Tahun 2022/23, Xavi membuktikan dirinya masih punya kemampuan luar biasa dengan menjadikan Barcelona kampiun di La Liga. Jadi, soal gelar liga, Xavi sudah terbukti jagonya. Bukan cuma sekadar teori, dia sudah menjalani dan merasakannya sendiri. Dengan pengalaman ini, Xavi jelas jadi kandidat yang nggak bisa diabaikan buat jadi manajer masa depan.
Siapa tahu, mungkin Xavi bakal jadi pengganti Pep Guardiola di Manchester City, atau bahkan kembali menulis sejarah baru di Barcelona. Xavi masih punya banyak cerita menarik untuk ditulis di dunia sepakbola.
2. Julian Nagelsmann Julian Nagelsmann, pelatih muda berbakat asal Jerman, belakangan ini sering dikaitkan dengan rumor kepindahan ke Bayern Munich atau Manchester United. Tapi, alih-alih kembali melatih klub, Nagelsmann malah memilih untuk memperpanjang kontraknya dengan timnas Jerman hingga 2026. Keputusan ini tentunya mengejutkan, mengingat banyak yang berharap dia kembali menangani klub.
Meski begitu, kontraknya dengan Jerman masih berlaku hingga 2026, bukan berarti Man City nggak punya kesempatan buat membujuknya. Dengan potensi luar biasa yang dimiliki, siapa tahu di masa depan Nagelsmann justru melangkah ke Etihad Stadium, mengisi kursi pelatih kepala.
Di usia yang masih muda, 37 tahun, Nagelsmann adalah manajer termuda dalam daftar ini. Usianya yang masih muda namun sudah punya rekam jejak gemilang di Bundesliga menunjukkan bahwa dia punya masa depan cerah di dunia kepelatihan. Jadi, nggak heran kalau suatu hari nanti kita bisa melihatnya berada di ruang ganti Man City, mengendalikan tim dengan gaya modern yang khas dari pelatih muda berambisi ini.
1. Zinedine Zidane
Zinedine Zidane, legenda sepak bola Prancis, memang sudah cukup lama menganggur sejak meninggalkan Real Madrid pada 2021. Meski sudah banyak pekerjaan yang dikaitkan dengannya, Zidane tampaknya lebih memilih untuk tetap diam dan tak terburu-buru menerima tawaran. Tentu saja, dengan segudang prestasi yang dimilikinya, dia punya hak untuk memilih dengan lebih hati-hati.Zidane bukan hanya seorang pemain hebat, tapi juga pelatih yang sudah terbukti punya "resep rahasia" untuk meraih kemenangan. Di Madrid, dia buktikan dirinya dengan tiga trofi Liga Champions berturut-turut. Meskipun filosofi permainannya bisa dibilang berbeda dengan Pep Guardiola yang mengutamakan penguasaan bola dan permainan cepat, Zidane tetap tahu cara menaklukkan tim-tim besar. Dia paham betul bagaimana cara mengeluarkan kemampuan terbaik dari pemain-pemain kelas dunia.
Jadi, meski gaya permainannya tidak persis sama dengan Guardiola, Zidane tetap punya daya tarik dan formula kemenangan yang nggak bisa dianggap remeh. Siapa tahu, setelah sabar menunggu, Zidane akhirnya bakal menerima tantangan besar di klub-klub top Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H