Mohon tunggu...
Abrar Rizq Ramadhan
Abrar Rizq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang Akt.2022

Saya Abrar Rizq Ramadhan. Sejarah beserta ilmu sosial telah menjadi minat yang saya gandrungi sejak SMA. Oleh karena itu saya masuk prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dengan memahami ilmu sosial, diperlukan banyak membaca demi menambah wawasan sehingga berliterasi telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri saya sendiri. Saya juga gemar menulis. Sejak SMP, saya telah menekuni hobi ini. Yang saya tulis berkaitan dengan kehidupan sosial, Lifestyle, Review film/buku, dan Historiografi. Dikala jenuh dengan aktivitas terkait kesejarahan, biasanya saya menghibur diri dengan menonton film, bermain game, dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Enam Anak Panah Mustafa Kemal Menembus Modernitas Turki

26 Januari 2024   16:51 Diperbarui: 26 Januari 2024   17:05 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mustafa Kemal Ataturk dan Abdurrahman Kamil Efendi. (era.id)
Mustafa Kemal Ataturk dan Abdurrahman Kamil Efendi. (era.id)

Those who use religion for their own benefit are detestable. We are against such a situation and will not allow it. Those who use religion in such a manner have fooled our people. It is against just such people that we have fought and will continue to fight.” -Mustafa Kemal Atatürk

Ini adalah anak panah yang paling kontroversial dan menjadikan sosok Mustafa Kemal dibenci kalangan agamis radikal terutama Islam di penjuru dunia. Sekularisme selalu dipandang terhadap suatu hal yang memisahkan agama dengan pemerintahan padahal intisari sekularisme adalah membatasi pengaruh agama terhadap pemerintahan.

Satu-satunya alasan bagi Mustafa Kemal dalam menciptakan republik yang sekuler adalah sejarah bangsa Turki sendiri terutama di Utsmaniyah. Kekhilafahan yang bertahan selama lebih 600 tahun itu telah menjadi kisah tersendiri dalam sejarah Islam dan sejarah Turki. Namun terdapat sisi gelap dari Utsmaniyah terlebih dengan beberapa sultan-sultannya. Para sultan-sultan Utsmaniyah tercatat tidak pernah naik haji sama sekali. Banyak diantaranya yang harem dan gemar mabuk. Yang fatal adalah ketika beberapa dari mereka menggunakan Islam demi memperkuat kekuasaan mereka sebagai Khalifah. Sebagai contoh adalah Sultan Abdul Hamid II dengan kasus pembantaian warga Armenia yang dianggap membangkang. Di era Perang Dunia I, yakni era Mehmed V dibawah pemerintahan Wazir Agung Said Halim Pasha dan Tiga Pasha (Enver, Cemal, Talat), juga menunjukan hal serupa. Sekitar 1.500.000 bangsa Armenia tewas melalui aksi gensida atas tuduhan pengkhianatan yang tak terbukti begitu dengan pembatasan hak politik masyarakat Arab yang turut berakhir pada revolusi keluarga Hashemite Arab. Semuanya dilakukan rezim Utsmaniyah atas nama Islam. Semuanya adalah peristiwa keji namun menyeret agama Islam.

Mustafa Kemal membenci hal ini. Ia pikir menggunakan agama demi kepentingan sendiri dan membodohi bahkan menyakiti orang lain adalah hal yang sangat keji. Karenanya Turki kemudian menjadi sekuler. Sekularisme bukanlah prinsip anti agama atau anti Islam. Sekularisme adalah prinsip kebebasan bernegara yang terlepas dari pengaruh agama. Toh dalam beragama semua kembali kepada individu masing-masing. Pahala dan dosa diperoleh atas kesadaran individu dan kehendak tuhan. Sekularisme tidaklah menentang Islam, namun menentang golongan Islam yang radikal dan menolak kemajuan.

Sekiranya itu keenam anak panah Kemalisme. Semuanya memiliki plus minus masing-masing dalam bernegara. Itu semua kembali kepada praktik dan keyakinan para pembaca sekalian. Namun sejarah membuktikan bahwa Mustafa Kemal berhasil membawa Turki menjadi negeri yang maju meski mengalami pelbagai rintangan internal dan eksternal.

 

Yaşa Mustafa Kemal Paşa yaşa. Adın yazılacak mücevher taşa”[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun