Kaldera Toba atau yang biasa dikenal dengan Danau Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada sidang ke-209 dewan eksekutif UNESCO di Paris pada tanggal 2 Juli 2020 tahun lalu.
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Danau Vulkanik sepanjang 100 kilometer dengan lebar 30 kilometer ini terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Sejak lama, Danau Toba menjadi tujuan wisata utama di Sumatera Utara selain Bukit Lawang, Berastagi dan Nias. Keunikan serta ciri khas Danau Toba telah berhasil menarik banyak pengunjung dari dalam dan luar negeri.
Sebelum pandemi melanda negeri ini, tercatat di periode tahun 2015 hingga 2018, jumlah wisatawan domestik dan mancanegara Danau Toba sebenarnya mengalami perkembangan yang baik. Sayang hal tersebut kemudian harus menurun sejak tahun 2019 hingga 2020.
Melansir data dari BPS, puncak tertinggi kunjungan wisatawan mancanegara ke Danau Toba terjadi di tahun 2017 dengan total sebanyak 270.292 orang. Di tahun yang sama, jumlah wisatawan domestik juga memasuki peride puncak dengan total sebanyak 14,04 juta orang.
Melihat data diatas, sebenarnya Danau Toba menyimpan potensi yang sangat besar. Dengan manajemen pengelolaan yang profesional dan terukur, tentu akan semakin meneguhkan posisi Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata unggulan.
Legenda Danau Toba
Konon cerita rakyat yang diyakini oleh masyarakat setempat, Danau Toba dulunya adalah dataran kering yang ditinggali oleh seorang pria bernama Toba.
Alkisah, Toba mendapatkan ikan emas ajaib ketika sedang memancing. Setelah dibawa pulang ke rumah, ikan emas itu kemudian berubah menjadi wanita cantik hingga membuat Toba jatuh hati. Wanita itu mengaku sebagai seorang putri yang dikutuk menjadi ikan.
Sang wanita mengucapkan terima kasih karena telah dibebaskan dari kutukan. Toba dan sang Wanita kemudian menikah lalu dikaruniai seorang putra bernama Samosir. Awalnya Toba bersama istri dan anaknya hidup bahagia.
Seiring berjalannya waktu, Samosir ternyata tumbuh menjadi anak pembangkang dan sering menguji kesabaran sang Ayah.
Suatu hari, Samosir disuruh sang ibu untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Alih-alih mengerjakan tugasnya dengan benar, Samosir malah melanjutkan bermain bersama teman-temannya. Bahkan makanan yang seharusnya ia antar, justru dimakan sendiri karena kelaparan sehabis bermain.
Kejadian ini membuat Toba hilang kesabaran, dengan murka ia menyumpahi Samosir dan menyebutnya sebagai anak ikan. Toba lupa, bahwa sebelum menikah dengan istrinya, ia pernah berjanji tidak akan mengungkit asal muasal sang istri kepada anaknya kelak.
Nasi sudah menjadi bubur, atas perkataan Toba kepada sang Anak membuatnya harus menanggung akibat. Tak lama dari jejak kaki Toba muncul mata air yang mengalir sangat deras.
Mata air itu tidak pernah berhenti, kemudian menenggelamkan desa Toba dan beberapa desa di sekitarnya. Toba meninggal dalam bencana itu, sang istri lantas berubah menjadi ikan lagi dan menceburkan dirinya ke dalam genangan air danau. Sedangkan Samosir selamat dari peristiwa itu setelah berlari ke atas bukit di tengah danau.
Legenda inilah yang dipercaya oleh masyarakat sebagai cerita asal mula terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir.
Terlepas dari cerita diatas, Danau Toba merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat adanya ledakan supervulcano dari Gunung Toba sekitar 75.000 tahun yang lalu. Ledakan dahsyat tersebut kemudian membentuk kaldera atau kawah yang sangat luas.Â
Hal ini disampaikan oleh para ahli geologi dalam jurnal yang diterbitkan Michigan Technological University (MTU) pada tahun 1991.
Kaldera tersebut kemudian terisi air dan membentuk genangan yang disebut danau. Gunung Toba kini sudah tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik lagi. Pemerintah memasukkan Gunung Toba sebagai Gunung Vulkanik tipe B atau Gunung berapi yang beristirahat.
Danau terbesar di Indonesia ini memiliki kedalaman maksimal 508 meter dan rata-rata 228 meter. Danau Toba juga merupakan danau terbesar kedua di dunia setelah Danau Victoria di Afrika dengan luas 1.145 kilometer persegi.
Keunikan lain dari Danau Toba adalah adanya pulau diatas pulau dan danau diatas danau. Pulau Samosir terletak diatas pulau Sumatera, sedangkan Danau Sidihoni yang berada di Pulau Samosir menjadikannya danau diatas danau. Hal ini mungkin tidak bisa kita temukan di tempat manapun.
Kearifan Lokal Masyarakat Toba
Danau Toba terletak di Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir sendiri merupakan pemekaran dari daerah tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Toba Samosir adalah suku Batak Toba. Di kawasan Toba Samosir, kita akan disuguhkan dunia masa lalu masyarakat Batak.
Balige (ibukota Toba Samosir) dan beberapa kecamatan di sekitarnya merupakan pintu gerbang untuk melihat jejak budaya Batak Toba. Sedangkan di kawasan Huta Tinggi ada sebuah perkampungan yang akan mengajak kita menyaksikan kepercayan lokal masyarakat setempat.Â
Bahkan sampai saat ini di daerah tersebut, masih ada sekelompok orang yang memeluk dan taat menjalankan agama asli Batak yaitu Parmalim.
Sebagai destinasi wisata yang masih sangat kental dengan budaya serta adat istiadat masyarakat, membuat Danau Toba terasa sangat istimewa. Tari tor-tor, rumah adat Bolon dan kain Ulos merupakan contoh budaya yang sampai sekarang terus dilestarikan.
Jika melihat dari kondisi geografis, Danau Toba sebenarnya dikelilingi oleh 7 (tujuh) Kabupaten diantaranya Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir.
Oleh karena itu seharusnya pengembangan wisata Danau Toba bisa dilakukan secara terintergasi bersama ketujuh pemangku pemerintah daerah setempat.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memasukkan Danau Toba ke dalam 5 (lima) Destinasi Super Prioritas (DSP Toba). Selain Danau Toba ada juga Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Likupang di Sulawesi Utara.
Destinasi-destinasi diatas nantinya tidak hanya dikelola untuk menarik wisatawan saja, melainkan juga menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif yang melibatkan masyarakat setempat.
Khusus di wilayah Danau Toba sendiri, beragam sentra industri lokal UMKM sejatinya masih banyak yang bisa digali dan terus dikembangkan. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui program-program yang mendukung kelancaran produksi hingga pemasaran produk-produk UMKM.
Berbagai hasil kerajinan kreatif seperti tas, dompet, kain ulos hingga produksi kopi Sidikalang, seharusnya bisa dikembangkan lebih masif lagi.
Seperi yang baru-baru ini dilakukan pemerintah dengan meresmikan program Beli Kreatif Danau Toba pada bulan Februari 2021. Melalui program ini, para perajin UMKM diberikan pelatihan digital marketing terintegrasi serta perluasan pasar ke dalam marketplace unggulan. Semoga kedepan upaya serupa dapat terus dilangsungkan dengan pengelolaan yang lebih profesional dan menarik.
Jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai lebih dari 180 juta orang merupakan potensi besar bagi pengembangan ekonomi kreatif berbasis digital. Dengan begitu harapannya, para pelaku ekonomi kreatif Danau Toba akan semakin terkenal.
Pemanfaatan berbagai platform digital sepertinya merupakan alternatif terbaik di tengah situasi pandemi seperti saat ini. Alur transaksi antara penjual dan pembeli dapat dipangkas dengan lebih cepat, efektif dan efisien. Mari kita terus mendukung upaya memperkenalkan Danau Toba kepada dunia.
Warisan Dunia yang Memesona
Setidaknya ada 4 (empat) alasan utama mengapa Danau Toba layak mendapatkan penghargaan sebagai Global Geopark.
Pertama, Danau Toba terbentuk dari fenomena letusan vulkanik dahsyat gunung berapi (Gunung Toba) sekitar 75.000 tahun yang lalu. Letusan tersebut menghasilkan kawah dan pulau Samosir di tengahnya.
Kedua, letak geografis Gunung Toba berada di pertemuan tiga titik lempeng tektonik yakni Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Dengan posisi tersebut sangat wajar jika Danau Toba dijadikan pusat studi geologi internasional.
Ketiga, hutan-hutan tropis di sekitar Danau Toba melahirkan kekayaan flora dan fauna. Banyak sekali tanaman yang dijadikan bahan untuk membuat obat serta bahan aneka kuliner nusantara. Tumbuhan langka seperti edelweis (anaphalis javanica), kantung semar (nepenthes)Â serta anggrek putih yang unik masih dengan mudah dapat ditemukan disana.
Keempat, ada 7 (tujuh) kelompok etnis yang mendiami sekitar Danau Toba (Simalungun, Karo, Toba, Dairi, Mandailing, Angkola dan Samosir) menjadikan wilayah ini multi kultural dengan tingkat toleransi yang tinggi.
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi kita, karena beberapa destinasi wisata di Indonesia telah diakui sebagai warisan dunia yang memesona. Salah satunya adalah the heritage of toba.
Wonderful Indonesia, The Heart Beat of Toba
Dengan berbagai alasan diatas, maka tidak berlebihan jika Danau Toba di referensikan sebagai salah satu destinasi untuk wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition). MICE sebenarnya telah lama ada di industri pariwisata, namun mungkin belum terlalu digarap serius oleh pemerintah selama ini.
MICE merupakan jenis kegiatan pariwisata yang melibatkan suatu kelompok untuk melakukan perjalanan wisata secara bersama-sama. MICE adalah perpaduan antara perjalanan wisata dengan rangkaian kegiatan bisnis.
Mengolaborasikan wisata dengan bisnis adalah satu hal yang sangat luar biasa. Selain menikmati berbagai jenis wisata, kita juga mendapatkan keuntungan lain yakni terciptanya peluang-peluang bisnis atau diversifikasi jenis usaha.
Sebagai contoh, bagi pelaku bisnis domestik tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk memberikan insentif tour kepada karyawan maupun pelanggan. Anda bisa memanfaatkan fasilitas MICE nusantara.
Banyak sekali destinasi wisata dalam negeri yang seharusnya bisa dijadikan destinasi MICE. Syaratnya destinasi-destinasi tersebut wajib dikelola dengan mengutamakan mutu dan kualitas layanan, kemudahan akses serta fasilitas berstandar internasional.
Oleh karenanya pembangunan infrastruktur wisata seperti hotel, bandara, jalan bebas hambatan, conference hall, restoran serta fasilitas akomodasi menjadi kunci keberhasilan. Yuk, MICE di Indonesia aja!
***
Demikian ulasan mengenai Danau Toba. Kita semua tentunya berdoa dan berharap bahwa tahun 2021 ini menjadi titik awal kebangkitan pariwisata Indonesia yang sempat tenggelam akibat pandemi. Semoga industri pariwisata Indonesia terus maju dan berjaya tidak hanya di tingkat lokal melainkan juga internasional.
"Aku bangga dengan wisata Indonesia" The Architect
-AP-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI