Suatu hari, Samosir disuruh sang ibu untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Alih-alih mengerjakan tugasnya dengan benar, Samosir malah melanjutkan bermain bersama teman-temannya. Bahkan makanan yang seharusnya ia antar, justru dimakan sendiri karena kelaparan sehabis bermain.
Kejadian ini membuat Toba hilang kesabaran, dengan murka ia menyumpahi Samosir dan menyebutnya sebagai anak ikan. Toba lupa, bahwa sebelum menikah dengan istrinya, ia pernah berjanji tidak akan mengungkit asal muasal sang istri kepada anaknya kelak.
Nasi sudah menjadi bubur, atas perkataan Toba kepada sang Anak membuatnya harus menanggung akibat. Tak lama dari jejak kaki Toba muncul mata air yang mengalir sangat deras.
Mata air itu tidak pernah berhenti, kemudian menenggelamkan desa Toba dan beberapa desa di sekitarnya. Toba meninggal dalam bencana itu, sang istri lantas berubah menjadi ikan lagi dan menceburkan dirinya ke dalam genangan air danau. Sedangkan Samosir selamat dari peristiwa itu setelah berlari ke atas bukit di tengah danau.
Legenda inilah yang dipercaya oleh masyarakat sebagai cerita asal mula terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir.
Terlepas dari cerita diatas, Danau Toba merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat adanya ledakan supervulcano dari Gunung Toba sekitar 75.000 tahun yang lalu. Ledakan dahsyat tersebut kemudian membentuk kaldera atau kawah yang sangat luas.Â
Hal ini disampaikan oleh para ahli geologi dalam jurnal yang diterbitkan Michigan Technological University (MTU) pada tahun 1991.
Kaldera tersebut kemudian terisi air dan membentuk genangan yang disebut danau. Gunung Toba kini sudah tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik lagi. Pemerintah memasukkan Gunung Toba sebagai Gunung Vulkanik tipe B atau Gunung berapi yang beristirahat.
Danau terbesar di Indonesia ini memiliki kedalaman maksimal 508 meter dan rata-rata 228 meter. Danau Toba juga merupakan danau terbesar kedua di dunia setelah Danau Victoria di Afrika dengan luas 1.145 kilometer persegi.