Musim 2022/23 sempat memberi harapan saat ia mencetak 30 gol untuk United dan bersinar di Piala Dunia. Tapi, sejak itu, performanya menurun drastis. Kegagalan di lapangan ditambah dengan tekanan kehidupan pribadi -- termasuk kabar perpisahannya dengan tunangan masa kecilnya, Lucia Loi -- membuat Rashford tampak seperti jiwa yang tersesat.
Pesta Tequila dan Kritik Tajam
Kisah Rashford semakin rumit ketika kabar tentang "pesta tequila selama 12 jam" di Belfast muncul. Media juga melaporkan kebiasaannya menghabiskan waktu di kasino dan pesta rumah yang meriah. Semua ini menjadi bahan kritik, terutama dari penggemar United yang merasa Rashford kehilangan fokus.
Manajer baru United, Ruben Amorim, bahkan mencoret Rashford dari skuad untuk derby melawan Manchester City. Alasannya? Rashford dianggap tidak memenuhi standar, baik di dalam maupun luar lapangan. Amorim menegaskan bahwa Rashford perlu memperbaiki sikap dan performanya.
Simpati dan Harapan untuk Perubahan
Di tengah kritik, Rashford tetap menunjukkan sisi baiknya. Ia tetap aktif dalam kegiatan sosial, seperti membagikan hadiah Natal untuk 420 murid di bekas sekolahnya. Namun, sikapnya yang terkadang bertentangan dengan manajer dan rekan tim membuat situasinya semakin sulit.
Rashford juga harus menghadapi pelecehan rasial yang terus-menerus menghantamnya sejak final Piala Eropa 2021. Pesan-pesan kebencian itu jelas berdampak pada kesehatan mentalnya.
Apa Selanjutnya untuk Rashford?
Pertanyaan besar kini menggantung: bisakah Rashford menemukan kembali semangatnya? Ataukah ia perlu meninggalkan Manchester United, klub yang telah dibelanya sejak usia tujuh tahun, untuk memulai babak baru?
Tidak ada jawaban mudah untuk masalah ini. Tapi satu hal yang pasti, perjalanan Marcus Rashford adalah pengingat bahwa bahkan pahlawan pun bisa jatuh. Yang penting adalah bagaimana ia bangkit kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H