Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memahmi Hakikat Memaafkan yang Sesungguhnya

29 April 2023   23:58 Diperbarui: 30 April 2023   00:00 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Apabila ada seseorang yang pernah berbuat salah kepada Anda hingga membuat Anda merasakan sedih yang mendalam, maka biasanya Anda tidak akan bisa melupakannya. 

2. Memaafkan bukan membenarkan

Jika ada seseorang pernah melakukan kesalahan terhadap Anda, maka apapun yang pernah diperbuat oleh orang tersebut tetap salah. Kita tidak bisa membenarkan perilaku orang yang menyakiti kita.

Misalnya ada seseorang yang dendam kepada orang tuanya karena sewaktu kecil sering dimarahi bahkan disiksa secara fisik. Maka perilaku orang tua tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan karena seharusnya anak kecil itu disayangi dan dicintai.

Kalaupun kita diminta untuk memaafkan kesalahan orang lain, maka perilaku memaafkan kita bukan berarti memberikan validasi bahwa kesalahan itu dapat dibenarkan.

3. Memaafkan bukan memberi maaf

Banyak orang beranggapan bahwa memaafkan mengandung arti memberikan maaf kepada orang lain. Namun menurut hemat saya perilaku memaafkan bukanlah memberi maaf, karena memaafkan itu lebih berpengaruh kepada diri kita sendiri ketimbang orang lain.

Pihak yang berbuat kesalahan kepada kita akan dengan sangat mudah meminta maaf. Setelah terucap kata maaf atau dengan berjabat tangan, maka orang tersebut akan merasa plong alias lega karena dimaafkan. Pertanyaannya, apakah Anda juga merasakan hal yang sama? 

Jawabnya belum tentu, karena sangat mungkin kata maaf terucap di bibir tetapi tidak sampai di hati dan perasaan Anda. Akhirnya Anda masih terjebak dalam kemelut kesalahan orang lain, sedangkan si pelaku kemungkinan besar sudah tidak mikirin lagi, bahkan tidur nyenyak setiap malam.

Kalau memaafkan itu bukan melupakan, bukan membenarkan dan bukan memberikan, lantas apa sebenarnya hakikat memaafkan?

Saya berikan ilustrasi sederhana. Coba sekarang Anda bayangkan ada pisau yang menancap di punggung Anda. Tentu Anda merasakan sakit bukan? 

Kalau pisau itu tidak dicabut, maka lama-kelamaan akan sangat membahayakan kesehatan Anda, apalagi kalau pisaunya sampai berkarat. Luka di tubuh Anda tidak hanya di bagian yang tertusuk pisau, tetapi bisa saja menyebar ke seluruh tubuh.

Agar dapat terlepas dari rasa sakit akibat pisau, maka hal utama yang harus Anda perbuat ialah mencabut dan melepaskan pisaunya dari tubuh Anda. Meskipun luka itu masih ada, namun lambat laun akan mengering dan tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun