Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Tetap Indonesia, Aku Tetap Merah Putih!

18 Agustus 2022   14:33 Diperbarui: 18 Agustus 2022   14:36 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://indonesiakaya.com/wp-content/uploads/2020/10/monumen-bambu-runcing-3.jpg

Perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah menggunakan bambu runcing sudah menjadi frasa yang kerap diperdengarkan kembali saat peringatan kemerdekaan 17 Agustus.

Sejumlah kota termasuk Surabaya yang dikenal sebagai Kota Pahlawan pun menggunakan Bambu Runcing sebagai salah satu monumen tanda perjuangan di wilayah tersebut. Monumen Bambu Runcing yang berdiri tegak di Jl. Panglima Sudirman seakan menandai betapa hebatnya rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaannya.

https://indonesiakaya.com/wp-content/uploads/2020/10/monumen-bambu-runcing-3.jpg
https://indonesiakaya.com/wp-content/uploads/2020/10/monumen-bambu-runcing-3.jpg

Senjata bambu runcing pertama kali dikenalkan oleh seorang ulama asal Temanggung bernama Kiai Subkhi. Penggunaan bambu runcing sebagai senjata bermula dari minimnya ketersediaan senjata perang waktu itu, sementara perjuangan tetap harus dilanjutkan.

Oleh sebab itu para pejuang lantas memanfaatkan senjata seadanya untuk perang melawan penjajah. Kiai Subkhi yang notabene tinggal di pesantren memperkenalkan kepada para santri-santrinya senjata bambu runcing karena keinginan kuat para santri untuk ikut berjuang melawan penjajah.

Bambu-bambu dikumpulkan oleh para santri dari pekarangan penduduk, kemudian mereka meruncingkan ujungnya dan dioles cairan. Beberapa laskar lain yang menggunakan bambu sebagai senjata antara lain laskar Hisbullah, Sabilillah dan juga Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Meskipun terkesan tradisional, ternyata keberadaan bambu runcing cukup menakutkan para penjajah. Hal itu disebabkan karena ketika dilemparkan, bambu tidak bersuara hingga tiba-tiba dapat mengenai tubuh tentara penjajah.

Belanda menyebut bambu runcing sebagai pembunuh dalam keheningan.

Para penjajah juga pernah mengatakan bahwa lebih baik terkena senjata peluru karena bisa diobati, sedangkan jika terkena bambu akan sangat sulit diobati. Orang yang terkena bambu runcing akan meninggal dengan perlahan akibat luka infeksi parah.

Dalam kondisi keterbatasan, para pejuang berusaha sekuat tenaga untuk melawan penjajah. Seharusnya semangat bambu ini dapat kita adopsi di masa sekarang. Dimana saat ini meski banyak halangan dan rintangan, namun kita tetap harus pulih dan bangkit menggunakan sumber daya apapun yang kita miliki.

Tantangan demi tantangan takkan mungkin terelakkan. Masalah demi masalah takkan mampu dinafikan. Pilihan ada di tangan kita untuk menyerah dengan keadaan atau terus berjuang dan keluar sebagai pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun