Mohon tunggu...
The Balbalans
The Balbalans Mohon Tunggu... Freelancer - Sepakbola Akar Rumput

Created by The Poor, Stolen by The Rich

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Amorim & Mourinho: Dua Legenda, Satu Inspirasi dari Lisbon

3 Desember 2024   14:16 Diperbarui: 3 Desember 2024   14:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruben Amorim (by: Football Transfer)

Pernah denger tentang hubungan unik antara dunia akademis dan olahraga? Kalau belum, yuk simak perjalanan Ruben Amorim, yang nggak cuma jago di lapangan, tapi juga punya kemampuan luar biasa di dunia akademik. Amorim jadi perhatian banyak orang, terutama karena latar belakang pendidikannya di Fakultas kinetika Manusia di Universitas Lisbon. Dan jangan salah, dia memang bukan orang biasa.

Profesor Antnio Veloso, yang dulu teman sekelas Jos Mourinho, memuji Amorim sejak pertama kali wawancara untuk kursus pelatihan sepak bola berperforma tinggi atau high-performance football coaching. 

"Dari awal, sudah kelihatan kalau dia punya sesuatu yang istimewa," kata Veloso, di sadur dari The Guardian. "Waktu latihan taktis, semua siswa lain pasti ngelirik ke Ruben dan minta pendapatnya, tapi dia tetap rendah hati." Gimana nggak, dia memang punya kualitas kepemimpinan yang bikin orang lain terkesan. 

Cuma, jangan kira Amorim ini meniru Mourinho, meskipun mereka sama-sama pernah belajar di fakultas ini. Veloso inget banget gimana Mourinho, yang saat itu berusia 26 tahun, baru keluar dari sekolah bisnis dan sadar kalau jadi pemain sepak bola profesional kayaknya nggak cocok buat dia. Alhasil, dia masuk kursus ilmu olahraga dan jadi pemain sekaligus pelatih tim profesor.

Tapi yang menarik, naluri "pembunuh" Mourinho yang legendaris udah kelihatan sejak dulu. "Dia bilang ke teman satu timnya, 'Jangan lembek! Jadilah tangguh!'" kata Veloso. Itulah yang bikin Mourinho akhirnya jadi pelatih top dunia.

Saat ini, pelatih asal Portugal emang lagi jadi pusat perhatian. Jangan salah, dulu Inggris yang kirim pelatih-pelatih hebat seperti Sir Bobby Robson ke Portugal. Tapi sekarang, pelatih Portugal justru jadi banyak banget di Liga Premier Inggris, bahkan jumlahnya sama dengan pelatih asal Inggris. Nggak cuma itu, Portugal juga punya pemain Liga Premier terbanyak keempat setelah Inggris, Brasil, dan Prancis. Jadi, bisa dibilang, meskipun Portugal punya populasi hanya 10,5 juta jiwa, mereka punya kekuatan besar di sepak bola Eropa.

Nah, sebagian alasan kenapa ini bisa terjadi mungkin ada di Cruz Quebrada, daerah sepi di pinggiran Lisbon yang menghadap ke muara Tagus. Di situlah fakultas yang membantu membentuk Mourinho dan Amorim berada. Banyak orang tahu kalau Mourinho dapat kesempatan besar sebagai penerjemah Robson di Sporting, tapi nggak banyak yang tahu kalau awal karier Mourinho itu dimulai dari dunia akademis. Profesor Veloso, yang juga masih aktif di dunia akademis, masih terus menjaga hubungan dengan Mourinho, dan saat dia kepikiran buat bikin program magister high-performance football coaching, Veloso pun ingat akan ide Mourinho.

"Jos selalu bilang kalau dia belajar di sini dan menyebut fakultas ini sebagai almamaternya," kata Veloso. Dengan latar belakang akademis yang unik, Mourinho jadi orang yang pas untuk membantu mereka merancang kursus kepelatihan sepak bola yang nggak cuma fokus di teknik, tapi juga psikologi dan fisiologi olahraga yang lebih mendalam. Bahkan, mereka ngajarin cara-cara mengelola tim kayak manajer dana ekuitas swasta atau oligarki Rusia.

Baca juga: Amorim & Rashford: Duet Pembuat Sejarah di Old Trafford

Kursus yang mereka rancang nggak cuma ngajarin soal motivasi pemain, tapi juga tentang komunikasi non-verbal dan bagaimana cara mengelola tim dengan pendekatan yang lebih ilmiah. Salah satu contoh, Rick Parry, Ketua EFL, ngajarin modul tentang tata kelola dan cara menghadapi masalah sensitif di lapangan, seperti komentar rasis dari pemain. Semuanya diajarin dengan cara yang lebih cerdas dan terstruktur, jauh dari sekadar motivasi semata.

Jadi, ternyata dari kampus perintis di Lisbon, Amorim dan Mourinho sama-sama meniti jalan menuju dunia sepak bola yang penuh tantangan dan kejutan. Jangan cuma ngeliat mereka di lapangan, karena ternyata perjalanan mereka dimulai dari kelas-kelas akademik yang penuh dengan pelajaran berharga.

Kamu tahu nggak sih, kalau Ruben Amorim, pelatih top asal Portugal, masuk kuliah meskipun waktu itu dia udah jadi pemain sepak bola profesional? Yaps, pada tahun 2017, dia diterima sebagai salah satu murid pertama di program high-performance football coaching, padahal dia belum pernah punya gelar sarjana. Sebagai pemain di Belenenses dan Benfica, Amorim nggak punya latar belakang akademis, tapi tetap aja dia berhasil masuk. Kenapa? Karena program ini sengaja buka kesempatan buat calon-calon pelatih berbakat yang belum punya gelar tapi punya potensi luar biasa, dan jelas banget Amorim termasuk di dalamnya.

Nah, apakah kursus ini bakal jadi kunci keberhasilannya di Manchester United? Kita nggak bisa bilang pasti, soalnya Carlos Vicens, yang jadi asisten Pep Guardiola, juga ikut kuliah di program yang sama setahun setelah Amorim. Bahkan, Pedro Marques, direktur pengembangan sepak bola Liverpool, dan dua asisten Amorim juga jadi murid di fakultas yang sama. Jadi, meskipun Amorim nggak sendirian, dia tetap punya keunggulan tersendiri karena bisa menyeimbangkan dunia akademis dan dunia sepak bola yang dia geluti.

Jadi, siap-siap, karena perjalanan Amorim ternyata nggak cuma melibatkan bola dan lapangan, tapi juga kelas-kelas penuh ilmu yang bisa bikin dia lebih jago lagi sebagai pelatih.

Akademis dan Sepak Bola: Kombinasi Keren yang Belum Ada di Inggris, Tapi Sudah Ada di Portugal


Kamp Pelatihan Tim di Portugal dan Program Lokakarya Pendidikan Pelatih (by: ifapt.com)
Kamp Pelatihan Tim di Portugal dan Program Lokakarya Pendidikan Pelatih (by: ifapt.com)

Kamu pernah bayangin nggak sih, dunia akademis dan sepak bola itu bisa jadi teman akrab? Kalau di Inggris, keduanya tuh kayak dua dunia yang nggak pernah saling nyambung. Di sana, ada semacam perang kelas antara mereka yang duduk di menara gading dan yang bekerja di lapangan, jadi jarang banget orang akademis nyampur sama pekerja lapangan, apalagi yang ada di dunia sepak bola. Tapi, di Portugal? Itu cerita lain. Di Portugal, sepak bola dan dunia akademis bisa dibilang saling melengkapi dan bekerja sama, dan banyak yang bilang, salah satu orang yang bikin ini bisa terjadi adalah Carlos Queiroz, mantan pemain dan pelatih Manchester United.

Tahun 80-an, Prof. Mirandela da Costa, yang jadi kepala departemen sepak bola di Universitas Lisbon, memanggil Carlos Queiroz untuk bantu ubah wajah sepak bola Portugal. Queiroz, yang dikenal dengan makalahnya tentang pengembangan pemain muda yang jadi bahan rujukan utama, akhirnya melatih "Generasi Emas" Portugal---yang waktu itu dihuni bintang-bintang muda seperti Lus Figo, Rui Costa, dan Gil Gomes. Hasilnya? Piala Dunia U-20 dua kali berturut-turut, pada 1989 dan 1991. Sejak saat itu, sepak bola Portugal mulai berkembang pesat, dan "pohon ek" yang kuat pun tumbuh, yang bisa kita lihat dalam sosok Mourinho, Cristiano Ronaldo, dan tentu saja agen super Jorge Mendes. Mereka semua memainkan peran besar dalam membawa sepak bola Portugal jadi salah satu kekuatan besar di Eropa.

Menurut Profesor Veloso, yang juga teman lama Mourinho, "Jos membuka pintu bagi pelatih-pelatih Portugis, tapi lebih seperti membuka gerbang besar, dan Ronaldo membuka pintu untuk para pemain." Intinya, pemain asal Portugal sudah punya kualitas terjamin, tinggal pilih aja.

Tapi yang bikin unik, semuanya ini dimulai dari hubungan erat antara akademisi dan federasi sepak bola Portugal. Veloso bilang, "Kami beruntung punya orang-orang hebat di sini. Tapi di Inggris? Mungkin susah bayangin ada universitas yang bakal ngajak pelatih top Manchester United buat bikin program pendidikan pelatih sepak bola kayak kami." Bener juga sih, kan di Inggris malah Harvard Business School yang akhirnya memanfaatkan pengalaman Sir Alex Ferguson setelah dia pensiun, bukannya universitas lokal.

Di Inggris, universitas besar kayak Oxford dan Cambridge bahkan nggak pernah kepikiran buat ngajak pelatih terkenal buat bantu pendidikan kepelatihan sepak bola. Tapi di Portugal, justru itu yang terjadi. Veloso, yang banyak kenal orang-orang berwawasan luas di akademis Inggris dan juga pelatih-pelatih di Liga Premier, ngasih pencerahan: "Kamu perlu menggabungkan kedua dunia ini---orang-orang berpengalaman di level tinggi yang ngerti teori dan praktik."

Nah, kalau Amorim bisa sukses di Old Trafford, siapa tahu dia bisa jadi sosok yang ngejembatanin kesenjangan antara dunia akademis dan dunia sepak bola di Inggris. Siapa yang nggak mau lihat revolusi sepak bola yang lebih cerdas dan terstruktur? Kalau ada yang bisa mewujudkannya, mungkin dia adalah Amorim, si pelatih yang berasal dari dunia akademis, yang juga jago di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun