Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mimpi Pak Yadi, Sang Penjual Kerupuk Uyel

9 April 2023   23:36 Diperbarui: 10 April 2023   00:20 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Siang itu suhu temperatur menunjukkan catatan 33' C. Artinya hari ini cuaca begitu panas menyengat.

Tak terasa kita sudah memasuki hari ke-18 puasa Ramadan 1444H. Separuh jalan telah kita lewati, jadi harus tetap semangat ya kawan supaya mendapatkan kemenangan di hari lebaran.

Seperti biasa di akhir pekan, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ini adalah cara saya untuk menyeimbangkan diri karena padatnya aktivitas pekerjaan.

Kali ini izinkan saya untuk menceritakan sebuah kisah yang saya ambil dari seorang penjual kerupuk langganan di rumah. Kebetulan saya bertemu dengan beliau dan sempat berbincang.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Namanya pak Yadi, pria kelahiran asli Mojokerto ini sekarang berusia 53 tahun. Pak Yadi berjualan kerupuk sejak kecil, maklum karena memang ia lahir di kalangan keluarga yang kekurangan. 

Yadi kecil sering diajak sang ayah berkeliling menawarkan kerupuk uyel. Mungkin memang sudah diskenariokan bahwa kelak Yadi kecil akan meneruskan usaha sang ayah berjualan kerupuk.

Setiap pagi pak Yadi memulai aktivitasnya dengan memasukkan kerupuk-kerupuk yang hendak dijual kedalam plastik berukuran besar. Kerupuk yang telah di packing itu kemudian ditaruh ke dalam rengkek bambu. Tak lupa ia juga menyiapkan sepeda onthel berusia hampir seabad yang menjadi kendaraan operasional sehari-hari.

Perjalanan pak Yadi dari rumahnya di Mojosari menuju ke kota Mojokerto setidaknya membutuhkan waktu 50 menit hingga 1 jam. Semua itu ia lakukan demi memenuhi kebutuhan istri dan ketiga orang anaknya.

Pak Yadi menjajakan produk kerupuk sambil berteriak dan membunyikan bel sepedanya. Suaranya khas sehingga saya tidak pernah salah ketika menghentikannya.

"Pak, kerupuk..!!!" teriak saya dari dalam rumah.

Pak Yadi kemudian menghentikan laju sepeda kumbang dan menjawab, "Nggeh...". 

Istri saya sedang masak sop iga untuk menu berbuka. Nah paling pas jika makannya nanti ditemani kerupuk pak Yadi (hehe..). Sudah lama juga saya jadi pelanggan setia pak Yadi. Setidaknya seminggu 3x keluarga saya beli kerupuk.

Kita boleh beli berapapun, dan pasti akan dilayani. Inilah kelebihan pak Yadi, disamping orangnya ramah dan sabar, ia juga profesional dalam menekuni pekerjaannya.

Tepat pukul 13.30WIB saya keluar rumah, dan baru sampai teras saja sudah merasakan cuaca begitu panas. Matahari seolah tak punya ampun sehingga panasnya maksimal sampai ke bumi.

Memang Ramadan tahun ini di kota saya sudah memasuki musim kemarau, sehingga wajar jika cuaca panas mewarnai perjalanan ibadah puasa.

"Bungkus 5 ribu pak!!!" ucapku kepada pak Yadi yang sedang berhenti dibawah pohon mangga. Mumpung ada kesempatan, ia mencari posisi teduh untuk menghela nafas.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Sambil membungkus kerupuk pesanannya, saya bertanya kepada pak Yadi, "Jenengan puasa pak?"

Pak Yadi menjawab, "Nggeh mas, inshaa Allah puasa jalan terus."

Wow, saya sangat kaget mendengar jawaban beliau. Di tengah terik matahari yang panasnya hingga ke ubun-ubun, pak Yadi masih sanggup menjalankan ibadah puasa.

Pak Yadi memiliki seorang istri dan 3 orang anak. Anak pertama saat ini sedang kuliah di salah satu sekolah tinggi kesehatan melalui jalur undangan dan mendapatkan beasiswa. Sedangkan 2 anak lain masih sekolah di bangku SD dan SMA.

Sang istri hanya bekerja sebagai buruh cuci dan setrika pakaian di tetangga-tetangga sekitar. Walau begitu baik pak Yadi maupun sang istri tidak mau melihat anaknya gagal. 

Pak Yadi memiliki misi mulia yakni memutus rantai nasib bagi anak-anaknya. 

Ia bersama sang istri terus berjuang agar anak-anaknya tidak ada lagi yang berjualan kerupuk atau menjadi buruh cuci. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk memberikan fasilitas pendidikan yang layak dan ingin melihat semua anaknya sukses. Semakin kagum saya kepada pak Yadi.

