Mohon tunggu...
Abrar Rizq Ramadhan
Abrar Rizq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang Akt.2022

Saya Abrar Rizq Ramadhan. Sejarah beserta ilmu sosial telah menjadi minat yang saya gandrungi sejak SMA. Oleh karena itu saya masuk prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dengan memahami ilmu sosial, diperlukan banyak membaca demi menambah wawasan sehingga berliterasi telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri saya sendiri. Saya juga gemar menulis. Sejak SMP, saya telah menekuni hobi ini. Yang saya tulis berkaitan dengan kehidupan sosial, Lifestyle, Review film/buku, dan Historiografi. Dikala jenuh dengan aktivitas terkait kesejarahan, biasanya saya menghibur diri dengan menonton film, bermain game, dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Enam Anak Panah Mustafa Kemal Menembus Modernitas Turki

26 Januari 2024   16:51 Diperbarui: 26 Januari 2024   17:05 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mustafa Kemal Atatürk tengah menonton parade bersama kabinetnya. (Sumber: aa.com.tr)
Mustafa Kemal Atatürk tengah menonton parade bersama kabinetnya. (Sumber: aa.com.tr)

Authority, without any condition and reservation, belongs to the nation.” -Mustafa Kemal Atatürk.

Statisme berarti sebuah doktrin yang menyatakan bahwa otoritas negara merupakan tingkat tertinggi dalam pemerintahan yang berhak menetapkan kebijakan sosial dan ekonomi bagi sipil.  Menurut Mustafa Kemal, memodernisasi bangsa Turki tidak lepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi yang harus sustain.

Ekonomi Turki pasca perang sangat bergantung kepada masyarakatnya yang agraris termasuk kaum pedagang dan tuan tanah. Karena kekuatan rakyat ini dibantu oleh investasi asing, Turki berhasil mendirikan perusahaan ekonomi negara dan proses ini berjalan kurang lebih dari tahun 1923 hingga 1930. Memasuki krisis ekonomi yang menjalar keseluruh dunia, Turki menghadapi era baru yang menyebabkan pergeseran menuju era statisme atau etatisme, dimana kini negara lebih aktif dalam akumulasi modal dan investasi dan pertimbangan terhadap sektor swasta.

Negara sering kali masuk ke dalam area ekonomi yang tidak dapat dijangkau oleh sektor swasta, baik karena tidak cukup kuat atau karena gagal melakukannya. Hal ini sering kali berupa proyek-proyek infrastruktur dan pembangkit listrik, tetapi juga industri besi dan baja, sementara rakyat memikul beban akumulasi modal. Jika ditarik kembali melalui sudut pandang historis, maka Statisme Kemalis identik dengan sistem ekonomi rakyat untuk negara begitu juga dengan sebaliknya. Hal tersebut turut dibuktikan dengan sifat negara yang melakukan pembatasan dan pertimbangan terhadap sektor swasta yang masuk.

Populisme

Mustafa Kemal Pasha dan mantan istrinya, Latife Uşşaki. (Sumber: Sindonews)
Mustafa Kemal Pasha dan mantan istrinya, Latife Uşşaki. (Sumber: Sindonews)

Turkey's true master is the peasant.” -Mustafa Kemal Atatürk

Populisme mencakup bahwa kepentingan rakyat jauh lebih penting dari kepentingan elit birokrasi. Sebuah negara yang dipimpin oleh kalangan elit birokrat harus mengabdikan diri mereka bukan untuk kepentingannya sendiri melainkan kepentingan rakyat Turki yang didominasi oleh kaum buruh tani. Sesuai yang Mustafa Kemal katakan bahwa penguasa sejati tanah Turki adalah para buruh tani.

Melalui populisme, maka muncul sebuah kebijakan reformis revolusioner yang Mustafa Kemal terapkan yakni penerapan kode hukum Swiss Civil Code di Turkey, dimana kini wanita diberikan hak untuk memilih dalam ajang demokrasi. Hal ini diterapkan demi menciptakan negeri Turki yang bersifar demokratis.

Populisme Kemalis turut menentang adanya dominasi kelas atau class hegemony. Ia melarang sebuah keistimewaan terhadap kelas atau keluarga tertentu. Masyarakat Turki adalah prioritas dan masyarakat Turki didominasi kaum kecil yang bekerja sebagai buruh tani. Melalui pemikiran ini, muncul rasa bangga terhadap rakyat Turki atas kewarganegaraan mereka yang mampu mendorong sisi psikologis demi mewujudkan rasa persatuan dan identitas nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun