Sedangkan jika Anda menggunakan penghasilan untuk belanja kebutuhan hidup atau membayar cicilan, maka artinya penghasilan yang telah dihabiskan itu bukan aset.
Nah kawan, sampai disini seharusnya Anda sudah mulai bisa membedakan mana aset dan mana yang bukan aset. Penting sekali kita bisa membedakan aset dan bukan aset, tujuannya agar kita tidak terjebak pada pemahaman dan pola pikir yang salah.
Tanpa menyudutkan pihak manapun, saya ingin memberikan salah satu contoh agar Anda lebih jelas lagi dalam membedakan aset dan bukan aset.
Anda membeli rumah seharga 200 juta secara kredit dengan uang muka 50 juta dan cicilan 2 juta per bulan selama 10 tahun. Mungkin Anda berpikir bahwa membeli rumah sama hal nya dengan menambah aset alias kekayaan. Bukankah rumah termasuk ke dalam kategori aset tetap?
Ya benar, memang seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa rumah, tanah, ruko dan bangunan merupakan aset tetap atau aset tidak lancar, namun Anda juga perlu memperhatikan bagaimana cara memperoleh aset tersebut.
Jika Anda membeli secara tunai, maka rumah tersebut 100% menjadi aset atau kekayaan yang Anda miliki. Namun jika Anda membeli dengan cara mencicil setiap bulan, maka artinya Anda menambah utang bukan menambah aset.Â
Anda membeli sesuatu yang terlihat seperti aset, tetapi pada kenyataannya justru menambah utang.
Tidak hanya rumah, melainkan semua barang yang dibeli secara kredit itu termasuk ke dalam kategori kewajiban atau utang seperti membeli mobil, motor atau handphone.Â
Mungkin sebagian orang tidak setuju dengan pernyataan diatas, kemudian melontarkan pertanyaan,Â
"Lho bukankah rumah itu harganya naik terus? Membeli rumah sama seperti kita berinvestasi"