Liga Champions itu selalu penuh drama, terlebih lagi di musim ini. Hampir tiap pertandingan kita disuguhi skor-skor yang kurang lumrah. Ada yang bilang, ini efek dari format baru yang lebih banyak timnya, atau mungkin emang kualitas tim-tim besar masih terlalu perkasa bagi tim-tim antah berantah?
Kita mulai dari PSG, tim yang akrab sama babak 16 besar, bahkan pernah melaju ke final, sekarang malah berada di posisi yang bikin gelisah. Mereka bisa aja nggak lolos ke babak playoff kalau nggak segera bangkit. Tiga laga tersisa di fase grup, PSG masih di posisi ke-25. Bayangin, mereka cuma selisih dua poin dan tiga gol dari batas aman. Mungkin ini yang akhirnya memaksa PSG menang 0-3 atas Salzburg.
Terus ada juga tim-tim besar yang menunjukkan kekuatannya dengan skor-skor mencolok mata. Bayern Munich, contohnya, baru-baru ini ngalahin Dinamo Zagreb dengan skor 9-2. Setelah lima putaran, rata-rata selisih gol antara tim yang menang dan yang kalah itu 2,03 gol. Tahun lalu, cuma 1,39 loh!
Kesenjangan yang Makin Terasa: Tim Kecil vs Tim Raksasa
Tapi masalahnya, semakin banyak tim yang terjebak di dasar klasemen, kayak Slovan Bratislava. Mereka bahkan nggak bisa dapetin satu poin pun di grup mereka, dan selisih gol mereka udah minus empat belas. Gimana nggak? Mereka kalah 5-1 dari Celtic di laga pertama dan nggak ada perubahan yang signifikan setelah itu. Ada juga Young Boys yang kalah 6-1 di kandang sendiri lawan Atalanta, serta Sparta Prague yang kebobolan total 11 gol dari Atltico Madrid dan Manchester City. Klub-klub dari negara kecil ini semakin jauh tertinggal, dan ini jadi bukti jelas kalau kesenjangan kualitas semakin lebar.
Mungkin ini yang bikin banyak orang mikir, "Eh, Liga Super bisa jadi solusi nih!" Tapi, di sisi lain, ada yang berpendapat kalau skor-skor gede ini mungkin cuma dampak dari aturan format baru yang lebih banyak timnya. Format baru ini bikin selisih gol jadi faktor penentu yang penting banget. Tim-tim yang bisa cetak banyak gol jadi punya peluang lebih besar buat aman di klasemen. Sebelumnya, aturan head-to-head yang ketat jadi penentu kalau dua tim punya poin yang sama. Sekarang, nggak lagi, karena selisih gol yang jadi kunci.
Skor Gede: Tren Baru di Liga Champions
Yang pasti, dengan format baru ini, tim-tim besar jadi makin ngotot buat nyetak gol. Arsenal, misalnya, menang telak 5-1 lawan Sporting, dan itu nggak main-main. Begitu gol pertama masuk, Martin degaard langsung suruh rekan-rekannya buat terus maju, dan empat gol lainnya datang begitu aja. Terus ada Liverpool yang nggak ngasih ampun sama Bayer Leverkusen, menang 4-0 di 30 menit terakhir. Tim-tim ini nggak peduli apa kata lawan, mereka cuma fokus buat menambah jumlah gol sebanyak mungkin.
Di sisi lain, ada juga tim yang dianggap underdog, seperti Red Star Belgrade, yang sukses mengejutkan Stuttgart dengan skor 5-1. Jadi, meskipun banyak yang bilang tim-tim besar bakal terus mendominasi, Red Star buktikan kalau di Liga Champions, kejutan itu selalu mungkin.
Tapi, dari 22 gol yang dicetak dengan margin empat gol atau lebih, sebagian besar datang dari tim-tim besar di lima liga top Eropa---kayak PSG, Bayern, dan Real Madrid. Klub-klub dari negara kecil memang kesulitan bersaing di level tertinggi ini. Meski begitu, tren ini bikin kita sadar, tim-tim besar masih jauh lebih unggul. Walau begitu, siapa yang nyangka bahwa tim dari liga kecil bisa memberikan kejutan. Itu yang bikin kompetisi ini makin seru.
Format Baru: Pengaruhnya Terhadap Persaingan