Mohon tunggu...
Abrar Rizq Ramadhan
Abrar Rizq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang Akt.2022

Saya Abrar Rizq Ramadhan. Sejarah beserta ilmu sosial telah menjadi minat yang saya gandrungi sejak SMA. Oleh karena itu saya masuk prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dengan memahami ilmu sosial, diperlukan banyak membaca demi menambah wawasan sehingga berliterasi telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri saya sendiri. Saya juga gemar menulis. Sejak SMP, saya telah menekuni hobi ini. Yang saya tulis berkaitan dengan kehidupan sosial, Lifestyle, Review film/buku, dan Historiografi. Dikala jenuh dengan aktivitas terkait kesejarahan, biasanya saya menghibur diri dengan menonton film, bermain game, dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Revolusi Perancis di Balik Viva La Vida!

25 Mei 2023   20:15 Diperbarui: 25 Mei 2023   20:17 4255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

For my head on a silver plate”

Kemudian raja ini kembali mempertanyakan bahwa siapa yang akan menjadi raja atau penguasa berikutnya? Karena menjadi raja layaknya boneka yang dikontrol oleh sehelai benang. Seakan mengibaratkan bahwa boleh jadi raja sebelumnya menerima gugatan dan amarah rakyat karena ia hanyalah boneka oligarki. Digambarkan sekilas dalam lirik:

“Just a puppet on a lonely string

Oh, who would ever want to be king?”

Dua Verse dalam lagu ini menyimpulkan keseluruhan dari paragraf diatas bahwa inti lagu ini adalah seorang raja yang kehilangan tahtanya akibat aksi revolusi rakyat. Semakin menegaskan kepada pendengar bahwa Viva La Vida memang terinspirasi atas Revolusi Perancis namun dari sudut pandang yang lain. Jika kita mengenal Revolusi Perancis dari sudut pandang rakyat atau kubu kiri, maka lagu ini memberi kita jendela untuk melihat kubu kanan, yakni Raja Louis XVI itu sendiri.

Pada awal lirik lagu, di verse pertama, pendengar disuguhkan dengan kehidupan Louis XVI di penjara yang tinggal menunggu waktu sebelum ia dihukum mati dengan Guillotine. 

Ia merasakan penyesalan hebat menjelang masa-masa terakhirnya. Louis XVI merasa bahwa ia bisa saja menjadi raja yang hebat dan baik namun revolusi telah terjadi dan ia siap menerima hukumannya. 

Masa awal pemerintahannya, Louis XVI merasakan kenikmatan karena ia berhasil meraih tahta dari ayahnya, Raja Louis XV. Dulu ia bisa memerintah seenak jidatnya ditambah dengan istrinya yang cantik Marie Antoinette. Sikap buruknya Louis yang hedonis ini boleh jadi dipengaruhi oleh Marie sehingga yang dimaksud oligarki adalah Marie Antoinette itu sendiri. Situasi itu digambarkan pada lirik ini:

“I used to rule the world

Seas would rise when I gave the word

Now in the morning, I sleep alone

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun