republika.co.id, 28/5/2023).


Dilansir dari marchofdimes.org ada tiga penyebab baby blues. Pertama, perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan. Pasca melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba berkurang sehingga menyebabkan perubahan suasana hati. Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat kelenjar tiroid bisa turun tajam sehingga bisa membuat mereka merasa lelah dan tertekan. Kurang tidur dan tidak makan dengan baik dapat menambah perasaan tersebut.


Baby blues biasanya akan semakin parah jika tidak ada dukungan orang terdekat, terutama suami. Kebanyakan yang terjadi saat ini, suami sibuk bekerja hingga tidak bisa membantu istri untuk menjaga si kecil. Sementara istri sudah terlalu lelah menjaga bayi, bahkan mengabaikan asupan makanannya. Padahal kurangnya jam tidur dan asupan gizi yang buruk juga bisa memperburuk mood ibu.


Islam mengajarkan laki-laki (suami) sebagai pelindung perempuan (istri). Ketika sang istri letih menjaga bayi seharian nonstop, maka cinta dan perhatian suami akan membantu istri melewati masa 'hormonal'nya.


Suami diperintahkan dalam Islam untuk memberi nafkah yang cukup pada istri agar bisa mendapat asupan gizi yang baik. Ketika istri lelah, maka kewajiban suami menyediakan seseorang yang bisa membantu pekerjaan istri, jika memang dibutuhkan.


Penyebab baby blues kedua adalah masalah emosional. Seorang ibu mungkin gugup merawat bayi baru atau khawatir tentang perubahan hidup sejak bayi lahir. Pikiran-pikiran ini dapat membuat ibu merasa sedih atau tertekan.


Banyak ibu yang merasa kaget dengan perubahan tersebut. Awalnya seorang wanita bisa menghabiskan 'me time' kapan saja, kini dia merasa cemas karena hampir 24 jam harus fokus mengurus seorang bayi kecilnya.


Dalam sistem sekularisme, mental seorang perempuan tidak terdidik untuk menjadi seorang istri sekaligus ibu rumah tangga. Ketika agama dipisahkan dari kehidupan, pendidikan di sekolah tidak menyentuh mental dan menguatkan perempuan agar bisa memikul tanggung jawab sebagai seorang ibu.


Banyak generasi hari ini yang lebih suka hura-hura dan fokus pada kebahagiaan pribadinya. Sehingga perempuan banyak yang tampak dewasa secara fisik, namun mentalnya masih 'anak-anak'. Wajar jika ibu baru mengalami shock dengan tanggung jawab barunya.


Sementara di dalam Islam, pernikahan dianggap sebuah ibadah. Sehingga segala hal yang terjadi di setelah pernikahan semuanya diniatkan ibadah dan meraih ridla Allah. Salah satunya adalah peran perempuan sebagai seorang ibu.


Dalam Islam, saat perempuan yang hamil mulai merasakan nyeri menjelan persalinan, Allah mencatatkan untuknya pahala sebagaimana orang yang berjihad di jalan Allah. Bahkan ibu menyusui diganjar pahala dengan diampuni dosanya dan setiap tetesan air susunya diganti dengan pahala membebaskan budak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun