Mohon tunggu...
Humaniora

Relasi Beras dan Kursi dalam Karya Hunger Inc

17 November 2015   20:10 Diperbarui: 18 November 2015   20:34 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

P E N U T U P

Hunger inc.  menampilkan parodi yang cukup gamblang mengenai kasus Bulog yang sudah bertahun-tahun mengalami penyimpangan di sana-sini dan tidak dapat tersalur sepenuhnya dengan baik. Selain itu, dalam lapisan makna yang lebih mendalam, karya instalasi ini telah membeberkan pembentukan hierarki sosial yang selama ini direkayasa/dipermainkan oleh beberapa oknum. Rakyat dijejali dengan kesejateraan semu demi tercapainya tujuan pihak-pihak tertentu. Posisi superior-inferior diciptakan dalam tatanan masyarakat agak mereka yang berkedudukan mampu mengendalikan orang-orang yang (menganggap diri mereka) berada di lapisan bawah masyarakat. Bahkan, supremasi hukum pun mampu dipermainkan oleh harta dan jabatan.

Selanjutnya, dalam konteks pembangunan hotel dan perumahan yang berdampak pada pengurangan lahan pertanian, karya instalasi ini memiliki tiga makna. Pertama, bangunan (kursi) selama ini telah mendesak lahan pertanian (beras). Kedua, para pengembang hotel dan perumahan telah ‘merampas’ kesempatan rakyat untuk memproduksi bahan makanan. Terakhir, bangunan yang mendesak lahan tersebut telah menciptakan perubahan perilaku dari produksi menjadi konsumerisme.

DAFTAR PUSTAKA

Will Barton dan Adrew Beck. Get Set for Communication Studies, diterjemahkan oleh Ikramullah Mahyudin (Yogyakarta: Jalasutra, 2010)

Marcel Danesi. Messages, Signs and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory (Third Edition), diterjemahkan oleh Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari ( Yogyakarta: Jalasutra, 2010)

Tautan:

Tempo.com

Detik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun