Di platform media sosial Instagram misalnya, pada minggu ini empat nama dengan pengikut yaitu Ridwan Kamil 19,2 juta followers, Sandiaga Uno 8,5 Juta, Anies Baswedan 5,8 juta dan Prabowo Subianto 5,1 juta. Kemudian disusul Ganjar Pranowo 5,2 Juta, Agus Harimurti Yudhoyono 5,3 Juta, Muhaimin Iskandar 2,4 juta, Erick Thohir 2, 3 juta, Puan Maharani 1,6 juta dan Andika Perkasa 13,1 ribu follower. Dari rangking jumlah follower para kandidat tersebut, yang selalu masuk dalam survei elektabilitas tiga besar adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subiyanto dan Anies Baswedan yang ketiganya memiliki jumlah follower jauh dibawah Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Drama Politik Anies & Jokowi “Hampir Serupa Tapi Tak Sama”
Ingat dengan teori klasik Dramaturgi (Goffman, 1959) yakni sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai ilustrasi untuk menggambarkan individu-individu dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Berkaca dari pilpres sebelumnya (2014 & 2019), teori dramaturgi terbukti sangat ampuh dalam meraih simpati dan dukungan dari publik. Para kandidat ibarat memainkan sebuah pertunjukkan di panggung baik panggung depan (front stage) dan belakang pagung (back stage).
Jika diamati ada kemiripan alur drama yang dijalani oleh Anies Baswedan menatap piplres 2024 dan yang dialami oleh Joko Widodo pada saat pilpres 2014 silam. Tahapan menuju Istana antara Anies dan Jokowi sama sama berangkat Kebon Sirih alias sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bahkan jika ditarik mundur kebelakang pada pilkada DKI 2012 silam, ada peran Prabowo Subianto dibalik kisah sukses Jokowi menduduki singgasana Balaikota, hal tersebut juga terjadi pada Anies Baswedan yang juga mendapat amanah dan mandat dari Prabowo Subianto untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017 silam. Kesamaan lain adalah pada pilpres 2019 silam, Joko Widodo dicalonkan lebih awal sebagai capres oleh Partai Nasdem. Pun dengan pencapresan Anies Baswedan yang juga dicalonkan oleh Partai Nasdem lebih awal yakni pada 3 Oktober 2022 lalu.
Adakah Anies Effect, Untung Rugi bagi Parpol Pengusung?
Namun apakah fenomena Jokowi Effect akan dialami juga oleh Anies Baswedan (Anies Effect). Tentu harapan inilah yang diinginkan oleh Partai Nasdem dalam mengusung sejak awal Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Kondisi dan realita politik hari ini, berbeda dengan pada saat munculnya fenomena Jokowi effect.
Butuh kerja keras untuk mewujudkan Anies Effect agar bisa sedahsyat fenomena Jokowi Effect agar bisa berdampak sangat nyata bagi popularitas dan elektabilitas parpol pengusung Anies Baswedan yakni Partai Nasdem. Namun bukan hal yang tidak mungkin, mengingat kepiawaian sang King Maker Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang patut diakui sangat menentukan barometer poltik tanah air setidaknya dalam 15 tahun terakhir.
Tentu sudah dipertimbangkan dengan sangat matang oleh Surya Paloh dalam mencalonkan Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Setidaknya munculnya nama Anies Baswedan sebagai capres pilihan partai Nasdem telah melalui proses demokratisasi yang sangat luar biasa dari usulan kader partai Nasdem di seluruh Indonesia sebagai manivestasi suara rakyat yang terwakili melalui partai Nasdem.
Usai Anies paripurna sebagai Gubernur DKI Jakarta (16 Oktober 2022), partai Nasdem harus langsung bekerja (tancap Gaspol) untuk mengokohkan dan membumikan politik gagasan kebangsaan yang selama ini disuarakan partai Nasdem. Termasuk dalam menyelaraskan arah politik Anies Baswedan sehingga bisa memberikan efek elektoral di masyarakat.
Hal ini berarti pengukuhan citra Anies adalah partai Nasdem dan Partai Nasdem adalah Anies menjadi sangat urgen dan penting untuk mendapatkan efek domino (efek ekor jas) semakin besar buat partai Nasdem. Namun patut diwaspadai jika partai Nasdem gagal dalam meleburkan identitas politik Anies dengan politik gagasan besar partai, maka dikhawatirkan tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan elektoral partai Nasdem di akar rumput kader maupun masyarakat atau bahkan bisa berdampak buruk terhadap tingkat elektabilitas partai Nasdem.