Di tengah keterbatasan, ia tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga di rumah. Salah satu prinsip yang layak untuk ditiru.

Saya bertanya kepada pak Yadi, "Udah mau habis ya pak kerupuknya?"

Seraya mengusap peluh di dahi, pak Yadi menjawab, "Iya mas alhamdulillah bisa pulang cepat."

Mungkin ini adalah salah satu hari keberuntungan pak Yadi karena peminat kerupuk uyel tak tentu. Beliau bercerita kalau seringnya pulang sore karena menunggu kerupuknya terjual habis atau minimal tersisa sedikit saja.

"Rezeki itu sudah ada yang ngatur mas, yang penting kita jangan berhenti berusaha saja.", ucapnya seraya melempar senyuman lebar.

Bulan Ramadan ini, pak Yadi sering berbuka puasa di jalan. Biasanya ia berhenti di masjid-masjid yang searah dengan perjalanan pulang. Untungnya hampir semua masjid sekarang menyediakan takjil bahkan menu berbuka puasa sederhana.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Setiap hari dalam satu minggu pak Yadi menjalankan pekerjaannya, tanpa keluhan dan tanpa meminta belas kasihan. Semua itu ia lakukan dengan tulus ikhlas karena punya mimpi dan tujuan yang mulia. Mimpi besar pak Yadi adalah menyaksikan anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berhasil.

Meski hanya sebagai penjual kerupuk uyel, saya belajar beberapa prinsip kebaikan dari beliau.

1. Hidup Berawal dari Mimpi

Hal yang paling membedakan antara seorang pemenang dengan pecundang terletak dari seberapa keras usaha yang dijalani. Pemenang akan selalu mengupayakan berbagai cara agar berhasil, sedangkan pecundang hanya duduk diam meratapi nasib.

Jelas dalam hal ini, pak Yadi bukan seorang pecundang. Ketekunannya dalam berusaha menjadi bukti betapa keras ia menempa dirinya. Mimpi besar yang ia ciptakan bagi masa depan anak-anaknya menjadi dorongan semangat yang tak pernah pudar.

Mimpi akan membangun spirit berkelanjutan bagi kita. Bung Karno pernah mengatakan, "Gantungkan mimpi dan cita-citamu setinggi langit, karena jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang."

2. Ketekunan Membawa Berkah

Tak ada sedikitpun keraguan dalam diri pak Yadi tentang datangnya rezeki. Beliau benar-benar menikmati proses yang dijalani setiap hari. Baginya urusan rezeki itu bukan milik manusia melainkan milik Tuhan.

Ketekunan pak Yadi inilah yang membuat usahanya semakin berkah. Bahkan ada salah seorang anaknya yang sekarang kuliah lho!. Keren kan!

Disisi lain saya mengamati sekitar, masih banyak orang yang suka mengeluh terhadap proses dan hanya menginginkan hasil.

Kawan, coba bayangkan! kira-kira Anda sanggup nggak lagi puasa, naik sepeda, cuaca panas suhu 33' C? 

Steve Jobs pernah bilang, "Saya yakin bahwa setengah dari apa yang memisahkan pengusaha sukses dan pengusaha tidak sukses adalah ketekunan murni."

3. Ketakwaan dan Keikhlasan Memberikan Kemudahan

Apapun yang sedang kita kerjakan, apapun yang menjadi profesi kita, selama kita menjalaninya dengan penuh ketakwaan dan keiklhasan, maka selalu ada jalan kawan.

Ikhlas bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan terus berusaha namun tidak menjadikannya sebagai beban. Justru dengan ikhlas, maka segala yang kita lakukan menjadi lebih ringan.

Segala hal baik yang kita kerjakan adalah ibadah. Seperti halnya bekerja untuk menafkahi keluarga juga sarana ibadah kita. Hal ini yang disebut dengan ketakwaan. Janji Tuhan kepada orang-orang yang bertakwa adalah dimudahkannya segala urusan, seperti tertulis dalam surat At-Talaq ayat 4 yang artinya,

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan kemudahan dalam segala urusannya."

***

Demikian kisah inspiratif pak Yadi, sang penjual kerupuk uyel yang mempunyai mimpi besar, tekun dalam berusaha serta ikhlas menjalani kehidupan. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.

"Pagi-pagi ke stadion Ahmad Yani, jangan lupa memakai sepatu lari. Wahai engkau bapak Yadi, semoga rezeki terus mengalir tiada henti."

-Anjas Permata

#samber thr

#samber 2023 hari 9

#thr kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun