Mohon tunggu...
Farhad Alkausar
Farhad Alkausar Mohon Tunggu... -

Seorang nasionalis yang mencoba bertahan ditengah-tengah kecurigaan, sinisme dan pelecehan-pelecehan yang tengah terjadi pada bangsa ini. Seorang demokrat yang mencoba mengagung-agungkan bangsa ini kembali dari pengerdilan-pengerdilan yang tengah dilakukan oleh kebanyakan warganegaranya sendiri. Seorang sosial-komunis yang mencoba mengabdi kepada negaranya meski hanya dipandang sebelah mata. Seorang yang beragama, yang berusaha mengakui dan men-sejajarkan semua agama sebagai sesuatu yang relative, untuk tujuan Tuhan yang absolut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gatot Yudha; Garis Jalan Druvada (1)

1 Oktober 2011   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya perkenalkan nama saya berakhiran Yudha, saya terkenal dikebanyakan orang dengan panggilan Gatot. Mungkin karena kisah hidup yang demikian pelik serta keadaan saya yang acapkali selalu menjadi bulan bulanan para kawan sehingga mereka membaptis saya dengan sebutan Gatot. Secara etimologi, asal usul nama Gatot tidaklah lepas dari nama Gatotkacha yang berarti "memiliki kepala seperti kendi", sedangkan Gatot sendri berarti kepala. Kepala sendiri memiliki nilai filosofis tinggi, banyak yang menggunakan kalimat berkhiasan kepala yang memiliki konotasi positif dan arti kepemimpinnan, misalnya kepala suku, kepala pemerintahan, kepala keluarga, dan lain lain. Sedikit banyak saya merasa bangga dengan apa yang mereka jelaskan tentang arti filosofis dari apa yang mereka juluki saya dengan sebutan tersebut.

Saya sendiri adalah anak dari seorang ayah yang mantan buruh kapal pelabuhan dan seorang ibu yang yang cantik rupawan bagai Srikhandi dari desa terpencil beberapa kilometer dari tempat saya sekarang berada. Saya adalah anak pertama dan terakhir, karena ternyata Tuhan tidak cukup tega memberikan orang tua saya banyak anak yang kelak diketahui akan menyusahkan hidup mereka. Jangankan dua, menghadapi saya saja mereka sungguh terasa sangat terbebanin, terlihat dari guratan dan kerutan diwajah mereka yang makin kemari makin tegas terasa. Belum lagi bapak yang mulai bersiap-diri untuk menghadapi tutup usia dan ibu yang terus berjuang dengan penyakit menahun yang dideritanya. Lalu saya sendiri? haha... berusaha menikmati kebebasan dalam menggerakkan seluruh anggota badan saya!!

Bersama teman teman, saya biasa menghabiskan waktu hanya dengan berjalan di sepanjang pelabuhan yang terbentang sejauh 2km kearah utara dan selatan. Berjalan beriringan secara horizontal sambil menundukkan kepala masing masing dengan tatapan mata kearah bumi untuk menemukan barang barang kecil yang terpental dari saku orang-orang yang melakukan banyak aktifitas di sekitar pelabuhan. Kadangkala kami menemukan koin emas, butiran diamon atau pun seonggok daging dan sekepal nasi sisa. Itulah pekerjaan kami sehari hari, selabihnya menjadi ojek badan untuk mereka para penumpang atau pun mereka yang membutuhkan tenaga yang berada dalam tubuh ini.

"Kamu tau kalau esok sedia datang perahu kapal nan megah, datang dari arah semenanjung?"
"Kapal apa yang hendak kau ceritakan pada kami tuh?" tanya ku.
"Aku dengar ada kapal yang beriak berasal dari daerah subur bertanahkan emas yang akan datang mampir berkunjung".
"Ah... serius kau Druvada! takkan ada-lah macam kapal seperti itu, kalau pun ada, apa mereka punya maksud berlabuh ditanah kita yang gersang ini?"
"Entah lah... Tapi aku punya rencana!"

Saya bertanya pada Druvada tentang apa yang sebenarnya akan terjadi, dan menanyakan ada rencana hebat apakah yang ada dalam benaknya sehingga dia berani melompat terjun bebas kedalam samudra.

"Hahah!! Woi kalian! Ikutlah kemari dan berenang kita kearah medan perjuangan nasib!!"

Sambil berenang, Druvada dengan pasti menuju pada suatu buritan kapal bertajuk "dan diriku pun terhentak mengikuti nurani untuk segera berhaluan mengikuti kemana Druvada bertepi.

Setibanya di kapal, hanya menyisakan saya dan Druvada saja, sedangkan mereka yang lainnya tidak cukup nyali ternyata untuk mengikuti kami yang diam diam menyimpan hasrat demi berkehidupan yang lebih baik. Kami langsung menuju buritan kapal untuk menemui sang kapten yang sedang asik menggrayangi tubuh beberapa wanita.

"Haii bapak kapten, aku Druvada anak Pancalareja Sang Penjawab Arah, datang untuk menemui takdirnya".
"Hahaha... Pancalareja! Apa yang hendak kamu ketahui dari aku sang Nahkoda Noeh yang telah 7 kali mengitari dunia ini yang kalian anggap datar??"

Seorang kapten dengan tubuh gempal dan berkaki satu, tanpa penutup celana berkata pada kami tentang cerita kegelapan laut dan hamparan para bintang. Dia menjelaskan bawa akan datang satu kapal berisikan sejuta cawan berisikan diamon dan berkeping logam emas, dari ujung depan sampai ujung kepala para penumpangnya.

"Kami hanya ingin menaiki kapal tersebut guna menghantarkan kami kepada kejayaan raja raja tanah Setragandamayu!!"

Sontak saya terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Druvada, seolah olah ia telah matang berfikir dan tegas bertindak, lantang ia mengatakan keinginanya untuk berada dan menjadi bagian dari anak buah kapal sejuta cawan tersebut. Saya hanya dapat terdiam melihat mata Druvada dari arah pinggir, dan berusaha menenangkan diri untuk tidak terlibat dalam halilintar percakapan yang sengit terjadi diantara keduanya.

"Hahaha!! Baiklah putra Pancalareja!! Jika kau menginginkan hal tersebut bak hasrat Mohammed menginginkan Aisyah, maka daku hanya paham memberimu jalan menuju arah yang selalu ayahmu katakan kepada daku! Berangkat lah kalian sebelum langit menjadi terang, sebelum laut menjadi surut, kearah pulau Sebatik. Dan disana kalian akan menemukan gundukan tanah tempat bapakku digantung dan disalibkan!! Hahahaha!!".

Kemudian sang Kapten Nahkoda Kapal Noeh pun kembali bergulat dengan para wanitanya dan melambaikan tangan kearah kami.

Selama dalam perjalanan pulang, saya berfikir untuk bagaimana caranya agar supaya saya dapat memiliki keyakinan yang sama seperti yang ada dalam diri Druvada, memiliki hasrat yang jelas dan tujuan yang nyata, menjadi seperti para raja raja purbakala…

(to be continued…)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun