Apakah Anda pernah menghitung berapa total kekayaan yang Anda miliki? Atau pernahkah Anda menghitung berapa total utang yang harus Anda bayar setiap bulan?
Jika jawabannya belum pernah, maka tulisan kali ini tepat sekali untuk Anda simak hingga tuntas. Sebaliknya jika sudah pernah, mungkin sekarang Anda bisa memperdalam ilmu keuangan yang telah Anda pelajari sebelumnya.
Saya akan berbagi satu konsep yang keren namun sederhana dan mudah dipahami. Tak perlu menjadi ahli keuangan atau ahli akuntansi, kita bisa pelajari sekaligus mempraktikkan sendiri. Istilah bekennya "Net Worth"Â atau Kekayaan Bersih.
Net Worth ialah nilai semua aset keuangan dan non keuangan yang Anda miliki, dikurangi nilai seluruh kewajiban yang harus Anda keluarkan.
Oke sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya Anda tahu terlebih dahulu mengapa kita perlu menghitung kekayaan bersih yang kita miliki. Seorang sahabat pernah berkata kepada saya,
"Pola pikir orang kaya selalu berusaha menambah aset (kekayaan), sedangkan pola pikir orang miskin selalu berusaha menambah utang (kewajiban). Itulah mengapa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin."
Sejujurnya logika saya tergelitik mendengar pernyataan sahabat tersebut. Hingga saya berusaha mengamati dan mencari bukti apa benar perbedaan orang kaya dan orang miskin itu terletak pada pola pikir diatas?Â
Aset adalah modal, kekayaan atau segala sesuatu yang kita miliki dan mempunyai nilai tukar. Aset bisa terus memberikan penghasilan tanpa kita harus campur tangan di dalam pengelolaannya. Beberapa klasifikasi sederhana dan contoh aset sebagai berikut.
- Aset Lancar artinya kekayaan yang mudah diuangkan, misalnya tabungan, deposito, kendaraan pribadi, emas dan saham.
- Aset Tetap atau Aset tidak lancar artinya membutuhkan waktu untuk diuangkan, misalnya rumah, tanah, ruko dan apartemen.
Lalu bagaimana dengan penghasilan atau gaji bulanan, apakah itu termasuk aset? Jawabannya bisa iya dan bisa tidak, semua tergantung dari peruntukan gaji yang Anda terima.
Jika penghasilan itu Anda gunakan untuk menabung dan/atau berinvestasi, maka artinya Anda telah mengonversi penghasilan menjadi aset.Â
Sedangkan jika Anda menggunakan penghasilan untuk belanja kebutuhan hidup atau membayar cicilan, maka artinya penghasilan yang telah dihabiskan itu bukan aset.
Nah kawan, sampai disini seharusnya Anda sudah mulai bisa membedakan mana aset dan mana yang bukan aset. Penting sekali kita bisa membedakan aset dan bukan aset, tujuannya agar kita tidak terjebak pada pemahaman dan pola pikir yang salah.
Tanpa menyudutkan pihak manapun, saya ingin memberikan salah satu contoh agar Anda lebih jelas lagi dalam membedakan aset dan bukan aset.
Anda membeli rumah seharga 200 juta secara kredit dengan uang muka 50 juta dan cicilan 2 juta per bulan selama 10 tahun. Mungkin Anda berpikir bahwa membeli rumah sama hal nya dengan menambah aset alias kekayaan. Bukankah rumah termasuk ke dalam kategori aset tetap?
Ya benar, memang seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa rumah, tanah, ruko dan bangunan merupakan aset tetap atau aset tidak lancar, namun Anda juga perlu memperhatikan bagaimana cara memperoleh aset tersebut.
Jika Anda membeli secara tunai, maka rumah tersebut 100% menjadi aset atau kekayaan yang Anda miliki. Namun jika Anda membeli dengan cara mencicil setiap bulan, maka artinya Anda menambah utang bukan menambah aset.Â
Anda membeli sesuatu yang terlihat seperti aset, tetapi pada kenyataannya justru menambah utang.
Tidak hanya rumah, melainkan semua barang yang dibeli secara kredit itu termasuk ke dalam kategori kewajiban atau utang seperti membeli mobil, motor atau handphone.Â
Mungkin sebagian orang tidak setuju dengan pernyataan diatas, kemudian melontarkan pertanyaan,Â
"Lho bukankah rumah itu harganya naik terus? Membeli rumah sama seperti kita berinvestasi"
Well, sangat tepat dan memang benar bahwa rumah memiliki potensi kenaikan nilai ekonomi di kemudian hari. Tetapi itu baru akan dirasakan saat kita sudah menjualnya. Sedangkan membeli rumah secara kredit, kita tidak akan bisa menjualnya sampai cicilan lunas.
Karena alasan inilah rumah yang dibeli secara kredit tidak bisa dikategorikan sebagai aset, melainkan sebagai sebuah beban atau utang. Rumah dapat kita kategorikan sebagai aset apabila memenuhi 2 (dua) syarat berikut ini:
- Rumah yang dibeli secara tunai karena sewaktu-waktu dibutuhkan, rumah tersebut bisa dijual dan Anda menikmati keuntungan secara langsung.
- Rumah yang dibeli secara kredit dapat dianggap aset jika rumah itu memberikan penghasilan rutin dimana penghasilan tersebut dapat digunakan untuk membayar cicilan kreditnya.
Oleh sebab itu, bagi Anda yang sudah terlanjur membeli rumah dengan cara kredit, dapat memanfaatkan rumahnya untuk menambah penghasilan. Sebagai contoh, dijadikan usaha kos-kosan, membuka usaha toko di rumah atau kegiatan usaha lainnya.
Jadi meskipun kredit, tetapi masih ada manfaatnya. Dengan membuka usaha lain di rumah, maka Anda mendapatkan keuntungan tambahan penghasilan.
Begitulah kira-kira pentingnya kita memahami Net Worth atau kekayaan bersih. Kita bisa mengukur apakah jumlah aset yang dimiliki lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah utang atau kewajiban yang harus dibayar. Salah satu parameter kesehatan finansial Anda bisa ditentukan lewat Net Worth.
Mudahnya begini, jika total aset (kekayaan) Anda lebih besar dari total utang (kewajiban), maka kondisi finansial Anda relatif masih aman. Sebaliknya jika total beban utang Anda lebih besar dari total kekayaan Anda, maka kondisi finansial Anda relatif perlu diwaspadai.
Berikut ini cara menghitung kekayaan bersih.
1. Membuat daftar aset yang dimiliki
Di bagian sebelumnya saya sudah menjelaskan perihal aset dan bukan aset. Oleh karena itu seharusnya mudah bagi Anda sekarang untuk membuat daftar aset yang Anda miliki.
Tuliskan semua kekayaan yang Anda punya kemudian sertakan nominalnya. Sebagai contoh:
Rumah: 300.000.000
Mobil: 200.000.000
Deposito: 50.000.000
Investasi Emas: 10.000.000
Tabungan: 20.000.000
Total Aset: 580.000.000
2. Membuat daftar utang yang harus dibayar
Setelah membuat daftar aset, sekarang Anda buat daftar utang atau kewajiban-kewajiban yang harus dibayar. Tuliskan secara terperinci berikut total nominal utang Anda.Â
Termasuk di dalamnya adalah beban bunga yang harus Anda tanggung, caranya adalah dengan mengalikan jumlah angsuran dengan jangka waktu pinjaman.
Sebagai contoh:
Kredit Handphone: (250.000 x 12 = 3.000.000)
Koperasi: (1.250.000 x 12 = 15.000.000)
Kredit Tanpa Agunan: (1.000.000 x 24 = 24.000.000)
Kartu Kredit: (1.000.000 x 12 = 12.000.000)
Total Utang: (54.000.000)
3. Menghitung kekayaan bersih
Dari ilustrasi tersebut dapat dikalkulasi Net Worth menggunakan rumus diatas.
580.000.000 (Total Aset) - 54.000.000 (Total Utang) = 526.000.000 (Kekayaan Bersih).
Pada dasarnya tidak ada standar berapa kekayaan bersih yang harus kita miliki. Intinya selama total kekayaan lebih besar dari total utang artinya kondisi finansial relatif aman.Â
Namun saya secara pribadi menyarankan agar Anda menentukan standar kekayaan bersih versi diri sendiri. Tujuannya agar Anda terus berkembang lebih kaya dan lebih sejahtera.
Di bawah ini pedoman perkiraan kekayaan bersih yang mesti Anda miliki berdasarkan rentang usia dan penghasilan.
Semisal Anda berusia 37 tahun. Anda bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji 6.000.000 per bulan, maka Net Worth Anda seharusnya saat ini sudah mencapai (6.000.000 x 12) x 3 = 216.000.000.
***
Demikian ulasan mengenai cara menghitung kekayaan bersih. Semoga kita semua diberikan kelimpahan rejeki dan kesejahteraan.Â
"Kalau Anda ingin menjadi orang kaya, berpikirlah selayaknya orang kaya" The Architect
-AP-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI