Para fans nggak hanya menuntut perubahan, tapi juga menyindir Levy dengan spanduk dan poster yang menohok, seperti "Kami butuh trofi, bukan tur stadion." Para suporter menilai Levy terlalu fokus pada aspek bisnis ketimbang prestasi di atas lapangan. Stadion megah, kontrak sponsor besar, dan pemasukan tinggi tak berarti apa-apa jika tim terus gagal bersaing di papan atas.
Nyanyian anti-Levy bukan hal baru, tetapi kali ini terasa lebih intens. Para penggemar mendesak perubahan besar, termasuk mengganti kepemimpinan di kursi manajemen. Postecoglou sendiri tampak enggan terlibat dalam konflik ini, memilih fokus pada tim dan para pemainnya.
Masa Depan yang Tak Pasti
Ketika ditanya apakah ia merasa terancam dipecat, Postecoglou menjawab dengan nada filosofis, "Ketika Anda menjadi manajer klub sepak bola, Anda sangat rentan. Tapi peran saya adalah mendukung para pemain dan staf. Itu saja yang bisa saya lakukan."
Fakta bahwa Spurs hanya unggul delapan poin dari zona degradasi membuat situasi semakin genting. Jika tidak ada perbaikan signifikan, sulit membayangkan Postecoglou bertahan hingga akhir musim.
Saatnya Bangkit atau Runtuh
Tottenham Hotspur berada di persimpangan jalan. Dengan sejarah panjang sebagai klub yang sering disebut "nyaris", keputusan besar harus diambil dalam waktu dekat. Apakah Postecoglou bisa membalikkan keadaan dan membuktikan dirinya? Ataukah ini hanya soal waktu sebelum Spurs kembali ke titik nol?
Di tengah semua drama ini, satu hal yang pasti: masa depan Tottenham bukan hanya bergantung pada taktik di lapangan, tetapi juga pada keputusan-keputusan besar yang akan dibuat di luar lapangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI